chapter 32

25.4K 2K 37
                                    

Prilly masuk mengendap ke dalam kamar rawat ali, berharap ali masih tertidur. Namun yg prilly lihat, ali tampak sedang memunggunginya. Prilly tetap berjalan perlahan agar tak menimbulkan suara dari langkah kakinya. Namun sepertinya ali memang tak mendengar kedatangan prilly. Entah karena ali masih tertidur atau pura pura tak mengetahuinya.
Prilly sudah berdiri di belakang punggung ali, namun dia bingung harus memulai dari mana.
Dia menghembuska napasnya, dan memegang tangan ali, namun prilly tersentak kaget hingga dia terlompat dari berdirinya. Dengan perasaan kaget dan khawatir, prilly langsung dengan cepat membalikkan posisi ali untuk berbaring di kasur dan memegangi leher, serta kening ali. Panas. Itu yg saat ini prilly rasakan. Peluh sudah membasahi sekeliling wajah ali, padahal prilly ingat tadi saat dia keluar untuk ke kantin dia tak sama sekali mengotak atik remot AC.
"Li? Ali??" Panggil prilly mulai cemas. Dia menampar nampar pelan pipi ali, berusaha membangunkan ali yg mulai memucat.
Prilly yg semakin cemas sudah tak mampu berpikir jernih harus melakukan apa saat ini. Dia malah menangis, mengguncang guncang tubuh ali yg sangat panas, dan mendekapnya. Membiarkan panas tubuh ali menyerap dalam tubuhnya.
"Loh pril? Ali kenapa?" Tanya ule panik saat melihat pemandangan prilly yg sedang menangis tersedu saat membuka pintu kamar inap ali tadi.
Prilly menoleh ke arah ule dengan wajahnya yg sudah tak karuan karena air matanya, dia menggeleng pelan, sama sekali tak memahami apa yg terjadi pada ali.
Ule mendesah, dia langsung berlari keluar untuk mencari dokter sebelum terjadi apa apa pada ali.
**
Hampir setengah jam prilly menangis dan mondar mandir di depan kamar inap ali. Berharap dokter yg menangani ali segera keluar dan memberi kabar bahwa ali baik baik saja.
Lagi lagi prilly memarahi dirinya sendiri. Karena semua ini terjadi disebabkan kecerobohan dirinya. Karena dia ali mengalami semua ini.
"Udah ga usah nyalahin diri sendiri terus" ucap ule, seolah memahami arti tangisan prilly yg tak henti dari tadi.
Prilly menatap ule tak tenang, bagaimana mungkin dia bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri sedangkan ali berada dalam kondisi seperti ini.
"Guee... gue titip ali le" ucap prilly, entah kenapa kalimat itu terlontar dari bibirnya begitu saja. Dia menangkap ekspresi kaget ule, namun sebelum ule meminta penjelasan atas ucapannya, prilly langsung menyambar tasnya yg terletak di atas kursi dan langsung berlari kencang meninggalkan ule sendiri. Meninggalkan ali yg masih di tangani oleh dokter yg tak kunjung selesai.
Prilly benar benar dihinggapi rasa bersalah yg amat besar saat ini. Entah kenapa hari ini tingkat kebaperannya meningkat drastis. Hati kecilnya habis habisan menyalahi dirinya. Menyalahi apa yg sudah dia perbuat hingga membuat ali berada dalam kondisi buruk seperti ini.
Prilly butuh waktu. Dia butuh waktu untuk menyendiri. Butuh waktu menghilangkan rasa bersalah yg ada dalam dirinya walau dia sendiripun tak yakin mampu untuk mengusiknya atau tidak.

girlfriend vs footballOn viuen les histories. Descobreix ara