chapter 7

35.2K 2.3K 2
                                    

Prilly berlari menjauhi sekolahnya. Hatinya yang terasa ngilu, membuatnya enggan untuk berada di tempat ramai. Dia melangkah menuju tempat yang tak pernah di kunjunginya sebelumnya. Danau. Yang tak jauh dari sekolah dan rumahnya. Dan rasanya danau itu tak asing bagi prilly.

Prilly mengedarkan pandangannya ke sekeliling danau tersebut. Air mata yang mulai kering, di usapnya dengan punggung tangannya.

“Gue baru liat tempat ini, tapi kenapa rasanya pernah kesini ya” gumam prilly, bingung. Karena dia benar-benar tak pernah ke danau ini, namun danau ini tampak sangat tak asing baginya.

Prilly berjalan gontai, menuju akar pohon di tepi danau. Akar itu terlihat sangat besar, berbentuk seperti tempat duduk.

Prilly menatap kosong danau yang terlihat tenang. Ucapan ali kembali terngiang di benaknya.

“lo ga sayang sama gue ya li?” tanya prilly pada dirinya sendiri.

Dia kembali mengingat semua memorinya bersama ali dalam setahun belakangan ini. Semuanya berjalan sama. Tak ada kejadian apapun yang membuat prilly terkesan. Ali memang selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi prilly ke rumah, walau dengan beribu-ribu alasan.

“ngapain disini?”

Tiba-tiba, suara yang sudah sangat hafal oleh prilly, terdengar sangat dekat di telinga prilly. Prilly langsung tersentak di tempatnya, dia langsung menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara tersebut, namun, yang dia dapat hanya hembusan angin dan kekosongan, tanpa siapapun.

Prilly mendengus, menundukkan wajahnya melihat semut semut kecil yang berseliweran di dekat sepatunya, “halusinasi” bisiknya, dan kembali menangis. Menangis karena dalam keadaan terluka seperti ini karena ali, dia masih sempat-sempatnya menghalusinasikan suara ali.

“halusinasi? Gue kan nanya ngapain lo disini”

Prilly menegakkan kepalanya, menatap sepatu yang yang ada di depannya. Perlahan dia mendongakkan kepalanya, melihat apakah yang ada di depannya ini hanya hayalannya atau bukan.

“ali?” selidik prilly, meyakinkan apakah itu benar-benar ali atau halusinasinya.

“lo ngapain disini? Dan.. lo... nangis?” tanya ali curiga. Iya. Ternyata itu benar-benar ali. dia bukan halusinasi prilly. Ali benar-benar ada di depan prilly. Tepat di depan prilly terduduk.

Prilly mengerjapkan matanya, “ga.. ga mungkin. Pasti ini halusinasi doang” ucapnya, dan mulai mengucek matanya, namun tangannya langsung ditarik oleh ali.

“gabaik ngucekin mata, apalagi tangan lo abis megang apaan tuh” celetuk ali dingin, namun setiap katanya seolah mengandung makna perhatian pada prilly.

Saat tangannya ditarik oleh ali, prilly merasakan sebuah sengatan. Sentuhan hangat yang jarang ali berikan padanya. Namun, berpengaruh sangat besar pada hati dan degupan jantungnya saat sentuhan itu terjadi.

Mata prilly tak lepas menatap tangannya yang masih bergelantung dipegang oleh ali yang masih diam dengan posisinya.

“pril?” panggil ali sedikit lebih lunak dari sebelumnya.

Prilly menggerakkan kepalanya, mendongak untuk menatap ali yang berdiri di depannya dengan datar. Kesadarannya masih belum kembali pulih. Otaknya masih tak bisa difungsikan dengan cepat karena masih kaget dengan kehadiran ali dan sikap ali yang seolah perhatian walau terdengar dingin.

“prilly latuconsina” tegas ali, heran karena prilly malah bengong bukan menyahutinya.

“lo ngapain disini?” pertanyaan itu sudah berseliweran di benaknya sejak tadi, dan langsung terlepas begitu saja oleh prilly saat ali menyebutkan namanya dengan lengkap.

girlfriend vs footballNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