COME BACK

By aimemy

16.7K 4.2K 5.8K

Synda berniat menutup pintu hati saat terakhir kali menjalin hubungan yang berakhir dikhianati. Tapi sepertin... More

Prolog
Part One
Part Two
Part Three
Part Four
Part Five
Part Six
Part Seven
Part Eight
Part Nine
Part Ten
Eleven 🍁
Twelve 🍁
Thirteen 🍁
Fifteen 🍁
Sixteen 🍁
Seventeen 🍁

Fourteen 🍁

338 133 103
By aimemy

Hari ini hari Kamis, seperti biasa, kelas akan dimulai dengan kuis yang membuatku pusing. Beberapa temanku menatapku dengan tatapan 'Loh, kok Synda cepat banget datangnya?' Mungkin mereka percaya tak percaya kalau yang mereka lihat ini memang Synda Arshnella, si perempuan yang selalu ogah-ogahan datang ke kampus di hari Kamis. Apalagi hari ini aku tidak melipat tangan dan menenggelamkan wajahku.

"Kesambet apa kau?" tanya Ana yang baru sampai.

"Setan cinta," jawabku seadanya.

"Ha? Setan budek yang ada, setan cinta nggak ada."

Aku mendekat kepada Ana. "Rean berubah, Na. Semalam sore dia datang ke kosku, terus duduk di kos sampai malam," aduku pada Ana.

"Apanya yang berubah? Wajahnya? Mirip siapa? Jacob di film Twilight bukan?"

Aku memukul pelan lengan Ana. "Ih bukan. Sifatnya berubah, masa tanpa disuruh dia mau datangi aku. Aku suruh beli sate juga dia mau aja. Mana satenya enak lagi."

"Bagus dong, berarti dia serius sama ucapannya kemarin, kalau dia mau berubah jadi lebih baik dan perhatian ke kau."

"Iya, tapi pikiran pintarku ini bilang kalau itu semua nggak tulus."

Benar. Semalam sehabis kami ehem .. ciuman. Entah mengapa aku malah mempertanyakan semua sikap Rean malam itu. Di mulai dari dia mengabari akan datang ke kosku, dia membawa makanan walaupun aku yang memesan, dia membantuku mencuci piring dan mengingat semua yang pernah kukatakan padanya. Terakhir dia malah keliatan seperti marah, yang aku sendiri nggak tau apa penyebabnya.

Menurut logikaku, itu semua, aneh. Ditambah kami malah berciuman. Aku dan otakku yang selalu berpikiran negatif ini berpikir, kalau Rean datang memang hanya untuk mendapatkan ciumanku. Ya, memang aku yang ingin menciumnya semalam, tapi itukan di pipi, bukan rejeki nomplok di bibir. Walaupun rasa ciuman itu manis, tetap saja aku berpikir negatif.

Ana menoyor kepalaku. "Pikiranmu aja yang terlalu kecil, jadi selalu mikir yang aneh-aneh. Nggak selamanya apa yang dikatakan pikiranmu itu benar, Syn."

Aku diam tidak menjawab. Aku belum bisa memberitahu Ana tentang isi kepalaku ini. Kalau dia tau, mungkin dia akan marah-marah karena aku meragukan perubahan Rean.

"Rean benaran masih cinta aku nggak, ya, Na? Secara kami kan uda berpisah selama tujuh tahun."

"Tanya sama dia, lah, kok tanya sama aku. By the way, semalam kalian ngapain aja?" tanyanya dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Makan doang, minum, terus ngobrol."

"Ngobrolin apa? Ukuran BH dan CD bukan? Secara kalian 'kan cuma ada berdua tuh, apalagi malam. Rean kan normal, masa dia nggak ngeliatin buah kembarmu?"

Aku mendelik, Ana ini mulutnya memang harus disumpal cabe rawit satu ton.

"Buat apa nanyakin coba? Nggak berfaedah banget."

"Kali aja dia mau beliin. Kau kan anak kos, jadi jarang punya uang untuk beli BH."

