Lelaki dari Lembah Manglayang

By Wikanis21

3.1K 162 4

Tarissa baru saja patah hati ditinggal pacarnya yang meninggal akibat kecelakaan lalulintas. Sedang berjuang... More

Prolog
1. TITIPAN BUNDA
2. Pertemuan
3. Telepati
4. Pesan Terakhir
5. Kecelakaan
6. Minggu Kelabu
7. Zonk
8. Intermezo
9. Tasyakuran
10. Angkasa Tanpa Pesan
12. Jodoh Jaringan
13. Cooking Class
14. Senandung Rindu
15. Tissue Culture
16. Aquaponik
17. Andri dan Andra

11. Roseland

110 7 0
By Wikanis21

Tarissa pov

Matahari belum beranjak tinggi. Setelah subuh aku sudah tak bisa tidur lagi. Aku membaca sebentar buku yang direkomendasikan dosenku, Professor Haris. Mencoba memaknai materi yang disajikan dalam buku itu mampu mengalihkan duniaku. Membuat beberapa catatan penting di notebook membuatku tenggelam dalam kesibukan yang melenakan. Ketukan di pintu kamar menggugahku.

" Sudah bangun Cha ? Sudah sholat subuh?"

" Sudah Tante. Oh iya, Icha lupa mau goreng empek-empek. Sebentar ya." Tante Iin tersenyum dan mengusap kepalaku. Aku masih menyimpan empek-empek yang aku buat banyak seminggu yang lalu saat sebelum acara Tasyakuran mas Anggit.

" Tante pikir kamu belum bangun dan sholat. Empek-empeknya sudah Tante goreng, kuah cukonya juga sudah dihangatkan. Kamu beberes barang-barangmu saja dan segera mandi ya sayang."

" Siap Tante."

" Hari ini kita sudah janji ke.rumah om Irawan dan Tante Dina kan Cha?" Kamu sudah menyanggupinya juga kan?"
" Iya Tante"
" Sudah cepat mandi sana, trus Tante tunggu kita sarapan bersama ya. Suruh teman-temanmu mandi juga dan segera sarapan. Kita berangkat pagi biar nggak macet."
"Siap Tante."

Dua jam kemudian

Pelataran parkir yang luas, tatanan apik sayuran dan buah  serta deretan anggrek tanah juga rumpunan gladiol aneka warna dan anyelir yang memukau mata seolah menyambut kami begitu tiba di roseland. Sebuah gerbang dan pagar mawar aneka warna membatasi daerah ini sesuai dengan namanya, ladang mawar. Sebuah gerbang mawar cantik menyambut kami. Aku nggak menyangka roseland ini amat luas.

Sepertinya aku langsung jatuh cinta sama tempat ini. Bersama mbak Yani dan Santi kami saling bertatapan dan tersenyum lebar. Sepertinya mereka memiliki pikiran yang sama denganku. Sang pemilik ladang adalah Om Irawan teman om Yadi mereka sama-sama berdinas di TNI AD. Sedangkan isterinya Tante Dina adalah sahabat Tante Iin mulai SMA dan sama - sama kuliah dengan jurusan yang sama di IPB. Tante Dina sudah mulai berbisnis bunga potong, rental tanaman sejak kuliah dahulu. Berbeda dengan tante Iin yang memilih menjalankan usaha desain baju muslimah serta konveksinya dan wedding organizer.

Bangunan bercat putih yang arsitekturnya ala mediteriania ini cukup menawan. Tidak terlalu besar karena ini seperti rumah peristirahatan keluarga om Irawan
namun cukup nyaman. Bangunan dua lantai itu hanya berisi tiga kamar tidur. Sementara tempat beristirahat bagi pekerja diletakkan di luar bangunan utama.

" Icha, apa kabar ? Hari ini nampaknya kamu lebih ceria dan cantik sekali pakai baju terusan seperti itu " Tante Dina menyapaku.

" Alhamdulillah baik. Tante suka sama mawar ya ?"

" Sama semua bunga sih Cha nggak khusus ke mawar saja.  Kamu suka juga ?"

" Iya Tante. Favorit saya mawar dan anggrek. Saya tergila-gila dengan mereka."

" Wah, kayaknya kita bakalan cocok deh." Aku kaget ketika dia tetiba menabrak dan memelukku, menggenggam wajahku mencium pipiku. Pipiku terasa panas. Aku merasa bakalan cocok ngobrol dengan Tante Dina.

" Tante senang lihat kamu hari ini, Cha. Terlihat gembira dan tidak ada beban. Nggak seperti waktu malam itu. Anak gadis mesti kelihatan ceria dong sayang, kalau kamu galau terus nanti nggak ada cowok yang berani dekati kamu." Ujar Tante Dina sembari mengering padaku. Tante Iin dan Om Yadi tersenyum senang mendengar perkataannya.

