Self Injurlove ( terbit )

By Salwaliya

9.7M 360K 42.4K

SUDAH TERBIT DI BUKUNE Zana Pramitha harus mengalami kenyataan pahit setelah terbangun dari komanya selama 3... More

💭 Prolog
{ 1 } Ada apa setelah 3 tahun?
{ 3 } Harapan telah pupus
{ 5 } Halte bis
{ 7 } Arion tidak setuju
{ 8 } Bertengkar lagi
{ 9 } Nihil
{ 10 } Kembali
{ 11 } Suasana baru
{ 12 } Petunjuk lagi
{ 13 } Bubur ayam vs Jantung Zana
{ 15 } Mendadak bawel
{ 16 } Janggal
{ 17 } Nekat
{ 18 } Suka
{ 19 } Jatuh hati pada Pangeran Cabai
{ 20 } Zana senang, Arion sengsara
{ 26 } A kiss
{ 27 } Bukan itu maunya
{ 28 } Aura pulang
{ 29 } Ada apa dengan mereka?
{ 30 } Mulai terkuak
{ 36 } Menolak tak peduli
{ 37 } Dibuat gila
{ 38 } Rival?
{ 42 } Mana yang benar?
{43} Gemas
{ 54 } kemana pergimu?
{ 55 } Bukan pilihannya.
{ 56 } i just want you...
D'Alega
{ 57 } kembali
OPEN PO KAPAN
GA + VOTE COVER
H-2 PO + PRICE
HARI INI PO + CARA PESAN!

{ 14 } Penolakan

141K 11.2K 375
By Salwaliya


— Aku tau akan dapat penolakan lagi. Tapi entah kenapa diriku tak ingin berhenti mengujinya. Meyakinkan hatiku bahwa 'mungkin' kali ini penolakan itu tidak terjadi. —
Zana Pramitha

Happy Reading!

Aura tersenyum lebar saat mencium aroma sedap dari dapur. Gadis itu memakai sandalnya yang selalu terletak di depan kamar dan berlari kecil menuju sana. Dia makin melebarkan senyum melihat Zana tengah sibuk mengosreng masakan. Mimpi apa Aura pagi-pagi sudah dibuatkan sarapan.

"Masak apa, kak?" Dengan penasaran dia mengintip.

"Suka oseng-oseng bakso kan?"

Mata Aura berbinar. "Suka! Mami sering masakin oseng bakso. Perasaan makanan yang dimasak selalu tepat deh."

Zana terkekeh. "Kebetulan aja kali."

"Kita ke pasar lagi kapan?"

Semenjak tinggal di sini jika hari libur Zana akan mengajak Aura pergi ke pasar terdekat sini untuk membeli bahan makanan. Aura baru tau ternyata belanja di pasar lebih menyenangkan daripada di supermarket. Bahkan dia sudah diajari cara menawar dengan penjual.

"Besok aja deh, Ra. Lagian sayur bayem nya masih." Zana menuangkan kecap ke dalam wajan. Jangan heran kenapa dia jago masak. Setiap Yuna menyiapkan makan Zana selalu nimbrung agar tau cara membuatnya.

Zana jadi rindu mamahnya. Sedang apa kira-kira wanita itu?

"Awas, gosong! Jangan ngelamun mulu."

Zana mengerjap. "Ra, ambilin air segelas dong."

Aura mengiyakan dengan semangat. Dia membantu Zana membuatkan beberapa makanan. Dalam beberapa menit hidangan sudah jadi. Selain oseng bakso, Zana juga menggoreng ayam. Mereka menyiapkan masakan di meja dengan rapi.

Aura melirik Zana yang tengah sibuk menata piring. Hatinya menghangat. Setelah dua tahun hidup sendiri bersama Arion akhirnya dia bisa merasakan hal-hal seperti ini di rumah. Biasanya jika sarapan Aura makan makanan dari semalam atau membuat nasi goreng. Dia selalu rindu masakan maminya.