Tolong ingatkan aku, kalau perempuan di depanku ini adalah teman baikku. Karena kalau aku lupa, mungkin aku sudah menyiramnya dengan air dingin ditanganku ini agar tidak membahas tentang BH saja. Apa dia dan gebetannya bahas begituan, ya?

Ana mendekat. "Kalian ciuman nggak?" tanyanya dengan tampang bodohnya.

Ya Tuhan, kalau aku mencekik temanku ini, bisa kah kau mengampuni dosaku?

"Pertanyaanmu aneh-aneh aja," jawabku

"Tuh pipimu merah ! Ya ampun berarti beneran? Kiss .. Kiss ..," katanya, seraya memperagakan tangannya seperti orang berciuman.

Aku melotot. "Tanganmu mau ku patahkan?"

Ana tertawa puas. "Akhirnya ya, kesampean juga. Gimana rasanya?"

Tanpa disuruh, bibirku melengkung. Pipiku terasa panas, padahal ini bukan ciuman pertamaku. Tapi tetap saja aku merasa malu, mungkin karena aku melakukannya dengan Rean.

"Dih, blushing. Hahaha." Terlihat sekali dari cara Ana tertawa kalau dia senang membuatku malu seperti ini. Lagi pula, untuk apa dia menanyakan rasa ciuman bersama Rean? Apa untungnya buat dia? Seperti tidak pernah ciuman saja dia itu.

"Syukuran, dong," kata Ana. Perempuan itu mengambil bukuku dan menyalin jawaban.

"Syukuran buat apa?"

"Syukuran karena uda berhasil ciuman sama Rean." Detik itu juga aku langsung menoyor kepalanya. Tapi, memang dasar si Ana rada gila, dia hanya tertawa puas menanggapinya. Tawanya tidak berhenti sampai dosen ngeselin itu memasuki kelas.

🍁🍁🍁

Aku masih berada di kampus walaupun kelasku sudah selesai dari tadi. Rean mengabari kalau dia masih sibuk dengan tugasnya dan sedang bersama teman sekelasnya untuk kerja kelompok. Padahal tadi pagi dia bilang mau menjemputku di kampus. Sudah kuduga kalau ajakannya itu tidak serius.

"Syn, ke kampus dua yuk. Aku mau ambil kartu tanda mahasiswa."

Universitasku memang memiliki banyak gedung di Medan ini, ada empat atau lima mungkin, banyak sekali bukan? Kampus tempatku menuntut ilmu, merupakan kampus utama. Fakultas Kesehatan dan Fakultas Sains memang ditempatkan di sini. Sedangkan untuk Fakultas Ekonomi, Ilmu sosial, dan lain-lain berada di kampus dua. Sedangkan kampus tiga, empat, dan lima—mungkin, sampai sekarang aku nggak tau apa fungsinya.

"Yaudah ayo," jawabku kemudian berjalan mengikuti Ana menuju mobilnya.

Ana benar-benar anak sultan bukan? Aku merasa beruntung bisa menjadi temannya. Karena Ana hanya berteman dekat denganku di kampus ini, begitu juga denganku. Aku tidak memiliki teman dekat lainnya selain Ana seorang.

Begitu sampai, aku duduk di kantin area selatan menunggu Ana. Aku malas ikut dengannya menuju ruangan Biro Kampus itu. Aku ini bukan tipikal perempuan yang bisa ramah ke semua orang, aku tidak terbiasa melemparkan senyum manisku dengan cuma-cuma. Dan jika aku masuk ke ruangan Biro, dengan terpaksa aku harus tersenyum dan menyapa beberapa dosen di sana. Melelahkan.

"Uda selesai?" tanyaku. Ana sudah duduk di depanku dengan segelas jus mangga di tangannya.

"Uda, ini," katanya seraya mengangkat Kartu Tanda Mahasiswa atau KTM yang baru saja dia dapatkan.

Sebenarnya KTM sudah dibagikan sejak semester dua kemarin, tapi Ana selalu malas mengambilnya. Aku sudah mengajaknya mengambil saat aku mengambil KTM-ku, tapi memang dia malas, ya dia tidak ikut.