" Oh iya Tante Dina, om Irawan, kenalkan ini teman Tarissa mbak Yani dan Santi." Mereka saling bersalaman.

" Nah, Tarissa coba kenalan dulu sama anak Om, ini Krisna dan Tirto." Kami pun bersalaman.

" Krisna ini sedang coas di Jakarta, sedangkan Tirto masih pendidikan AAU di Yogya. Oh iya anak Tante masih satu lagi, Ardian yang barep masih di USA kuliah di Boston, HMS." sahut tante Dina riang. Kami mengangguk dan tersenyum.

" Sayang, ini mpek-empek kapal selamnya dan kue lontarnya tolong disiapkan dulu di belakang sana, lalu dibawa ke sini." Tante Iin menyuruh kami untuk masuk ke dapur mengikuti Tante Dina seperti penunjuk jalan. Bertiga kami menyelesaikan tatanan hidangan di meja pada teras depan.

Semua laki-laki berkumpul di sana asyik dengan kelompoknya sesuai usia. Om Yadi dan om Hendro tengah asyik mengobrol, sedangkan mas Iyan dan mas Anggit asyik tertawa dengan Tirto dan Krisna. Begitu kami tiba dengan membawa berbagai camilan, buah dan empek-empek, mereka berhenti sejenak dari topik pembicaraannya masing masing dan mulai memilih panganan yang  diambil. Sementara kami para wanita berpamitan untuk melanjutkan ke kebun di halaman samping dan belakang.

Aku baru menyadari kalau bunga mawar ternyata yang paling mendominasi rumah dan kebun ini. Mawar merah dan pink yang merambat di dinding bagian luar dan belakang rumah itu memukau mata. Setiap area pasti diberi gerbang mawar yang indah. Berjalan di sini entah kenapa membuat imajinasiku mengalir bermuara pada seorang putri bunga yang hidup di zaman klasik.

"Hei, kenapa jadi senyum-senyum sendiri?" Bisik Tante Iin merangkul punggungku.

" Tante ih... Ngagetin aja."

" Sejak masuk ke sini, kamu jadi banyak senyum sayang. Tante senang sekali. Sudah berbulan-bulan wajahmu mendung merengut."
" Tahu begitu Tante ajak kamu ke sini dari dulu."

Kami sampai di tempat yang dituju. Beberapa deret bangunan permanen bercat putih yang dikenalkan sebagai laboratorium, gudang sortir, tempat penyimpanan, dan tempat pengemasan. Di depan deretan bangunan itu terdapat empat  bangunan semi permanen dan lima green house. Empat bangunan semi permanen merupakan lahan Aquaponik. Sedangkan  greenhouse berisi lahan untuk beberapa bunga potong seperti chrysantum, anyelir, mawar, gladiol dan banyak lainnya. 

Aquaponik merupakan sistem budidaya tanaman secara hidroponik (tanpa media tanah) yang diintegrasikan dengan budidaya ikan air tawar. Prinsipnya adalah simbiosis mutualisme. Jadi, nutrisi tanaman untuk tumbuh kembangnya itu diperoleh dari air kolam pembiakan ikan yang kaya akan unsur hara dan baik bagi pertumbuhan tanaman. Sekresi ikan mengandung amoniak membuat  air kolam jenuh dan beracun bagi ikan.

Dengan tumbuhnya tanaman di atas kolam, atau air kolam yang disiramkan ke ladang, maka  amoniak yang berasal dari kotoran hewan tersebut akan diserap oleh akar tanaman dan diubah menjadi senyawa nitrat yang sangat diperlukan untuk tumbuh kembang tanaman. Selain nitrogen kotoran hewan itu juga banyak senyawa lain yang dibutuhkan tanaman. Dengan kata lain kotoran ikan berfungsi menjadi pupuk bagi tanaman dan tanaman memberikan oksigen yang dibutuhkan ikan.  Amonia yang berlebihan dalam kolam dapat menjadi racun bagi ikan. Tapi akar tanaman yang terendam dalam air kolam mampu membantu untuk menyaring amonia dan mengubahnya menjadi oksigen sehingga racun dalam air kolam menjadi bersih dan kaya oksigen.

Aku tengah asyik berjalan di tengah rak hidroponik yang full berisi sayuran, mengamati sistemnya dan memperhatikan ikan di kolam. Senang sekali rasanya berada di sini, rasa ingin tahuku tentang sistem budidaya ini sungguh menggunung. Nggak sabar rasanya mencari timing yang tepat buat menginterogasi Tante Dina. Aku tergelitik juga untuk mencoba sistem ini, sepertinya punya bisnis yang menjadi passion dan hobi kita itu asyik dan seru sekali.

Tanpa sengaja aku membalikkan badan dan kaget dengan sergapan dan serbuan suara klik dari seseorang yang terus memotret tanpa sepengetahuan aku.

" Kok sendirian aja Neng ? Makanya dari tadi saya ikutin. Takut digondol cacing" Seseorang menyapaku. Aku tertawa.

