My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 27

24.8K 1.9K 282
By May_Rose22


Dua hari berada di Yogyakarta berhasil membuat ekspektasi Fatma melambung terlalu tinggi, ia bahkan sedikit menghindari Anna dan lebih sering menghubungi Raden Ayu, berharap ia dapat berbesan dengan keturunan ningrat yang dapat mengangkat lebih tinggi derajat keluarganya.

"Jadi mbak yu, kapan kira-kira saya dan Faiz bisa bertemu cucu mbak yu? Jakarta ini kan bukan pelosok, kalau kami tahu alamatnya dan dapat nomornya bisa dengan mudah kami janjian untuk ketemu."

"Ndak usah terburu-buru, nanti akan ada saatnya kalian bertemu." Sahut Raden Ayu diseberang telepon dengan nada santai.

"Aduh, saya gak sabar pengen cepet-cepet gendong cucu, ya wajarlah Faiz kan anak saya satu-satunya. Oh ya mbak yu, siapa nama cucu mbak yu?" Fatma nampak sangat bersemangat setiap kali membicarakan tentang cucu dari Raden Ayu.

"Raden Rara, namanya Raden Rara."  Jawab Raden Ayu dengan mantap.

Fatma sedikit membuka mulutnya dan segera menutupnya sebelum kembali bersuara "Wah, harusnya saya tahu kalau masih ada keturunan Raden di depannya, namanya cantik, betapa beruntungnya saya dan kelurga jika Faiz bisa meminangnya."

Terdengar tawa kecil dari seberang yang membuat Fatma semakin menaruh harap. "Cucuku bukan tipe yang mudah didekati, apalagi jika sudah pernah tersakiti sekali saja akan sulit kembali mendapatkan simpatinya. Aku harap nanti kalian tidak menyerah."

"Tenang saja mbak yu, kami bukan orang jahat. Lagipula tidak ada alasan untuk membuat cucu mbak yu sakit hati, siapa sih yang berani membuat masalah dengan cucu keraton."

Lagi-lagi terdengar tawa kecil sebelum Raden Ayu memutuskan panggilan dengan alasan ada tamu.

***

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kita juga akan mengadakan liburan bersama, dan tahun ini adalah giliran bagian marketing yang akan liburan ke...." Faiz menjeda kalimatnya lalu menatap Aurora yang memberikan ekspresi 'apa?'

"Ada rekomendasi yang menarik?" Faiz mengajukan pertanyaan yang tentu semua orang tahu bahwa pertanyaan itu untuk Aurora.

"Bali." Jawab gadis itu sekenanya, ia tak terlalu bersemangat soal liburan tahun ini.

Faiz terdiam sejenak memperhatikan ekspresi peserta rapat lain yang nampak puas dengan pilihan Aurora. Namun, bukan Faiz namanya jika tidak bertingkah menjengkelkan.

"Yah, pilihan bagus. Tapi saya sudah bosan melihat pantai disana, kali ini kita liburan ke Yogyakarta." Ujar Faiz tersenyum miring saat melihat ekspresi tidak percaya dari Aurora.

"Saya kurang setuju pak." Aurora menanggapi dengan cepat.

"Alasannya?" Tanya Faiz seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Aurora melirik sekeliling lalu kembali menatap Faiz. "Sepertinya teman-teman banyak yang memilih ke Bali daripada ke Jogja." Ujar Aurora tak yakin.

"Oh ya?" Faiz memiringkan kepalanya

"mungkin jika kalian setuju ke Jogja saya akan memberikan tambahan dua sampai tiga hari jatah liburannya." Lanjut Faiz dengan tawaran tak main-main. "Kebetulan saya ada tawaran menikmati hotel berbintang gratis dan bisa mengajak kalian semua karena kuota saya tidak terbatas. Jadi, anggaran penginapan kalian dapat di uangkan. Bagaimana?"

Aurora menatap sengit Faiz yang berhasil membuat semua orang langsung mengangguk setuju. Feeling Aurora mengatakan bahwa Faiz punya maksud tersendiri mengapa lelaki itu memilik Jogja sebagai tempat liburan kali ini.

Rapat terus berlanjut membahas persiapan liburan dan yang lainnya hingga rapat selesai tepat sepuluh menit sebelum jam makan siang. Semua orang keluar dari ruangan dengan wajah berseri, mereka seperti mendapatkan durian runtuh karena bonus-bonus yang Faiz berikan tahun ini.

"Ah, aku gak sabar ke Jogja lagi. Sekalian sungkem ke keraton, kali aja dapat restu." Ujar Faiz mendudukkan diri di sebelah kursi Aurora dengan santai.

"Dan saya tidak sabar untuk segera mengajukan surat pengunduran diri." Sahut Aurora

"Ehm!" Faiz berdehem lalu menegakkan tubuhnya . "Sebagai pimpinan perusahaan, saya menolak pengunduran diri sekretaris saya tanpa alasan yang jelas dan masuk akal menurut saya. Jika sekretaris saya memaksa maka konsekuensinya adalah menikah dengan saya."

Aurora melirik kesal lalu memukul perut Faiz dengan map yang ia pegang.

"Aw! Sakit sayang."

