COME BACK

By aimemy

16.6K 4.2K 5.8K

Synda berniat menutup pintu hati saat terakhir kali menjalin hubungan yang berakhir dikhianati. Tapi sepertin... More

Prolog
Part One
Part Two
Part Three
Part Four
Part Five
Part Seven
Part Eight
Part Nine
Part Ten
Eleven ๐Ÿ
Twelve ๐Ÿ
Thirteen ๐Ÿ
Fourteen ๐Ÿ
Fifteen ๐Ÿ
Sixteen ๐Ÿ
Seventeen ๐Ÿ

Part Six

561 238 229
By aimemy

Aku sengaja minta shift pagi Minggu ini karena ingin nonton bersama Rean. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku---sudah pukul 15.00 dan sudah waktunya aku pulang. Aku bergegas menuju ruang ganti staff kemudian berpamitan dengan Mbak Kamila----manager baruku.

Aku senang saat Mbak Kamila dipindahkan kemari, dan si manager gesrek itu dipindahkan ke cabang lain. Meski dia masih di Medan dan pastinya masih sering ke sini, setidaknya bukan dia lagi yang mengaturku. Semenjak Mbak Kamila menjadi manager di sini aku lebih bebas untuk berganti shift karena dia paham statusku yang masih menjadi mahasiswi, dan juga dia selalu membelaku kalau ada pelanggan yang kurang ajar mengganggu.

"Aku duluan, ya, Mbak, makasih uda izinin tukar shift hari ini," ucapku berpamitan.

Mbak Kamila tersenyum, "Iya hati-hati. Makasih sama si Zaski sono tuh, dia baik banget mau tukaran shift sama kamu."

"Iya Mbak, entar Zaski dan Mbak aku bayarin es krim deh," janjiku---kemudian aku berlari menuju abang ojol yang akan membawaku ke kos.

Jam tayang film yang kami tonton jam 17.00 aku masih memiliki waktu setidaknya satu jam sebelum Rean menjemputku. Mengingat ini kencan pertama kami setelah sekian lama berpisah, aku harus berdandan secantik mungkin. Kali aja dia langsung mengajakku balikan, atau lebih beruntungnya dia mengajakku nikah. Kan lumayan biaya kuliahku berapa semester lagi, bisa ditanggung Rean.

Tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di depan kos dan langsung ngacir masuk ke dalam. Aku bingung harus memilih gaun yang mana. Eh? Bukan gaun, lebih tepatnya baju casual. Aku bukan tipe perempuan yang suka memakai gaun ke sana kemari, gaun itu ribet pemirsa. Pakaian casual lebih nyaman di tubuhku.

Rean datang tepat waktu, saat aku sudah selesai berdandan. Laki-laki itu mengirimiku pesan dan membunyikan klaksonnya. Aku berdiri dan mengambil sepatu catsku---kemudian berjalan keluar pintu dan mendekati Rean yang berdiri di dekat mobilnya.

Disepanjang perjalanan tidak ada yang memulai percakapan, aku terlalu degdegan duduk bedua di dalam mobil bersama Rean. Akhirnya segala keinginanku dulu terpenuhi sekarang. Bisa kalian bayangkan betapa ngenesnya aku mengejar cinta seorang Rean yang berada di sampingku ini? Sangat mengenaskan dan menyedihkan!

Begitu sampai di basemant, aku langsung turun---mengikuti Rean yang sudah berjalan di depanku. Aneh bukan? Harusnya dia berjalan di sampingku, tapi dia malah meninggalkanku, dasar laki-laki kurang akhlak si Raen ini!.

Aku sedikit sulit mengimbangi langkah kakinya yang besar itu. Aku bingung kenapa dia berjalan begitu cepat, apa dia sedang sakit perut dan ingin ke toilet?

"Pelan-pelan dong. Langkah kaki kamu besar banget tau,"

Rean berhenti sebentar, kemudian melihatku. "Kaki kamu aja yang pendek."