"Ada-ada aja mas Krisna ini."

"Lho makanya saya ikutin biar aman. Bahaya gadis cantik ngelamun dan senyum-senyum sendiri dibiarkan jalan di tengah kebun, kalau tersesat bagaimana? Kalau mau tersesat, biar di hatiku saja, Neng." Krisna berkata dengan mimik yang lucu.

" Iya saya kagum sekaligus penasaran dengan sistem aquaponik dan kultur jaringan ini, mas " jawabku sambil tersenyum.

" Yah, kirain penasaran sama saya."

" Saya dan Tante Dina punya hobi yang sama. Ini benar-benar pencerahan bagi saya untuk merencanakan bisnis seperti ini di masa mendatang."

" Wah kamu gadis yang visioner ya. Tapi kata mama kamu hobinya masak dan buat kudapan."

" Hm...iya juga sih. Eh, tapi Tante Dina masak ngomong seperti itu sih ?" Kami berjalan bersisian di ladang sambil mengobrol di bangunan ini yang penuh dengan kolam dan rak-rak tanaman di atasnya.

" Berarti aku tahu sisi kamu yang lain ya. Mama tuh sejak ketemu kamu ribut terus nggak berhenti cerita profil kamu. Katanya kamu calon menantu idaman." Aku berhenti dan menghadapnya di sampingku, tertawa kecil dan mengangkat alis tanda tak percaya.

" Coba deh tanya Tirto dan papaku kalau kamu nggak percaya. " Aku tertawa dan menggelengkan kepala.

" Ada-ada aja."

" Tapi setelah  bertemu kamu, rasanya  memang benar kalau kamu tuh wife material banget."

  " Ngaco ah. Mas belum kenal aku kok sudah ngomong begitu" Jawabku sambil menepis tangan.

" Aku masih jauh banget dari mikirin urusan rumah tangga, Mas.  Aku mau serius kuliah mungkin sembari memulai bisnis kecil-kecilan."

" Bukannya kamu sudah siap menikah. Apa karena calon kamu meninggal lalu kamu hancur karena patah hati?"
Aku terdiam kemudian tersenyum lemah.

" Kita kembali ke lab yuk. Udah ketinggalan rombongan nih." Kataku mengalihkan pembicaraan. Kami kemudian berbalik menuju pintu keluar bangunan aquaponik.

" Jadi kamu baru semester satu?"

" Iya. Masih panjang perjalanan ya."

" Jurusan kimia?"

" Pendidikan kimia, Mas."

" Kenapa nggak ambil kimia murni, Cha?"

" Saya pikir dengan mengambil pendidikan kimia saya dapat dua ilmu yaitu ilmu pendidikan dan ilmu kimia. Ilmu pendidikan bekal saya mendidik anak, murid dan keluarga saya. Ilmu kimia karena saya memang suka dan sangat tertarik dengan kimia. Semua aktivitas kehidupan kita ini nggak pernah lepas dari bahan kimia kan?"

" Sudah mikirin pendidikan anak ya."

" Cepat atau lambat mungkin suatu saat saya akan menikah dan punya anak."

" Beruntung  ya yang jadi suami kamu nantinya." Aku mengedikkan bahu. Kami berjalan dalam diam.

" Aku boleh ambil foto kamu nggak?"

" Tumben ijin, tadi aja nggak." Ucapku menyindirnya. Dia terkekeh. Awalnya dia yang mengambil gambarku, akhirnya kami  bersama yang berswafoto dengan mimik yang lucu dan konyol. Krisna sangat supel dan humoris sehingga mampu membuatku tergelak. Cocok kalau digandeng sama mas Iyan.

" Ooh ini disini toh kalian. Dicari kemana-mana kok malah asyik bercanda di sini." Kami menoleh ke belakang. Tante Dina dan Tante Iin sedang tertawa melihat kami. Kami segera mengikuti mereka masuk menuju laboratorium.

*****



 

Continue Reading

You'll Also Like

33.4K 6.6K 20
🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩π₯𝐚𝐠𝐒𝐚𝐫𝐒𝐳𝐞 𝐭𝐑𝐒𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐀𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok masa lalu setelah lama tertidur jauh dibawa...
1.9M 179K 47
Note : belum di revisi ! Cerita di tulis saat tahun 2017, jadi tolong di maklumi karena jaman itu tulisan saya masih jamet. Terima kasih ___________...
473K 12.3K 19
Gracia adalah adek tiri Shani. "Unghh kakhh Shanihh stophh" ucap Gracia yang terus di berikan ciuman di lehernya dengan shani "sssstttt sayang diem y...
3.7K 364 18
" bubu atau daddy ? " satu pertanyaan itu mampu membuat kehidupan seorang Jung Beomgyu berubah. " sekali lagi ya ? " Jung beomgyu " kita mulai kemb...