"Shut up! BOS!" Aurora menekan kata terakhirnya dan dengan nada kesal saat mendengar Faiz memanggilnya dengan panggilan 'sayang' .

"Apa sih sayang? aku kan lagi latihan sebelum kita nikah." Dengan ekspresi menjengkelkannya Faiz semakin membuat Aurora kesal, gadis itu berniat untuk segera pergi namun dengan cepat di tahan oleh Faiz.

"Beneran gak mau nikah sama aku?"

"Enggak." Jawab Aurora cepat.

Aurora berusaha menahan senyumnya ketika Faiz memperlihatkan ekspresi sedih didepannya.

"Why? Aku kurang ganteng?" Tanya Faiz lalu ikut berdiri ketika Aurora beranjak dari duduknya.

"Hhmm...." Aurora mengamati Faiz yang malah membuat lelaki itu salah tingkah.

Damn! Baru kali ini Faiz fi buat salah tingkah ketika diperhatikan oleh seorang gadis. Biasanya dirinyalah yang akan membuat para gadis salah tingkah hanya karena ia lirik sekilas saja. Mata bulat dan tatapan lembut Aurora adalah salah satu hal paling indah bagi Faiz entah sejak kapan.

"So?" Faiz mundur dengan gugup saat Aurora maju satu langkah mendekatinya.

Melihat hal itu mau tidak mau membuat Aurora tertawa, gadis itu tak menyangka bahwa menjahili bosnya adalah hal yang menyenangkan. Lihatlah betapa gugupnya ekspresi Faiz saat ini.

"Ganteng sih, cuma kurang usaha aja." Ujar Aurora lalu pergi begitu saja. Sementara Faiz, lelaki itu menahan diri agar tidak meloncat kegirangan setelah mengetahui maksud dari ucapan Aurora.

Gadis itu tidak benar-benar menolaknya, Aurora hanya ingin melihat Faiz berusaha lebih keras lagi karena Faiz pun tahu bahwa Aurora bukan tipe orang yang mudah luluh begitu saja. Gadis itu memiliki ego dan harga diri yang tinggi apalagi Aurora sudah pernah di rendahkan oleh keluarga Faiz.

***

"Wen, tawaran lo kemarin masih berlaku kan?"

Wendra yang hendak meminum kopinya dibuat terkejut saat seseorang tanpa izin menerobos masuk kedalam ruangannya dan langsung menanyakan hal tidak penting dengan hebohnya.

"Damn bro! Ketuk pintu dulu bisa?" Ujar Wendra malas.

"Gak bisa, ini darurat. So?!" Faiz mendudukkan dirinya di sofa tanpa permisi membuat Wendra berdecak kesal.

"Tawaran menginap di hotel gue?" Tanya Wendra memastikan yang di balasan anggukan cepat oleh Faiz.

"Bukannya sudah Lo tolak?" Balas Wendra. Rupanya lelaki itu sudah mulai lancar menggunakan bahasa gaul saat berbicara dengan Faiz.

"Sekarang gue terima, siapin dua puluh kamar biasa dan dua kamar khusus bersebelahan yang terpisah dengan dua puluh kamar yang lain. Tiga hari lagi gue berangkat. Ingat, Lo sendiri yang bilang kuota gue tak terbatas di hotel milik Lo."

"Are you crazy?!" Wendra dibuat takjub dengan permintaan sahabatnya itu.

"Ck! Gak bakal bikin Lo miskin juga kan?!" Ucap Faiz santai seolah itu bukanlah hal besar.

Bayangkan saja Faiz meminta dua puluh dua kamar hotel berbintang full servis dengan segala kemewahannya dengan gratis, dan perlu diingat bahwa dua kamar diantaranya adalah kamar khusus yang berarti adalah kelas VVIP. Wendra menyesal pernah memberikan 'tiket' kuota tak terbatas untuk sahabatnya di semua hotel miliknya, ia tak menyangka Faiz akan 'merampoknya' dengan halus seperti ini.

Wendra menatap sengit sahabatnya yang malah terlihat bahagia itu. "Fine! Anggap aja gue beramal menyenangkan hati karyawan Lo."

Wendra tahu bahwa bulan ini adalah jadwal liburan rutin karyawan tiap tahunnya di perusahaan Faiz dan tanpa dijelaskan pun Wendra juga paham untuk siapa dua kamar khusus bersebalahan yang terpisah dari kamar yang lain itu.

"Semoga amal ibadah Lo diterima disis-Nya." Sahut Faiz yang langsung di lempar dengan bantal sofa oleh Wendra.

"Eh sialan! Gue masih hidup."

Faiz terbahak dan segera beranjak pergi, keluar dari ruangan Wendra tanpa ingin mengucapkan terima kasih atau apapun itu.

Wendra menggelengkan kepalanya lalu meraih ponselnya yang berdering dengan malas.

"What? Kita putus!" Ucap Wendra tanpa basa-basi dan segera mematikan panggilan secara sepihak.

Bukan Wendra namanya jika takut di gertak oleh perempuan, ia tak akan segan mengakhiri hubungan jika merasa bahwa kekasihnya mulai bertingkah.

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 287K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.8M 144K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1M 49.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...