My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 25

27K 2.1K 181
By May_Rose22

Spam lagi kuy😗
Tiket untuk part selanjutnya.

-Melupakan semuanya bukan berarti bisa memulai dari awal-

❤️❤️❤️

Aurora menatap pantulan dirinya dari kaca besar didepannya. Dress berwarna maroon yang kini melekat indah pada tubuhnya adalah alasan mengapa Dean mengajaknya bertemu bahkan memaksa menjemputnya di kost waktu itu, lelaki tampan yang merupakan CEO dimana Aurora menerbitkan novelnya memberikan Aurora dress itu untuk dikenakan pagi ini. Dress yang sangat pas seolah di buat hanya untuknya itu tentu memiliki harga fantastis dan Aurora tahu akan hal itu.

"Whatever!"

Aurora meraih tasnya lalu segera keluar dari kamar kost mengabaikan rasa tidak nyamannya karena harus mengenakan dress pemberian Dean yang mahal hanya untuk acara seperti ini. Aurora sudah berusaha menolak tetapi bukan Dean namanya jika menyerah, sebenarnya bisa saja Aurora tak memakainya pagi ini, tetapi ia sadar meski bagaimanapun Dean akan tersinggung dengan sikapnya itu.

"Non Aurora?"

Aurora menghentikan langkahnya menatap bapak-bapak di depannya dengan kening berkerut.

"Ya?"

"Saya supir den Dean di suruh jemput non Aurora, mari silahkan masuk."

Aurora tak percaya begitu saja karena Dean tak memberitahu akan hal ini sebelumnya hingga sebuah pesan dari Dean masuk dan menanyakan apakah supirnya sudah menjemputnya atau belum.

Lagi, Aurora merasa Dean memperlakukan dirinya dengan istimewa. Menghela nafas pelan, Aurora segera masuk kedalam mobil setelah sopir itu membukakan pintu untuknya.

"Bapak supir pribadi Dean?"

"Saya supir keluarga , supir pribadi den Dean mah masih muda non." Jawabnya seraya melirik Aurora dari kaca spion di depannya.

Aurora hanya mengangguk kecil dan tak menanyakan apapun lagi hingga mereka sampai di kantor.

***

Faiz menatap gedung di depannya dengan malas, entah ada angin apa dirinya di undang untuk menghadiri hari jadi perusahaan yang dipimpin oleh Dean. Jika tak mengingat ia membawa nama baik perusahaannya dan harus menunjukkan profesionalismenya, Faiz akan sangat enggan untuk datang dan memilih untuk menemui Aurora pagi ini.

Seorang pegawai perempuan Dean yang menyambut kedatangan Faiz segera mengarahkan lelaki itu agar mengikutinya menuju aula acara, Faiz melihat ada banyak petinggi perusahaan lain yang juga datang dan sudah berkumpul di dalam.

"Pak Dean masih bersama seseorang di lobby, akan saya sampaikan pada beliau jika ada sudah datang."

Faiz hanya mengangguk , baginya tidak penting Dean menemuinya atau tidak, ia tak terlalu peduli akan hal itu. Tak lama seseorang menghampiri Faiz, menepuk pundak lelaki itu hingga Faiz menoleh dan langsung mengerutkan keningnya.

"Lo lupa sama gue?"

Faiz memperhatikan gadis di depannya lalu menggeleng "maaf, bisa ingatkan saya?"

"Oh My God! Gue Pricilia temen kuliah Lo dulu."

"Cillia yang gendut itu?" Seketika Faiz terkekeh, teman lamanya yang dulu gendut dan tak peduli dengan penampilan, kini berubah seperti model kelas A.

"Gue udah secantik ini masih mau Lo bully? Butuh perjuangan tahu biar bisa secantik ini, sekali-kali kek Lo puji gue."

"Masih aja Lo cerewet." Jawab Faiz mendorong kening Pricilia pelan dengan jati telunjuknya menyadari gadis itu berdiri terlalu dekat dengannya. "Jangan deket-deket, Lo kan jarang mandi."

Dengan kesal gadis itu memukul lengan Faiz dengan tas yang ia bawa dan membuat Faiz tertawa hingga sebuah suara menghentikan aksi keduanya.

"Selamat datang, maaf membuat kalian menunggu."

"Gak masalah." Faiz menerima uluran jabat tangan dari Dean begitu saja tanpa ingin mengucapkan apapun.

"Kalian masih perang dingin?" Selidik gadis cantik yang berdiri diantara mereka

Dean menatap Pricilia lalu melirik Faiz yang membuang wajah memilih mengamati sekitar.

"Gue sih maunya baikan, tapi kayaknya Faiz masih dendam sama gue." Jawab Dean mengabaikan Faiz yang langsung menatapnya sengit.

"C'mon guys! Kejadian itu udah lama banget dan gue juga udah lupain semuanya." Ucap Pricilia berusaha menjadi penengah agar dua lelaki yang dulu sahabatnya itu kembali berdamai.