"Aku panggil bang Arion dulu, ya."

Sebelumnya Arion selalu menghindar untuk sarapan pagi. Tapi Aura memaksa agar menghargai masakan Zana. Dia tau abangnya masih belum sepenuhnya menerima kehadiran orang di rumah, tapi Aura akan berusaha membuat Arion mengerti. Kapan lagi dia bisa merasakan hal seperti ini di rumah.

Semenjak kehadiran Zana tak ada yang namanya bosan di rumah. Bahkan Aura selalu semangat ketika bel pulang berbunyi. Dia senang menghabiskan waktu bersama Zana.

"Bang, udah bangun?" Aura mengetuk pintu kamar Arion. Dia mencoba menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci. Aura masuk ke dalam.

"Bang?"

"Apa?" teriak Arion dari kamar mandi.

"Buruan turun sarapan! Udah jadi tuh,"

"Iya, nyusul."

"Nggak pake lama!"

"Bawel. Abang lagi cuci muka." 

Arion membasuh wajahnya dengan air. Aura sudah keluar dari kamar. Dia mengambil hp nya di nakas untuk melihat notifikasi apa yang masuk. Karena Andra bilang akan menjemputnya untuk melihat-lihat furniture. Arion berniat mengganti kursi kafenya.

Andra : gue jemput jam lima sorean aja. Lo hari ini tutup kafe kan?

Setelah Arion mengirim balasan dia turun ke bawah. Sepertinya dia akan menghabiskan waktu di rumah untuk hari ini. Dia sengaja menutup kafe karena ada beberapa renovasi yang akan dilakukan. Arion bosan dengan tampilan kafenya sekarang.

Langkahnya spontan berhenti saat mendengar suara aneh dari kamar mandi. Saat dia mencoba tak peduli dan lanjut berjalan suara aneh itu kembali muncul. Arion mau tak mau mendekat ke sana. Muncul suara ringisan berulang kali.

Arion mengetuk pintu kamar mandi dan menciptakan hening sesaat. Hanya muncul suara air kran dan setelahnya pintu kamar mandi terbuka. Arion mengerutkan dahi melihat wajah pucat Zana. Itu ketara sekali.

"Kenapa?" tanya Zana.

"Lo yang kenapa. Berisik banget."

"Hah? Berisik gimana? Gue buang air kecil."

Arion terdiam sebentar. Dia tak ingin tau urusan gadis itu. Jadilah Arion melewati Zana untuk menuju meja makan. Meninggalkan Zana yang terdiam kaku di tempatnya. Dia bernafas lega ketika Arion tak menanyakan apapun. Untuk pertama kali Zana beruntung dengan sikap tak peduli lelaki itu.

📌📌📌📌

Arion menghisap rokoknya dengan wajah tenang. Sesekali matanya melirik layar hp yang ia biarkan tergeletak di lantai. Menunggu notifikasi dari keluarganya. Sesaat kemudian kepalanya menatap lurus keluar jendela. Menatap langit-langit dengan tatapan sendu.

Dia tidak bisa munafik jika rindu keluarganya. Rindu olahraga bersama Papi, atau bergurau dengan Mami. Tidak hanya Aura yang merasa kesepian. Dia pun sama. Tapi tiap Arion menghubungi keduanya untuk meminta kemari, selalu ada alasan. Entah itu ada klien baru, atau pekerjaan sedang ramai.

Arion langsung menatap layar hp saat muncul dering. Dia dengan cekatan mengangkatnya.

"Hallo?"

"Hallo, Yon."

Arion mengerutkan dahi. Dia menjauhkan hp nya dari telinga dan menatap nama yang tertera di layarnya. Begitu melihat dengusan malas keluar. "Apa?"

"Liat-liatnya ganti besok aja, ya. Gue perlu jemput sodara ke bandara."

"Dasar."

