My Boss!

由 May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... 更多

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 24

24.9K 2K 245
由 May_Rose22

Spam komen lagi yuk biar cepet up 😚
Happy reading kesayangan ❤️

❤️❤️❤️

Pertemuan yang tak pernah Aurora duga akan secepat ini membuat gadis itu semakin susah untuk melupakan bagaimana angkuhnya Nyonya Hasan menghina harga dirinya serta keluarganya. Aurora memang bukan tipe pendendam, tapi ia bukan tipe orang yang mudah melupakan.

Faiz tidak salah dan Aurora paham akan hal itu, namun Faiz juga tak membela dirinya saat ibunya dengan sombong menginjak-injak Aurora. Mungkin karena itu ibu Faiz yang sedang berbicara hingga Faiz tak mampu bersikap? Ck! Bagaimana bisa Faiz melamarnya jika meyakinkan dirinya di depan keluarga saja sudah gagal?

Aurora tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya berada di tengah keluarga materialis seperti itu, di tengah keluarga yang akan hanya menilai setiap orang dari derajat yang tampak glamor. Kehidupan Aurora tidak pernah di ajarkan untuk seperti itu, dan Aurora tidak akan bisa menjadi bagian dari golongan itu. Tidak! Sekalipun mungkin nantinya akan jatuh cinta pada Faiz.

Aurora menggeleng lalu tersenyum kecut, bagaimana ia bisa menatap Faiz dengan kedua matanya jika hatinya saja tidak benar-benar jatuh pada pesona lelaki itu. Aurora bukan tipe yang mudah jatuh cinta dan perasaan yang ia rasakan akhir-akhir itu mungkin hanya sekedar 'suka' yang Aurora yakin akan segera hilang.

"Sudah sampai neng."

Aurora tersentak saat suara sopir menginterupsi lamunannya, ia segera keluar dari taksi setelah membayarnya dan melangkah tanpa beban seolah ingin meyakinkan pada semua orang bahwa Aurora tidak bisa di rendahkan begitu saja.

***

Dua lelaki yang sedang duduk di kursi kayu berhiaskan ukiran yang memiliki nilai seni tinggi itu terlihat tegang melihat kedatangan tuan rumah yang mengenakan pakaian khas. Sang tuan rumah mengambil tempat pada kursi single dan duduk penuh aura intimidasi mengamati dua lelaki yang pagi-pagi sudah bertamu ke kediamannya.

"Ada apa?"

Wendra menyikut Faiz agar segera menjawab pertanyaan sambutan yang di berikan oleh eyang Kakung.

"Maaf jika kami menganggu waktu bapak, saya kesini untuk membicarakan perihal apa yang pernah saya katakan kemarin."

Raden Mas Tjokro mengelus kumis tebalnya dan masih menatap Faiz garang. "Hal apa?"

"Tentang saya sebagai calon suami Aurora."

Wendra yang tak tahu Faiz akan berbicara hal ini sukses melotot ke arah Faiz . "Stupid! Cari mati bro?" Batin Wendra yang sudah ketar ketir menantikan bagaimana tanggapan eyang Kakung setelahnya.

"Hah! Calon suami macam apa?! Kamu pikir aku mau begitu saya setuju dan membiarkan cucuku nikah sama kamu?"

Jeder!

Faiz merasakan sedikit keretakan pada rasa percaya dirinya yang sudah ia pupuk sejak semalam.

"Rungokno le." Eyang Kakung menegakkan punggungnya lalu menatap Faiz dengan ekspresi penuh kuasa andalannya "aku ndak mau punya cucu menantu sembarangan. Apa bibit, bebet dan bobotmu sudah layak untuk menjadi bagian dari kami? Duit Ndak bisa membeli semuanya, jangan kira cucuku akan silau dengan hartamu."

Seperti tertohok tepat pada jantungnya, Faiz menundukkan kepalanya bahkan Wendra di buat tercengang dengan ucapan pedas keturunan Sri Sultan satu ini. Tidak banyak basa-basi tapi tepat sasaran.

"Saya memang bukan bangsawan, tapi saya janji akan menjaga Aurora dengan baik." Suara Faiz kembali terdengar di temani sisa-sisa keberaniannya.

"Janji opo?! Menjaga dengan baik kok sampai membiarkan cucuku kabur ke Jogja begitu saja. Jangan pikir aku ndak tahu apa yang cucuku sembunyikan, ndak mungkin Aurora sampai kesini kalau ndak sedang benar-benar sakit hati." Ucap eyang Kakung dengan nada sinis yang lagi-lagi membuat Faiz kehilangan kata-kata.

"Maaf, itu memang kebodohan saya."

Hening beberapa saat hingga Faiz kembali mendongakkan kepalanya. "Bisa saya bertemu Aurora sebentar?"

"Buat apa? Aurora sudah pergi sejak semalam." Jawab eyang Kakung yang langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan kedua tamunya yang masih terlihat tegang .

"Bro!" Wendra menepuk pundak sahabatnya yang sudah merosot "kita sebaiknya balik ke hotel dulu."

