[1] Thank You

Af shixunxian

85.9K 6.2K 756

Terima kasih karena telah hadir sebagai permata kami yang berharga. Mere

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23

Chapter 8

3K 266 13
Af shixunxian

"Eomma, Appa, Hyung ... Tolong."

Kondisi Sehun kembali turun, di dalam dokter telah berusaha menyelamatkan anak itu.

Chanyeol masih dalam dekapan sang ibu yang mengelus punggungnya sambil mengucapkan kalimat yang menenangkan, meskipun nyonya Jung sendiri sedang ketakutan sekarang.

Tuan Jung hanya menatap pintu kamar Sehun, dia berharap anaknya masih mau bertahan.

Sedangkan Kai, dia masih terkejut. Dia tahu dan mengikuti perkembangan kondisi temannya sedari kecil itu. Tapi, untuk melihat Sehun yang seperti tadi... Dia masih shock.

Dokter Shim keluar, membuat semua yang ada disana langsung menghampirinya.

"Dokter Shim, bagaimana keadaan Sehun?"

"Dokter, apa adikku baik-baik saja?"

Dokter Shim menghela napas, membuat suasana menjadi sedikit tegang karena raut wajah dokter tampan itu tidak terbaca.

"Dokter, adik ku, Sehun bagaimana keadaannya?" Chanyeol bertanya tak sabar.

Membuat dokter Shim tersenyum dengan raut wajah yang menyiratkan kelegaan.

"Tenanglah Chan, Sehun baik-baik saja. Dia sudah bangun, tapi karena masih terlalu lemah aku membuatnya tidur kembali."

Terdengar helaan napas kelegaan.

"Apakah kami sudah boleh masuk?" nyonya Jung bertanya.

"Ah, ya tentu saja. Kemungkinan malam atau besok pagi Sehun akan bangun. Tapi, tuan dan nyonya ada yang ingin saya sampaikan. Kalian nanti bisa keruangan saya?"

"Apa ini berhubungan dengan kondisi Sehun, dokter?"

"Ehm, dan lebih baik jika kita membicarakannya lebih rinci di ruangan saya."

"Baiklah kalau begitu."

Sementara kedua orang tuanya mengikuti dokter Shim, Chanyeol dan Kai masuk kembali ke ruangan Sehun.

Sekali lagi, Chanyeol bernapas dengan lega melihat adiknya masih bertahan, meskipun sang adik masih terbaring lemah di ranjang dengan nassal canula yang terpasang.

"Anak nakal, kau membuat semua orang takut Hunnie."

Malam menjelang, nyonya Jung masih setia disamping ranjang Sehun dengan tangannya yang memegang erat tangan Sehun, mencoba menyalurkan kehangatan.

Sang suami berada di sofa sambil mengerjakan pekerjaan kantornya. Sudah menyuruhnya pulang untuk mengerjakan dirumah, namun tetap kekeh untuk menemani dirinya menjaga Sehun malam ini.

Sementara Chanyeol dan Kai sudah pulang saat sore tadi, mengingat mereka masih harus bersekolah besok. Tidak mungkin mereka menginap.

Nyonya Jung merasa ada pergerakan dari tangan yang ia genggam, tersentak kaget kemudian mendekat kepada Sehun.

"Hunnie..."

Nyonya Jung bahagia, sangat bahagia bahkan tak bisa menahan tangisnya saat melihat sang anak membuka kedua matanya.

Tuan Jung yang mendengar sang istri menyebut nama anaknya langsung mendekat.

Sehun mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

"Eomma... Appa" terdengar lirihan kecil dari mulut Sehun.

"Iya nak, ini eomma."

Sehun tersenyum melihat kedua orang tuanya, matanya kembali terpejam membuat orang tuanya panik.

"Hunnie, kenapa? Apa ada yang sakit?"

Meski terpejam, Sehun masih bisa mendengar perkataan sang ibu. Bukan apa-apa, badannya masih terasa lemas.

Tuan Jung dengan sigap memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.

Tak lama, Dokter Shim dengan suster kembali datang ke kamar Sehun.

"Apa yang terjadi, hyung?"

"Sehun, dia bangun."

Dokter Shim langsung mendekat dan memeriksa keadaan Sehun.

"Bagaimana suster?" suster itu memberikan hasil catatannya.

"Kondisinya sudah stabil untuk saat ini, tekanan darahnya juga normal. Tapi Sehun masih harus dirawat untuk beberapa hari kedepan untuk menghindari hal yang tidak di inginkan."

"Terima kasih Dokter."

"Ehm, sudah tugasku nyonya. Akupun ikut senang melihat Sehun dengan kondisi yang baik. Kalau begitu saya permisi, lekas sembuh Sehun."

Setelah dokter Shim keluar, kedua orang tua Sehun kembali mendekat. Nyonya Jung mengelus surai Sehun "Terima kasih karena sudah kembali Hunnie." setelahnya mereka bergantian mengecup kening Sehun.