"Ya, mau gimana lagi, bro. Nyokap gue maksa mulu."

"Yaudah."

"Jangan marah dong, Yon. Kayak cewek lo ah!"

"Heh bangsat, yang marah siapa? Terus gue musti ngomong apa? Hati-hati di jalan?"

Di seberang sana Andra tertawa. "Minimal bilang 'iya nggak papa.' Jadi gue adem ayem."

"Berisik lo ah."

Tanpa menunggu persetujuan Andra panggilan terputus. Arion membuang puntung rokoknya ke asbak. Dia melirik jam yang masih menunjuk ke angka tiga. Entah kenapa waktu berjalan begitu lama hari ini.

Arion memutuskan untuk ke bawah untuk melihat sedang apa adiknya. Saat sampai di tangga dia justru melihat Zana sedang sibuk melihat surat kabar. Tak mau peduli Arion melewati begitu saja.

Zana mendongak menatap Arion. Apa lelaki itu tidak kerja?

Zana melipat koran yang sempat dia beli kemarin. Gadis itu tersenyum tipis. Hari ini dia akan mencari pekerjaan. Dia tidak mau seenaknya menumpang di sini dan santai-santai. Zana butuh uang untuk tempat tinggalnya ke depan.

Zana meminjam motor Aura untuk keluar sebentar. Dia belum mengatakan jika akan mencari pekerjaan. Nanti saja kalau sudah diterima, baru Zana terus terang. Tujuan pertama Zana adalah rumah makan yang ia lihat di internet tadi, karena setau Zana tempat ini membuka lowongan kerja bagi lulusan SMA. Walau Zana belum dinyatakan lulus.

Saat masuk Zana bertemu dengan pegawai di sana. Dia langsung diminta masuk ke ruangan untuk diwawancarai. Semoga kali ini berhasil.

📌📌📌

"Mami nggak bisa ditelfon lagi, ya?" Aura tersenyum pahit. Ini bukan sekali selama dua tahun tinggal sendiri. Aura tak pernah lelah menanyakan ke Arion kapan orang tuanya akan ke Jakarta. Meski jawabannya selalu sama.

"Nggak bisa."

"Kita ke Medan aja gimana? Aku mau tau pekerjaan apa yang ngebuat mereka enggan pulang."

"Kamu bentar lagi ujian. Nggak usah aneh-aneh."

Aura mencebik kesal. "Bang, aku tuh kangen sama mereka. Terakhir kali mereka dateng beberapa bulan yang lalu. Padahal perjalanan ke sini nggak jauh banget."

"Abang udah usaha buat telfon, tapi nggak diangkat. Mungkin mau ngasih kejutan."

"Ini ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan kalinya abang bilang gitu."

Arion memicing sinis. Dia menoyor kepala Aura. "Lebay."

"Abang nggak jadi liat-liat barang sama bang Andra? Katanya sore, ini udah jam berapa?" Aura melirik jam dinding. "Tuh, jam lima sore."

Arion merebahkan badannya di kasur Aura. "Nggak jadi. Dia jemput sodaranya di bandara."

"Sodaranya?"

"Hm."

"Siapa?"

"Nanya Andra sendiri lah."

"Abang nggak tau?"

"Nggak."

"Dih, ngeselin gitu."

Arion menatap kepergian Aura dari kamar dengan dahi berkerut. Untuk apa dia menghampiri adiknya kalau ditinggal begini. Kurang ajar. Mau tak mau Arion ikut keluar kamar. Adiknya nampak kebingungan seperti mencari seseorang.

"Apasih, Ra? Repot banget."

"Kak Zana kemana, ya? Masa beli jajan lama banget."

"Beli jajan?"

"Iya. Dia bilang mau minjem motor buat beli jajan sebentar. Masa dua jam nggak balik-balik." Aura menggaruk rambutnya bingung. Seharusnya dia ikut Zana saja tadi.

