ISTRI PENGGANTI (Tamat)

By KakaPut2804

738K 30.9K 738

Cerita percintaan antara Sayla, Prima dan Bella. Hiks, segitu aja ya😄 More

curcol
PISAH (1919)
TERBONGKAR(2613)
KEMBALI(1748)
PERJUANGAN 1
RUMIT
MANDIRI
KERAS KEPALA
BERHAK BAHAGIA
PERJUANGAN 2
BALIKAN
MASALAH BELUM SELESAI
UTAMA
FLASHBACK
ASLI RUJUK
16
17
18
19
20
21
TAMAT
BENERAN TAMAT

DILEMA(2276)

32.8K 1.5K 56
By KakaPut2804

***

"Neng, tidak kasian sama perut?" Mang Maman, tukang bakso langganan Sayla berkomentar.

"Kalau tidak diisi malah kasian, Mang." Sayla melanjutkan makannya. Sesekali menyeka keringat, ingus dan meneguk air mineral. Mang Maman hanya mengangguk, membenarkan. Kemudian menggeleng melihat cara makan anak gadis itu.

"Tapi kasian perutmu."

"Aman, Mang. Makasih perhatiannya loh. Tersanjung aku. Terharu banget, diperhatiin kayak gini disaat sudah ngga ada yang perhatiin," ucap Sayla sembari menatap mangkuk berisi kuah dan pentolan. Kuah bening diubah menjadi merah. Percampuran saus dan sambal yang tidak halus, membuat biji-biji cabe terlihat bertebaran.

"Mang, tau ngga kalau ini hanya jadi pelampiasan?" tanyanya sembari menunjuk ke dalam mangkuk.

Mang Maman hanya menggeleng. "Lagi ada masalah?" Menganggap anaknnya, Mang Maman mulai menyelidiki.

"Putus dari suami. Dia selingkuh dan nikah lagi!" Kembali melahap bakso dan mengunyahnya dengan kasar. Membayangkan, sepupu dan suaminya yang sedang dia kunyah. Pikirannya kembali pada suaminya. Bagaimana reaksi pria itu sekarang? Mencarinya atau malah bahagia karena tidak ada lagi penghalang hubungan dengan cinta lama? Ah! Pasti opsi kedua, yakin sekali Sayla. Wanita itu tersenyum sinis, bodo amat. Kembali melahap pentolan bakso.

Sayla yang unik itu sedang melakukan ritual membuang sial dengan makan bakso super pedas.
Pemikirannya, makan bakso super pedas sambil mengingat perselingkuhan Prima dan Bella, setelah selesai, dia akan berkeringat dan pasti akan mulas dan mondar-mandir toilet, berharap semua sakit hati dan kekecewaan akan keluar bersama kotoran dalam tubuhnya. Sangat konyol!

"Suamimu bodoh! Perempuan cantik, baik dan menarik kayak kamu, masa diduakan." Ucapan Mang Maman membuat Sayla tersenyum miring.

"Ini bukan masalah Fisik, Mang, tapi Hati. Suami saya cinta sama selingkuhannya. Duh, jadi curhat." Sayla mengambil tisu, menyeka keringat di wajah dan lehernya. "Menurut Mang, suami selingkuh itu bagusnya hukumannya apa?" Sayla menatap Mang Maman yang sedang mengelap meja.

"Hanya satu. Mainkan hatinya. Bikin dia menyesal!"

"Kalau aku minta cerai aja gimana?"

Mang Maman menatap Sayla. Pria tua itu duduk. Kemudian menghela napas. "Apa kamu siap cerai?"

Sayla diam. Mencari jawaban dengan membayangkan kebersamaan yang indah dengan Prima. Seketika wanita itu menggeleng pelan. "Aku masih cinta, Mang, tapi aku ngga mau di madu."

"Jangan cepat memutuskan perpisahan saat keadaan hati masih panas, karena penyesalan itu ada diakhir, Neng."

"Tapi Mang? Penghianatan itu menyakitkan."

"Mungkin kamu bisa coba dengar penjelasannya. Kenapa bisa sampai melakukan hal itu ke kamu."

Sayla menghela napas. "Alasannya pasti karena masih cinta dan kisah cinta merek belum berakhir, makanya pas bertemu, lanjut lagi deh." Wanita itu melahap lagi pentolan. Mengunyah pelan.

"Suami Eneng ke Eneng gimana?"

"Sebelum kebongkar, ya biasa aja, Mang. Natap penuh cinta, sayang dan perhatian. Pas aku pergokin, dia kayak gagap, gugup dan ... gitulah Mang, ekspresi orang terciduk."

"Mamang ngga bisa banyak bantu saran, Neng. Cuma bisa bilang, ambil keputusan sesuai dengan kata hati Neng aja."

Sayla mengangguk. Namun, untuk sekarang kata hatinya mengatakan menepi dulu dari sisi Prima.

**

Pak Pras mengendarai mobilnya pelan, mengedarkan matanya ke kanan dan ke kiri, berharap menemukan sosok rapuh, menantunya.