"Ada yang Hunnie inginkan?"

"Bantu duduk eomma."

"Berbaring saja ya nak, tubuhmu kan masih lemas."

"Mau duduk, appa tolong."

Hhh, dalam keadaan seperti ini bahkan Sehun masih saja keras kepala.

Tak bisa menolak, akhirnya membantu Sehun duduk, namun saat mencoba membantu Sehun duduk, tuan Jung merasakan Sehun yang meremat pundaknya sambil memejamkan mata

"Kenapa Hunnie?"

"Pusing... shhhh"

"Sudah eomma katakan lebih baik berbaring saja, kenapa keras kepala sekali sih."

"Pegal eomma, tidak enak."

"Sudahlah, yeobo. Apa masih pusing Hunnie?"

Sehun hanya menggeleng.

***

Semalam, ayahnya memberikan kabar bahwa adiknya telah sadar. Membuat Suho dan Chanyeol sangat senang.

Mereka akan ke rumah sakit pagi-pagi tapi niatnya itu ditentang kedua orang tuanya karena Chanyeol harus sekolah, sedangkan Suho ada kelas pagi membuat mereka harus menahan diri sampai sore hari.

Dirumah sakit

Sehun sedang disuapi sang ibu memakan sarapannya. Awalnya dia menolak dengan alasan bisa makan sendiri, tapi sang ibu tetap memaksa.

"Sudah eomma, kenyang."

"Habiskan Hunnie."

"Kenya---" belum selesai Sehun berkata, sang ibu sudah menjejalkan suapan lagi ke mulut Sehun.

Sampai di suapan terakhir, akhirnya Sehun bisa menghabiskan sarapannya. Meskipun dipenuhi dengan drama dimana Sehun terus merengek sudah kenyang tapi menelan suapan sang eomma.

Hhh, bahkan membujuknya makan saja susah sekali.

"Huh, akhirnya habis. Hunnie hebat."

Sehun mendelik mendengar ucapan sang ibu yang memberikannya air, sebentar lagi dokter akan memeriksanya. Dia harus bertanya kapan boleh pulang. Sungguh membosankan sekali disini.

Akhirnya yang ditunggu, dokter Shim datang untuk pemeriksaan pagi.

"Pagi nyonya, pagi Sehun." Sapa dokter Shim ramah. "Sudah siap untul pemeriksaan pagi Sehun?"

"Ehm."

Dokter Shim dibantu dengan seorang suster memeriksa keadaan Sehun.

"Baiklah, cukup baik pagi ini."

"Ehm, apa itu artinya boleh pulang dokter?"

Dokter Shim tersenyum mendengar pertanyaan Sehun.

"Tentu saja, kau boleh pulang. Tapi kalau kondisi dan catatan kesehatanmu terus membaik. Jadi daripada merengek minta pulang, lebih baik fokus pada kesehatanmu dulu Sehun."

"Kau dengar itu Hunnie?" Sehun mengerucutkan bibirnya saat sang ibu ikut menyela.

"Bersabar saja ya, nanti juga kau akan pulang. Saya permisi dulu nyonya" akhir dokter Shim berpamitan.

Lama setelah dokter Shim pergi, Sehun sudah akan memejamkan matanya kalau saja rasa mual itu tidak muncul.

"Eomma...." lirih Sehun memanggil ibunya.

"Ada apa Hunnie?" nyonya Jung yang saat itu sedang duduk di sofa mendekat pada Sehun.

"Mual."

Nyonya Jung dengan sigap membantu Sehun untuk duduk dan menyodorkan wadah untuk menampung muntahan Sehun.

Hoeekkk Hoeekkkk

Sehun terus memuntahkan isi perutnya, bahkan makanan yang ia makan tadi keluar semua.

Setelah selesai, nyonya Jung mengelap mulut Sehun. Anaknya itu kini terlihat sangat lemas.

"Eomma akan panggil dokter Shim dulu ya."

Sehun menggeleng, "Tidak usah eomma, Hunnie ingin tidur saja."

Setelah menyimpan wadah berisi muntahan Sehun, nyonya Jung membantu Sehun untuk berbaring kembali, menyelimutinya sampai sebatas dada.

"Tidur yang nyenyak Hunnie." Setelah mengelus surai sang anak, nyonya Jung mengecup keningnya.

Sore hari

Suho dan Chanyeol kini sudah berada dirumah sakit. Sebenarnya Suho dari siang sudah berada disana, namun saat datang Sehun masih tertidur.

Sehun sedang di lap oleh sang ibu yang dibantu oleh suster. Sebelumnya dia merengek supaya kedua hyung nya itu keluar saja, tapi kedua hyung nya menolak.

"Kenapa memangnya? kau hanya di lap saja Sehun, bajumu juga tidak dibuka semua dan tidak menampak kan anu mu." frontal Chanyeol

Sehun malu, sangat malu. Kenapa mereka tidak mengerti.

