My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 22

24K 1.8K 88
By May_Rose22

"Raden Rara, dipanggil Raden Ayu suruh menemui di taman belakang."

Aurora yang baru selesai menyusur rambutnya kini menoleh lalu tersenyum.

"Jangan panggil saya Raden Rara, saya bukan lagi keturunan ningrat, mbok. Panggil biasa aja ya."

Perempuan tua yang biasa di panggil mbok  Lastri itu menggeleng. "Masih ada darah keraton dalam dirimu, nduk. Kamu mirip sama ibumu, cantik, baik, dan tidak sombong."

Aurora tertawa kecil lalu mendekati mbok Lastri. "Aurora nakal mbok, pecicilan."

Lastri tertawa pelan lalu mengajak Aurora untuk segera menemui eyang putri.

Raden Rara merupakan gelar yang diberikan kerajaan untuk generasi perempuan kelima ke bawah (wareng), namun karena ibu Aurora yang memilih untuk memisah dari keluarganya, maka Raden Rara tidak lagi disematkan pada namanya. Sebagai bentuk penghormatan ibu Aurora terhadap keturunannya, maka Raden Rara yang seharusnya gelar untuk Aurora diganti Laudya Aurora, yang ternyata bukan tanpa alasan mengapa orang tua Aurora dan kakaknya memanggilnya dengan sebutan 'Rara'. Semua cerita itu tak pernah disembunyikan oleh orang tua Aurora dan Aurora mengetahui hal itu.

"Nduk." Sapa eyang putri melihat kedatangan Aurora

Aurora menegang di tempatnya, ia tak berani berkutik ataupun bersuara saat menyadari bahwa di taman belakang tidak hanya ada eyang putri, tapi juga eyang kakung -- Raden Mas Tjokro Hadiningrat.

Pria yang mengenakan pakaian khas keraton dengan blangkon yang terpasang rapi dikepalanya itu duduk di sebelah eyang putri yang mulai beranjak mendekati Aurora karena gadis itu nampak ketakutan tak berani mendekat.

"Ayo duduk sini, eyang mau ngobrol sama kamu."

Aurora menurut kaku lalu duduk di sebelah eyang putri dengan kepala yang terus tertunduk.

"Begini cara ibumu mendidik anaknya? Ndak punya sopan santun, Ndak ngerti cara beretika dengan baik."

Aurora terkesiap mendengar ucapan Raden Mas Tjokro. Gadis itu mendongak lalu menatap eyang putri yang menghela nafasnya. Demi apapun, Aurora tak mengerti apapun aturan bangsawan termasuk 'etika' yang tadi eyang kakungnya sebut.

"Sana, sungkem dulu sama eyang Kakung." Bisik eyang putri

Aurora bergeser lalu menundukkan badannya untuk sungkem pada eyang Kakung dengan ragu karena takut eyangnya menolak, tapi ternyata Aurora salah, eyang Kakung membiarkan Aurora mencium tangannya dan malah mengelus rambutnya yang terurai dengan lembut.

"Sudah sana, minta ajarin eyang putri cara menyanggul rambut."

Aurora mendongak dan tersenyum lalu mengangguk, "enjeh eyang. Terimakasih sudah mau menerima Aurora."

Eyang Kakung hanya berdehem dan pergi begitu saja setelah Aurora kembali duduk di tempatnya.

"Tuh kan, eyang kakung ndak bisa marah sama kamu. Dia hanya gengsi." Ujar eyang putri lembut.

"Rara sudah takut eyang, apalagi tadi eyang Kakung bilang Rara gak punya etika."

"Itu karena eyangmu cuma pengen kamu sungkem , tapi malu mau nyuruh langsung." Jelas eyang putri.

Aurora mendesah lega, lalu menerima cangkir teh pemberian eyang putri, matanya dimanjakan oleh pemandangan asri taman di depannya dengan udara sejuk yang hampir tak pernah ia rasakan saat di Jakarta.

"Kamu pamit sama ibumu kalau kesini?"

Aurora langsung menoleh "A-anu eyang, Rara..."

Eyang putri masih menatap cucunya dengan lembut "hmm?"

"A-anu Rara dari Jakarta langsung kesini."

"Kabur?"

Jleb! Pertanyaan yang lebih tepat menjadi pernyataan itu tidak meleset sedikitpun. Eyangnya bukan orang bodoh yang tidak bisa memahami situasi, apalagi ketika melihat kedatangan Aurora tanpa membawa apapun, hanya membawa tas selempang kecil dengan dress yang tidak bisa di bilang pantas untuk di kenakan jalan-jalan.

Berbohong pun tak akan membantu, Aurora memilih untuk mengiyakan pernyataan eyang putri.

"Dari pacar kamu?"