Ingin kucabik-cabik mulut laki-laki ini. Enak saja mengatai kakiku pendek, gini-gini tinggiku mencapai 160 cm. Dia saja yang terlalu tinggi seperti tangga yang sering kupakai untuk nyolong mangga Wak Inong---tetangga di sebelah kosku.

🍁🍁🍁

Hari ini bioskop sangat ramai, mungkin karena weekend. Aku mencari tempat duduk untuk menunggu, film yang akan kami tonton belum tayang, kira-kira 20 menitan lagi. Tidak lucu kan, aku berdiri selama 20 menit? Bisa pendarahan aku di sini.

Aku melihat ke arah Rean dengan puppy eyesku, berharap laki-laki itu peka dan mau mencarikan tempat kosong untukku. Tapi ternyata tidak. Laki-laki itu menaikan satu alisnya saat melihat wajahku kemudian berlalu pergi. Jahat sekali!

Aku terus mengedarkan pandangku untuk mencari kursi kosong, dan menangkap Rean di depan sana yang sedang melambaikan tangannya padaku. Aku berjalan ke sana dengan kening berkerut, untuk apa laki-laki jahat ini memanggilku.

"Kenapa?" tanyaku sedikit ketus. Wajar dong, kan aku sedang kesal.

"Duduk di sini" tunjuknya pada kursi kosong di sebelahnya. "Kamu capekkan? Aku beli cemilan bentar buat kita."

"Kok kamu bisa dapat tempat duduk sih? Aku dari tadi aja nggak dapat-dapat."

"Aku punya trik tersendiri."

"Apa triknya? Bagi dong."

Rean mencondongkan badannya ke depanku, dan mendekat ke arah telinga kananku. "Aku nunjuk kamu tadi, terus bilang ke adik-adik yang di sini kalau kamu istriku yang sedang hamil muda. Hebatnya mereka percaya itu."

Aku membelakan mata saat mendengar ucapan Rean. Apa katanya tadi? Aku ini istrinya yang sedang hamil muda? Wah, gila dia ini!

Aku memukul pelan lengan Rean. "Aku nggak hamil ya, dan aku bukan istrimu."

Rean mengindikan bahunya. "Padahal kamu berharapnya begitu, dan aku tau itu." Laki-laki itu berjalan menuju XXI cafe-memesan cemilan untuk kami.

Aku sedikit bullshing mendengar ucapan Rean tadi. Mengapa dia bisa tau harapanku itu? Apa terlalu terlhat dari sikap kurang belaianku ini? Bahkan adik-adik tadi pun percaya bahwa kami suami istri? Sepertinya aku memang berjodoh dengan Rean.

***

"Kau kenapa sih?" tanya Ana. Mungkin perempuan ini heran melihatku yang modar-mandir nggak jelas dari tadi.

Setelah menonton dengan Rean, aku tidak meminta langsung diantar ke kosku, melainkan ke kos Ana. Rean sedikit bingung tadi, mungkin dia mengira aku akan ke tempat teman laki-lakiku, saatku sebutkan nama lengkap Ana, baru dia percaya dan ketegangan di wajahnya berkurang.

"Aku bingung, Na. Si Rean itu masih suka aku nggak sih?"

"Lah, mana ku tau. Aku kan bukan cenayang."

Aku berdecak kesal. "Menurumu dari apa yang dilakuinnya, dia masih suka aku nggak?"

Perempuan itu berdiri, mengambil gelas dan mengisinya dengan jus yang tersedia di kulkasnya. "Fifty-fifty sih menurutku."

"Loh, kok fifty-fifty sih?"

"Ya gimana, ya, kalau kubilang dia suka samamu, harusnya dia uda nembak kau lagi atau ngajak balikan 'kan? Bukan buat kau berpikir kayak orang gila begini di kosku. Kalau kubilang dia nggak suka samamu, ngapain coba jam sepuluh malam ke rumahmu, cuma mau ngasih martabak dan tiket doang? Kan kau bisa beli martabak sendiri, kalau mau nonton juga bisa pesan dari aplikasi aja. Kayak orang kuno deh dia."

Aku menatap horror kepada Ana, kenapa di akhir kata-katanya, dia harus mengata-ngatai Rean seperti itu.