"Sudah jangan cemberut terus Hunnie, kami tidak apa-apa melihatmu tadi. Tidak usah malu." ujar Suho

"...."

"Aish, harusnya kau senang kami menyisikan waktu untuk menjengukmu." Chanyeol geram melihat adiknya merajuk

"Aku tidak meminta kalian kesini." jawab Sehun sambil membalikan badan memunggungi kedua kakaknya.

"Aish, yak!! Anak itu."

"Sudahlah Chan. Hunnie jangan marah, kami sungguh tidak apa, tidak akan mengejekmu."

"...."

"Hhh, masih tidak mau berbicara. Tadinya hyung akan mengajakmu ke taman."

"...."

Chanyeol menyeringai. "Tidak mau? Ya sudah ayo hyung kita berdua saja. Tinggalkan dia disini."

Sehun masih terdiam, namun saat Suho dan Chanyeol sampai di depan pintu "Hyung..." mereka membalikan badan, melihat ke arah Sehun

"Ikut.." cicit Sehun.

Suho dan Chanyeol tersenyum kemudian kembali mendekat kepada Sehun dan membantunya bangun.

"Aku akan mengambil kursi roda." ucap Chanyeol tapi Sehun menolak.

"Tidak usah hyung, aku masih kuat berjalan."

"Tapi Hunnie..."

"Tidak apa Chan, kau kuat kan Hunnie? Ayo."

Setelah perjuangan menuju taman, akhirnya mereka sampai di taman rumah sakit.

Sehun terlihat senang, setelah seharian di kurung oleh sang ibu di ruangannya. Kini ia bisa menghirup udara luar.

"Kau senang Hunnie?"

Sehun mengangguk. Suho dan Chanyeol tersenyum meskipun hanya dibalas anggukan oleh sang adik. Tak perlu dijelaskan pun, mereka tahu adiknya itu sangat senang.

"Hyung... lelah."

Setelah 20 menit mereka berjalan-jalan, akhirnya Sehun menyerah.

"Kita duduk di kursi sebelah sana. Kau masih kuat berjalan sedikit lagi kan?" tanya Suho.

"Ehm, aku masih kuat hyung."

"Keras kepala, sudah kubilang pakai kursi roda."

"Jangan mulai Chan." Sehun yang awalnya cemberut mendengar ucapan Chanyeol kembali tersenyum saat Suho membelanya.

"Huh, dasar. Gendong saja dia hyung, sudah mau pingsan itu." ketus Chanyeol kembali, membuat Sehun memukul kepala Chanyeol.

Takk

"Yak, aish. Dasar adik kurang ajar." Chanyeol akhirnya duluan pergi, meninggalkan Suho dan Sehun menuju kursi taman.

Setelah sampai, kini mereka terduduk disalah satu kursi taman. Masih banyak orang berlalu lalang disana meskipun hari sudah mulai petang.

"Kita kembali saja ke kamar ya Hunnie. Udara sudah mulai dingin." Suho mencoba membujuk Sehun.

"Sebentar lagi hyung."

"Sebentar lagi saja terus." Dumel Chanyeol.

"Kau berisik hyung." Chanyeol terdiam sambil merapatkan bibirnya.

Tak lama Chanyeol merasakan sesuatu yang berat di pundaknya.

"Sehun..."

"Ehmm." Chanyeol yang awalnya panik, lega saat mendengar Sehun menjawabnya.

Suho melepaskan jaketnya dan menyampirkannya pada Sehun.

"Lebih baik kita kembali saja Hunnie." bujuk Suho lagi.

"Aku senang hyung..." Suho dan Chanyeol terdiam, menunggu apa yang akan Sehun katakan lagi.

"Aku bahagia memiliki kalian berdua, bahagia memiliki eomma dan appa juga." lanjut Sehun sambil memejamkan matanya dengan posisi yang masih bersandar di pundak Chanyeol.

Hening.

Suho dan Chanyeol terdiam setelah mendengarkan apa yang diucapkan oleh Sehun.  Ada getaran aneh, seperti sebuah ketakutan yang hinggap di hati mereka.

"Kami, kami juga bahagia memilikimu Hunnie. Terima kasih karena masih mau bertahan untik kami sampai saat ini. Terus bertahan karena kami semua tidak mau kehilanganmu. Kau tidak boleh pergi." ucap Chanyeol lirih, sementara Suho memalingkan mukanya.

Sehun tidak merespon apa yang dikatakan Chanyeol. Namun, mereka mendengar dengkuran halus.

"Apakah dia tertidur?"

"Ehm, sepertinya kelelahan Chan. Ayo kita bawa kembali ke kamarnya."

"Huh, perusak suasana. Tapi bagus, dia tidak mendengar apa yang aku ucapkan tadi."

TBC

Terima kasih untuk semua dukungan kalian.

-080719-

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN Af aLa

Teenage Fiktion

2.1M 114K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.6M 241K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4.2M 249K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
3.6M 172K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...