"Yaudah sih, tinggal tunggu aja. Repot banget."

"Masalahnya kak Zana nggak punya hp. Dia dimana, ya..." gumam Aura.

"Kamu bilang dia beli jajan. Ya sabar lah."

Arion yang diabaikan hanya mendengus. Kekhawatiran Aura selalu berlebihan menurutnya. Sungguh kali ini dia akan menolak jika Aura memintanya mencari perempuan itu.

"Bang..."

"Nggak. Abang nggak mau. Capek."

"Kok gitu sih? Kalo kak Zana kenapa—"

"Dia nggak bakal kenapa-napa, Ra. Zana bukan anak kecil."

"Tapi—"

"Diem. Nggak usah bawel."

📌📌📌

Zana menekan bel rumah berulang kali. Dia jadi merasa bersalah karena pulang malam begini. Karena saat wawancara tadi Zana langsung diterima menjadi staf kasir. Berhubung restoran sedang ramai, dia langsung diminta bekerja. Alhasil jam segini baru pulang. Pasti Aura mencarinya.

Beberapa saat kemudian pintu rumah terbuka. Zana langsung dihadapkan dengan Arion. Wajah lelaki itu sangat datar— meski selalu begitu, entah kenapa kali ini Zana merasa gugup.

"Dari mana aja lo?" tanyanya.

"Gu-gue ada urusan."

Arion menarik tangan Zana untuk masuk.

"Gue nggak peduli apa urusan lo sampe pulang jam segini. Seenggaknya lo peduli sama adek gue yang panik gara-gara lo nggak ada kabar."

Zana menunduk. Dia mendadak merasa bersalah karena melupakan pemilik rumah ini. Seharusnya Zana sadar diri untuk memberi kabar.  "Maaf..."

"Gue nggak ada urusannya sama itu."

"Gue nggak tau harus ngabarin pake apa. Sorry..."

"Lain kali kalo pergi kasih tau ke Aura mau kemana. Gue yang harus repot direcokin sama dia."

"Maaf..."

Arion menghembuskan napas panjang. Untung Aura sudah tidur jadi dia tak akan kena omelan adiknya karena bicara seperti ini pada Zana. Tapi Arion tak merasa bersalah, karena inilah dia. Jika ada yang salah, maka akan dia benarkan. Tak peduli akan menyakiti perasaan orang lain. Arion tidak suka jika ada yang tidak beres di sekitarnya.

Arion hendak kembali ke kamarnya namun langkahnya terhenti kala tangan Zana menarik kaosnya. Pelan tapi mampu membuat Arion kembali membalikkan badan.

"Apa?"

"Gue bawaiin lo makan."

"Kenapa lo hobi bawaiin gue makan?"

Zana mengerjap. Baru menyadari keanehan dirinya. "Tadi di jalan gue nggak sengaja liat warung bubur ayam. Makanya gue mampir. Jadi gue beliin sekalian siapa tau lo belum makan."

"Gue nggak mau."

Zana sudah menebak penolakan itu. Dia menganggukan kepalanya pelan. "Oke. Nggak papa." ujarnya sedikit kecewa.

Gadis itu berjalan melewati Arion. Mungkin malam ini dia akan menghabiskan banyak makan. Seharusnya Zana tak perlu membawakan bubur ayam ini. Padahal dia sudah tau dari awal jika ini tak berguna. Entah apa alasannya, dia selalu ingin membuat Arion terkesan.

Perasaan macam apa ini.

TBC

Btw, Arion bekas badboy di sekolahnya. Jadi jangan heran kenapa dia ngerokok :).
Untung ganteng...



Mana komennya?! Nggak rame nih pars

Btw boleh minta tolong promosiin cerita ini di temen" kamu atau instagram? Berguna banget buat authormu ini :)

Salam Aziq, Mom

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.9M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.5M 251K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
330K 25.7K 24
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
6.7M 218K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...