"Bukan eyang, Rara cuma lagi pusing sama kerjaan aja, kalau pulang ke Kalimantan takut di interogasi sama Abang."

Alasan itu setidaknya bisa membuat eyang mengangguk meski Aurora tahu bahwa eyangnya tidak akan percaya begitu saja.

***

Sudah dua hari meja kerja Aurora kosong dan itu cukup meyakinkan Faiz bahwa Aurora memang pergi untuk menghindarinya. Seandainya Faiz tahu lebih banyak tentang Aurora, pasti ia akan mudah menebak kemana gadis itu pergi. Ia sempat menghubungi orang tua Aurora dengan alasan menanyakan kabar mereka dan dari perbincangan singkat Faiz bisa menyimpulkan bahwa Aurora tidak ada disana.

Ratusan kali Faiz mencoba menghubungi nomor ponsel Aurora tapi tak pernah tersambung karena sepertinya gadis itu sengaja mematikan ponselnya, Faiz juga berusaha mengirim email yang tak pernah ada balasan. Jika memang ingin menenangkan diri, setidaknya Faiz ingin tahu bahwa Aurora baik-baik saja.

"Faiz."

Merasa seseorang memasuki ruangannya tanpa permisi , Faiz mendongak dan mendapati ibunya datang bersama Anna.

"Kami bawakan makan siang untuk kamu. Ini Anna yang masak," ujar Fatma seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya

"Faiz ada janji makan siang dengan klien." Jawab Faiz enggan beranjak dari tempatnya, ia bahkan memilih membaca beberapa berkas yang sebenarnya sudah ia selesaikan beberapa saat lalu.

"Gak apa-apa tante, sepertinya mas Faiz sibuk. Lagipula Anna juga tidak yakin masakan ini sesuai dengan selera mas Faiz." Ujar Anna tanpa berani melirik Faiz yang nyatanya tak pernah menatap dirinya.

Fatma menghela nafasnya. "kamu memang calon istri yang baik, tante beruntung punya calon mantu sepeti kamu."

"Udah cukup dramanya! Maaf jika membuat mama kecewa, tapi Faiz akan hanya menikah dengan Aurora." Faiz berdiri dari duduknya lalu merapikan jasnya.

"Faiz pergi dulu." Lanjut Faiz sebelum meninggalkan ibunya dan Anna yang masih ada di dalam ruangan.

"Sebaiknya Tante tidak memaksa mas Faiz untuk menikahi Anna, menikah tidak bisa di paksakan, Tante."

Fatma menggeleng. "Kamu sabar aja ya, cuma kamu yang akan menjadi istri Faiz."

***

"Eyang kasih Rara kebaya untuk apa?" Aurora mengamati kebaya cantik berwarna merah yang baru saja di berikan oleh eyang putri.

"Untuk di pakai besok, besok ada pagelaran kesenian dan kamu akan eyang ajak."

Aurora terdiam sesaat, lalu menelan salivanya susah payah. "Harus ikut, eyang?"

"Harus, nanti biar eyang suruh orang bantuin kamu dandan. Sekalian kamu ketemu sepupu-sepupu kamu disana."

Sudah Aurora duga! Hal ini pasti terjadi bertemu sepupu berarti bertemu keluarga keraton dan itu harus membuatnya siap mental menghadapi apapun itu, termasuk pertanyaan-pertanyaan tak terduga nantinya.

"Ck! Mirirs sekali menjadi keluarga terbuang" batin Aurora.

"Tapi Rara belum pernah pakai kebaya sebelumnya eyang." Aurora nampak frustasi membayangkan ia harus mengenakan pakaian itu, belum lagi tatanan rambut yang di sanggul. Oh ya ampun!

"Nah, maka dari itu ini akan menjadi pengalaman pertama kamu." Eyang putri tersenyum dan berlalu begitu saja meninggalkan kamar Aurora.

Semenjak kedatangannya di Jogja, Aurora sedikit bisa melupakan masalahnya, bahkan ia sempat melupakan Faiz untuk sejenak meski nyatanya bayangan lelaki itu tak pernah hilang dari benaknya.

Gadis itu meraih ponselnya yang beberapa hari ia biarkan mati dan tergeletak begitu saja di atas nakas, Aurora menghidupkan ponselnya dan mendapati puluhan  pesan singkat, email serta panggilan tak terjawab yang hampir semuanya dari Faiz dan ada beberapa dari Ambar.

Menghela nafas, Aurora memilih untuk menghapus semuanya tanpa membacanya terlebih dahulu kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang perlahan membuatnya terlelap.

Continue Reading

You'll Also Like

691K 108K 41
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
326K 1.9K 18
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
6.5M 329K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.2M 103K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