"Lupain kalau Lo pernah hampir mati gara-gara dia?" Sinis Faiz membuat Dean tersenyum kecut

"Kan ada Lo yang selalu jadi pahlawan gue." Pricilia tersenyum manis menatap Faiz seraya memeluk lengan lelaki itu yang terus berusaha menolak.

"Cillia, lepasin!"

"Gak mau, gue udah cantik udah gak akan bikin Lo malu, Faiz."

"Cil--"

"Dean."

Ucapan Faiz terpotong oleh suara lembut seseorang yang baru datang dan langsung di sambut oleh Dean.

"Ra, udah selesai ngobrol sama Sintia nya?" Dean menarik lembut tangan Aurora agar mendekat.

Sejenak Aurora menatap Faiz yang juga menatapnya terkejut, pandangan Aurora teralih pada pemilik jari lentik yang setia bergelayut pada lengan Faiz.

"Udah." Jawab Aurora setelah memutuskan kontak mata dengan Faiz lalu menatap Dean dengan senyuman, hal yang membuat dada Faiz bergemuruh hebat.

"Ara." Faiz menatap Aurora penuh harap

"Kalian saling kenal?" Tanya Pricilia

"Beliau bos saya." Jawab Aurora tenang membuat Faiz kesal luar biasa dan membuat Dean tersenyum tipis.

"Oh ya?! Kenalin gue Pricilia calon istri Faiz."

"Cil!" Faiz melepaskan tangan Pricilia dengan kesal

"Dia sahabat lamaku, Ra." Faiz mencoba menjelaskan sesuatu yang ia anggap bisa membuat Aurora salah paham dan semakin marah padanya.

"Dasar gak bisa di ajak bercanda," kesal Pricilia lalu tersenyum pada Aurora yang hanya menyunggingkan senyum tipis, bahkan mengabaikan keberadaan Faiz.

"Sama gue santai aja, lagian kalau punya bos kayak Faiz gue jamin pasti makan hati tiap hari."

Lagi-lagi Aurora hanya tersenyum, dan menoleh pada Dean yang sedari tadi memilih diam.

"Dean, hp ku ketinggalan di mobil kamu."

Aurora mengatakan hal itu yang seolah secara tak langsung memberitahu Faiz bahwa dirinya tidak berangkat sendiri.

"Biar aku suruh orang buat ngambil."

Aurora menggeleng "aku ambil sendiri deh."

"Ayo aku antar."

Faiz sudah terlihat ingin meledak melihat interaksi Aurora dan Dean di depannya.

"Ara, aku--"

"Pak, saya permisi dulu." Aurora pamit lalu menundukkan kepalanya hormat pada Faiz dan menatap Pricilia, mengabaikan sorot mata Faiz yang terluka.

"Cil, gue duluan ya."

"Bye Ra!" Pricilia melambaikan tangannya.

***

"Si bos kayak lagi patah hati gitu, kamu tolak cintanya?"

"Apaan sih, emang dia aja yang rada ga jelas. Kayak gak tahu pak Faiz aja." Kilah Aurora yang berjalan disebelah Dean.

Dean tertawa ringan dan menghentikan langkahnya saat melihat supir yang tadi menjemput Aurora berjalan cepat ke arah mereka.

"Den, ini hp non Aurora ketinggalan di mobil tadi."

"Makasih ya pak." Ucap Dean menerima ponsel Aurora dari supirnya dan langsung menyerahkannya pada Aurora .

"Lain kali jangan ceroboh." Dean menepuk kepala Aurora yang membuat gadis itu hanya mengangguk singkat.

"Kita mulai acaranya ya, kamu harus berdiri di sampingku." Dean menyodorkan lengannya yang membuat Aurora langsung paham.

Gadis itu melirik seseorang yang sedang memperhatikannya sebelum menerima permintaan Dean dan berjalan bersama lelaki itu, mengabaikan betapa hancurnya hati Faiz saat ini.

MC yang berdiri di depan memulai acara dengan meriah hingga tiba pada acara terpenting yaitu sambutan CEO sekaligus pengenalan Aurora pada seluruh hadirin degan skema acara yang telah Dean susun sedemikian rupa.

Dean berjalan bersama Aurora di sampingnya yang memilih tak lagi menggandeng lengan Dean dan Dean tak marah akan hal itu.

"Selamat pagi, terima kasih atas kehadiran saudara-saudara pada pagi hari ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, Bagaskara Publishing tidak pernah absen mengadakan perayaan ulang tahun perusahaan yang bertujuan untuk terus memotivasi kita semua agar terus berbenah dan menjadi semakin baik seiiring bertambahnya usia perusahaan ini. Saya sampaikan terima kasih kepada semua yang sudah berkontribusi dan tak lelah mendukung Bagaskara Publishing hingga menjadi salah satu penerbit Mayor terbaik di Indonesia."