Terpaksa Faiz mengangguk karena secara tidak langsung tuan rumah juga sudah mengusir mereka.

Pertanyaan yang bergelut dalam otak Faiz kali ini adalah benarkah Aurora sudah pergi? Jika benar, apa Aurora kembali ke Jakarta, pulang ke Kalimantan atau ketempat lain yang tak terduga? Atau bisa saja eyang Kakung sedang membohonginya karena tak ingin Aurora menemuinya?

"Coba hubungi ibu kost Aurora yang kamu ceritakan itu." Saran Wendra tanpa mengalihkan tatapannya pada jalan

Dengan cepat tanpa berfikir dua kali, Faiz segera menghubungi nomor ibu kost Aurora yang sialnya malah tidak aktif.

"God!" Faiz memukul dashboard mobil dengan kesal

Wendra menghela napasnya, baru kali ini ia melihat sikap Faiz yang seperti ini hanya karena seorang gadis.

"Sabar, kata sekretarisku kalau jodoh itu gak akan kemana."

"Aku udah di tolak keluarganya, bro! Dan waktu itu Aurora juga belum kasih jawaban, gimana kalau dia juga nolak?!" Faiz mengusap wajahnya kasar

"Ya perjuangin sampai dapat dan mau terima kamu." Sahut Wendra enteng.

"Aurora gak semudah itu, bisa bikin dia percaya aja susah apalagi bikin dia terima aku. Argh!"

"Ngebet banget pengen cepet nikah."

"Shut up, Wen! Udah mulai pinter bahasa Indonesia makin cerewet kamu."

Wendra hanya terkekeh melirik Faiz yang masih berusaha menghubungi entah siapa itu.

***

Hujan yang masih menyisakan rintik gerimis menemani Aurora yang tengah menyesap teh hangatnya setelah selesai membersihkan diri, ia meletakkan cangkir tehnya ke atas meja lalu meraih ponselnya yang sejak tadi berdering tak sabaran seolah memaksa agar Aurora segera mengangkatnya.

"Ra!"

"Ya ampun mbak, gak usah teriak kali. Rara denger kok."

"Gila lo ya susah banget di hubungi, kemana aja Lo? Liburan?"

"Hhmm." Aurora menggumam lalu merebahkan dirinya pada kasur yang langsung memberinya kenyamanan

"Astaga nih bocah, ke kantor sekarang! Risih gue di ganggu pak Dean mulu suruh hubungin lo yang tiba-tiba di telan bumi."

Aurora beranjak sedikit lalu melongokkan kepalanya untuk melihat pemandangan dari balik jendela "Masih hujan mbak, aku males ih."

Sepertinya rintik gerimis tadi sudah mulai sedikit lebat.

Terdengar suara orang lain yang mengajak Sintia berbicara dan mengabaikan Aurora hingga suara familiar itu menyapa pendengaran Aurora.

"Aurora, kamu dimana?"

"Dean?" Aurora mengerutkan keningnya lalu merubah posisinya menjadi duduk bersila di atas tempat tidur.

"Yap, kamu di kost? Siap-siap ya aku jemput sepuluh menit lagi."

"Tapi--" ucapan Aurora terhenti ketika menyadari Dean sudah memutus panggilan mereka sepihak, terlihat sangat enggak mendengar penolakan dari Aurora.

Aurora melemparkan ponselnya kesamping lalu dengan malas beranjak untuk  bersiap lalu menunggu kedatangan Dean.

Aurora melirik ponselnya yang berkedip menandakan sebuah pesan masuk dan nama Faiz lah yang muncul. Aurora berdecak lalu membaca pesan yang Faiz kirimkan terakhir kali mengingat sudah puluhan pesan dari lelaki itu yang sama sekali belum Aurora baca.

-Ara, please kita harus bicara, kamu di Jakarta kan? Aku akan balik kesana malam ini-

Jari-jari Aurora mengetikkan beberapa kalimat untuk membalas pesan Faiz dan mengirimkan balasan pesan itu tanpa ragu.

***

Faiz menendang meja di depannya saat membaca balasan pesan dari Aurora hingga membuat Wendra yang bergelut dengan laptop di sebelahnya berjingkat kaget.

"What's wrong, bro?!"

Faiz melemparkan ponselnya pada Wendra dan membuat laki-laki itu langsung membaca balasan pesan dari Aurora.

-Maaf, pak. Saya terlalu lama izin tidak masuk kantor. Hari Senin saya akan kembali masuk seperti biasa, bapak bisa memotong gaji saya karena absensi kehadiran saya yang buruk Minggu ini sesuai peraturan yang ada.-

"Setidaknya kamu tahu kalau Aurora balik ke Jakarta, tenangin diri dulu. Kamu masih ada kesempatan untuk mulai berjuang lagi dari awal." Ucap Wendra yang entah mengapa terlihat lebih cerdas daripada Faiz beberapa hari ini.

繼續閱讀

You'll Also Like

378K 33K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
4.9M 36.8K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
389K 15.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
361K 19.3K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...