"Syn, pacarmu si alien hari ini lagi ngapain?"

Aku mengerutkan kening, untuk apa dia menanyakan kegiatan pacarku?

Tapi aku tetap menjawabnya. "Kerja kelompok sama temannya. Semalam aku uda tanya, dia bilang dia itu kerja sambil kuliah. Tapi, kerja di tempat pamannya, jadi ya suka-sukanya mau kerja kapan."

"Jurusan apa?"

"Bisnis, deh, katanya semalam."

"Alisnya tebal 'kan? Bibirnya tipis? Mirip sama foto yang pernah kau tunjukan samaku?"

Aku semakin tidak mengerti. Untuk apa Ana menyebutkan alis serta bibir pacarku? Apa dia berniat menjadi pelakor di hubungan kami?

"Kenapa, sih? Kau mau jadi pelakor di hubunganku?"

Ana memukul lenganku pelan. "Coba liat tuh ke sana," katanya mengarahkan dagu ke belakangku. "Pacarmu bukan?"

Aku menoleh ke belakang dan mataku membelalak kaget. Itu Rean. Dia sedang berdiskusi dan sesekali tertawa bersama temannya.

Jadi, selama ini Rean berkuliah di Universitas yang sama denganku? Ya ampun, kemana saja aku selama ini sampai tidak pernah bertemu dengannya di kampus dua ini?

"Dia nggak ngasih tau kau kuliah di mana?"

Aku menggeleng. Semalam aku juga lupa menanyakan dia berkuliah di mana.

"Samperin gih, sana." Ana menyuruhku.

"Nggak, deh. Itu dia lagi sama temannya. Entar dia kaget, lihat aku di sini."

"Kok kaget? Kan kau pacarnya, harusnya senang didatangi pacar." Ana masih terus menyuruhku menemui Rean sampai bosan dan mau tak mau aku berjalan menuju Rean.

"Rean," panggilku dan dia menoleh.

Dia tersenyum, tidak ada keterkejutan sama sekali di sana. Aku saja terkejut tadi melihat dia, kenapa dia tidak? Ah, aku lupa. Pastinya selama ini Rean tau kalau kami satu Universitas. Tapi dia tidak memberitahuku, aku nggak bisa mengerti dengan jalan pikiran pacarku ini.

"Kamu sama siapa?" tanyanya dan mendekatiku.

Aku tersenyum canggung, aku tidak pernah menemui pacarku begini. Biasanya pacarku yang menemuiku. Mana ini mata temannya seram semua ngelihatin aku, emang aku punya utang apa ke mereka.

"Sama Ana, teman yang sering ku ceritain kalau dia selalu bersamaku. Itu, dia di sana." Aku menunjuk Ana yang sedang melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Rean. Aku melotot melihat senyumannya itu, dia boleh menunjukan senyum manisnya ke siapa saja, tapi tidak pada pacarku.

Rean membalas senyum Ana. Dia membawaku mendekat ke arah teman-temannya. Di antara lima teman yang Rean kenalkan padaku, ada satu yang aku benci. Pangestika. Perempuan yang entah kenapa melihatku dengan sorot mata benci, bahkan saat berkenalan dia seperti mau tak mau menerima uluran tanganku. Sok cantik sekali !

Aku pamit pulang duluan pada Rean dan mengatakan jangan terlalu lama berada di kampus. Rean hanya mengangguk dan mengelus puncak kepalaku dengan lembut. Untuk beberapa menit aku terbuai dengan sikap manisnya, tapi aku kembali tersadar saat mengingat semua perubahan Rean padaku, ini semua pasti hanya untuk membalas dendam.

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri, ya ✨

Part ini gimana menurut kalian?

Peluk jauh ❤️


Follow ig : @rsswp__

Rsswp__

Continue Reading

You'll Also Like

63.9K 7.1K 42
Menjadi Permaisuri di istana Jeon adalah impian setiap wanita di negeri ini. Tapi tidak dengan Yeri, impiannya adalah untuk bebas. Menjelajahi seluru...
807K 77.1K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.8M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.4M 36.6K 49
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...