"Hehe. Sorry, keceplosan aku."

"Jadi intinya dia masih suka aku atau nggak?"

"Mana aku tau maemunahhh ..., kayak kataku tadi fifty-fifty. Semua hal yang dia lakuin sederhana memang, sesederhana dia bohong ke orang-orang agar kau dapat tempat duduk. Tapi, hal sederhana itu berdampak besar ke hatimu 'kan?"

Penuturan Ana kali ini sukses membuat otakku berpikir keras. Semua fakta yang dikatakan Ana memang benar, hal yang dilakukan Rean memang sederhana, tapi efek ke hatiku luar biasa.

Lalu aku harus apa? Bertanya pada Rean, dia masih suka atau tidak padaku? Sedangkan pertanyaanku kemarin saja belum dijawab sampai sekarang.

🍁🍁🍁

Aku menghela napas panjang sebelum berjalan memasuki area kampus. Pagi ini dikabarkan ada kuis mendadak yang diadakan oleh Pak Tanjung----dosen kedua yang tidak aku sukai. Semalam aku pusing memikirkan Rean masih menyukaiku atau tidak, sampai aku bergadang dan belum juga menemukan jawabannya. Dan pagi ini mendapat kabar tak menyenangkan. Sangat meyedihkan hidupku ini.

Aku melihat Niawan yang berjalan ke arahku dengan kening yang berkerut. Entah apa yang akan ditanyakannya lagi kali ini.

"Nda, kau sukanya frozen 'kan?" tanyanya----duduk di sampingku.

Aku menoleh malas. "Iya."

"Terus, kenapa mukamu kayak panda pagi ini? Matamu hitam begitu. Uda berubah kesukaanmu sekarang? Gak suka frozen lagi?"

Tuh kan. Aku sudah bisa menebak, hal yang ditanyakan Niawan memang tidak pernah berbobot.

"Nggak ada hal lain yang bisa kau tanyain selain apa yang kusukai sekarang, Nia? Nanya aku uda sarapan atau belum gitu, atau tanya nomer rekeningku karena mau isi saldonya gitu. Lebih bermanfaat kayaknya."

"Dih, rugi. Aku aja belum sarapan, rekeningku aja kosong. Kok malah mau nanyakin kau." Setelah mengatakan itu, laki-laki itu pergi dari hadapanku. Mungkin dia akan ke kantin untuk mengisi perutnya.

Ana yang baru datang langsung geleng-geleng melihatku, mungkin dalam hatinya berkata aku ini perempuan macam apa yang ke kampus tidak ada cantik-cantiknya. Syukur aku masih mau mandi.

Ana langsung memberiku pulpen beserta kertas. "Aku tau kau nggak bawa binder dan pulpen. Jadi, ni aku siapin."

"Ana memang teman terbaik sepanjang hidupku. Aku sayang Ana."

Perempuan itu mengangguk. "Kalau dihitung-hitung, pulpenku uda lebih satu kotak kayaknya samamu, Syn."

"Nanti kubalikin."

Ana menggelengkan kepalanya-lagi, sepertinya itu kebiasaan baru Ana.

Jangan lupa votement ❤️

Peluk jauh ❤️

Rsswp_

Continue Reading

You'll Also Like

Secret Chat By clary

Teen Fiction

83.3K 5.1K 12
Serem nggak sih tiba-tiba aja ada orang yang ngechat lo dan dia tahu segalanya tentang lo. Bahkan dia bilang, dia akan membuat gue sadar sebenernya g...
DAVEVA By YJ

Romance

1.9M 28.4K 7
Eva hamil dan membuat tunangan kakaknya menikahinya. Semua pun berjalan rumit ketika kakaknya dan kekasihnya dulu tiba. || Copyright ยฉ2016 by Kyuri.
3.5K 365 5
โ2nd PART of Alan Allana (ON GOING) _______________________________________ "Leo, hidup itu kaya sebuah buku. Orang tua kita yang kasih sampul, dan k...
1.6M 14.8K 24
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...