Suara gemuruh tepuk tangan membuat Dean menjeda sambutannya , lelaki itu tersenyum lalu kembali melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.

"Kita semua tahu, bahwa Bagaskara Publishing sudah banyak mencetak buku, novel dan karya sastra lain dari para penulis hebat tanah air, namun pada kesempatan kali ini, saya sebagai CEO Bagaskara Publishing ingin mengenalkan pada kalian penulis terbaik kami, penulis yang berhasil membuat salah satu produser tertarik dengan naskahnya untuk dijadikan film yang akan tayang pada layar lebar seluruh Indonesia, Laudya Aurora."

Aurora menganggukkan kepalanya dan memberikan senyum terbaik menyambut tepuk tangan dari semua orang. Ia melirik Dean kesal yang hanya menyunggingkan senyum kemenangan.

Setelah menyelesaikan sambutannya dan memperlihatkan contoh novel karya Aurora pada semua orang yang sudah di susun rapi pada stan khusus di sudut aula, Dean kini berjalan mendekati Aurora yang menatap kesal padanya.

"Kok kamu gak bilang apa-apa, aku kayak orang bodoh tadi!"

Dean tertawa lalu memberikan segelas minuman pada Aurora. "Bilang tentang?"

"Ya tentang naskahku yang di lirik produser, terus tentang acara ini, ya ampun! ini lebih mirip acara khusus perayaan untukku daripada acara ulang tahun perusahaan."

"Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." Dean memamerkan senyum tak berdosanya "anggap aja ini kejutan dari Bagaskara Publishing dan juga--"

"Ara, kita harus bicara!" Tiba-tiba saja lengan Aurora di tarik paksa oleh Faiz yang baru saja datang mengganggu obrolan antara Aurora dan Dean.

"Pak, lepaskan saya! Malu dilihat orang." Aurora mencoba melepaskan dirinya dari Faiz yang hanya sia-sia.

"Kalem bro, gue gak setuju kalau Lo kasar sama Aurora." Dean menatap Faiz penuh peringatan yang membuat Faiz tak peduli.

"Ikut atau kucium kamu disini?!" Ancam Faiz yang terdengar nekat namun mampu membuat Aurora menurut setelah melihat sorot keseriusan pada mata Faiz.

Dean mendesah melihat Aurora yang pergi bersama Faiz, ia meminum hingga tandas minumannya lalu memilih untuk pergi menemui tamu-tamunya.

***

"Pak Faiz, lepas!"

"Apa salahku sama kamu, Ra?!" Faiz membawa Aurora pada lorong sepi dan memojokkan gadis itu ke dinding.

Aurora mendongak, menatap mata Faiz lalu tersenyum sinis. "Gak ada, aku aja yang terlalu bodoh sempat percaya sama kamu."

"Dan aku masih menjaga kepercayaanmu, jadi gak ada alasan kamu terus menghindar begini."

"Aku gak menghindar, aku hanya berusaha sadar diri--"

"Sadar diri untuk apa?! Sebelumnya hubungan kita baik-baik aja." Geram Faiz.

Aurora mendorong Faiz agar sedikit menjauh darinya. "ya, sebelumnya memang baik-baik aja dan semua berubah setelah aku sadar kalau nyonya Hasan hanya menatapku seperti sampah!"

"Anda hanya akan merusak harga diri keluarga anda jika terus mengejar saya." Aurora yang hendak beranjak pergi langsung di cegah oleh Faiz dengan memeluk erat dirinya.

"Maaf, Ra. Aku mohon."

Aurora hanya diam, tak ingin membalas pelukan Faiz ataupun berusaha menghindar.

"Anggap semua tidak pernah terjadi." Kalimat uang meluncur begitu saja dari bibir Aurora membuat Faiz membeku. Ia melepaskan pelukannya lalu menatap Aurora sendu

"Kita lupakan semuanya lalu memulai lagi dari awal karena tujuanku masih sama aku ingin kamu menjadi--"

"Melupakan semuanya bukan berarti bisa memulai dari awal." Aurora melepaskan dirinya dari Faiz lalu segera pergi dari sana. Sementara Faiz hanya bisa menatap kedua tangannya yang kosong seraya menunduk sedih, semarah itukah Aurora padanya?

Aurora yang sudah memasuki lift, menyandarkan punggungnya lalu tertawa sumbang saat jarinya bergerak mengusap titik air mata yang jatuh tanpa seizinnya.

"Bodoh! Faiz bodoh!"

Tubuh Aurora merosot, ia menangis  menyembunyikan wajahnya di antara lutut, Aurora tak terima dengan dirinya sendiri yang mulai merasa sakit setiap kali berusaha menolak kehadiran Faiz.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 19.6K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
325K 1.9K 18
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
282K 20.1K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
389K 15.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...