Tangannya mencengkeram stir mobil dengan kuat, rahangnya pun mengeras, merasa sangat kesal. Anaknya telah melukai hati wanita yang baik seperti Sayla. Wanita yang rela mengorbankan masa mudanya hanya demi mempertahankan nama baik keluarga benar-benar tidak pantas diperlakukan seperti ini. Niatnya sudah bulat, Prima harus mendapat hukuman yang setimpal.
"Dasar anak kurang ajar!" umpat Pras, frustasi.

Di sisi lain, Prima merasa sangat frustasi karena tidak menemukan Sayla di manapun. Kata maaf terus terucap dari bibirnya. Kenyataannya, Kehilangan Sayla lebih menyakitkan dari pada ditinggal Bella dulu. Prima semakin sadar, Sayla 'lah yang menempati banyak ruang dihatinya. Dia benar-benar mencintai Sayla.

"Dimana kamu, Sayang? Kembalilah, aku siap dapat hukuman darimu." Hatinya hancur lebur tidak tersisa.

Kembali bayangan masa-masa mereka awal menikah, perjaungan Sayla sampai akhirnya menerimanya, bukanlah hal mudah. Tidak saling kenal membuat sungkan, tetapi Sayla menjalaninya dengan baik, bahkan bisa menarik cinta Prima.

"Aku salah, Sayla. Maafkan aku, hiks!" Menangis adalah hal yang mau tidak mau harus dilakukan demi menghukum diri. Prima merasa kali ini dia akan mati jika cintanya tidak kembali.

"Aku mencintaimu, Sayla." Kata yang mungkin sudah terlambat.

...

Menghubungi satu persatu teman kakak iparnya, tapi Della belum juga mendapat informasi tentang keberadaan Sayla. Semua temannya mengatakan kalau Sayla tidak bersama mereka. Della harus percaya dan melangkahkan kakinya lagi mencari keberadaan Sayla di sekitar rumah Prima.

Matanya menyusuri tiap tempat. Langkahnya dipercepat dan hasilnya tetap sama. Putus asa, Della duduk di trotoar. Menyeka keringatnya yang membasahi wajahnya.

"Kak Sayla dimana, sih?" Gerutu gadis SMP kelas delapan itu.

Della mengipas-ngipas mukanya dengan telapak tangan sembari mengatur napas. Tidak sengaja, aroma bakso yang tendanya berada di sisinya membuat perut keroncongan.

"Ngebakso dulu aja kali, ya? Iya deh!" Dia berdiri, masuk dalam tenda bakso dan bertabrakan dengan seseorang yang akan keluar.

"Aduh!" Rintih mereka sembari memegang kening masing-masing. Tidak sampai jatuh, hanya mundur dua langkah. Saat saling melihat, mata Della membulat dengan senyum yang mengembang sedangkan, orang yang ditabrak malah berwajah pucat.

"Kak Sayla!" Della langsung memeluk Sayla. Rasa laparnya hilang seketika. "Kakak, Della senang ketemu kakak." Dia melepas pelukan. "Ayo pulang." Ajaknya yang langsung memegang tangan Sayla, tetapi di tepis.

"Aku masih harus mengerjakan tugas dengan Siska. Duluan, Ya!" Della tahu Sayla bohong. Segera dia mencekal tangan kakak iparnya itu.

Sayla memejamkan mata sesaat. Menghela napas dan berbalik sambil membuka mata.

"Mama, sakit."

Mata Sayla membulat dengan mulut terbuka berbentuk huruf '0'.

"Mama ada di rumah Mas Prima. Tadinya mau ketemu kakak, tapi kakak malah ngga ada."

Tanpa pikir panjang, karena sangat mengkhawatirkan mertua tersayangnya, Sayla langsung menarik tangan Della. "Ayo, kita segera pulang."

Della tersenyum senang. Tipuannya berhasil membawa iparnya kembali ke rumah. Dia tahu, Sayla kecewa dan sangat marah, bahkan hatinya hancur, tapi dirinya tidak mau kehilangan sosok kakak perempuan sebaik Sayla. "Yes!" Soraknya girang dalam hati. Setelahnya, meminta ampun pada mamanya dalam hati juga.

**

"Mama!" Sayla membuka pintu dan berteriak. Hanya satu dalam pikirannya, bertemu secepatnya dengan mertuanya yang sudah dianggapnya Mama kandung.

"Ma--" ucapannya berhenti. Wajah pucatnya berganti memerah, emosi. Menoleh ke samping dan mendapati Della yang nyengir kuda. Tingkat kepanikan pada mertuanya sirna seketika.

"Sayla," suara parau itu milik Prima yang langsung berdiri dari duduknya.

Salya berbalik dan melangkah pergi, tetapi ....

"Sayla," suara Kintan, Tantenya membuat langkah itu terhenti. "Sayla, maafkan Tante."

Sayla kembali berjalan dengan langkah lebih cepat. Emosinya bisa pecah jika lama-lama di sini. Sayla bukan orang yang sabar. Dia juga punya amarah dan situasi ini menguras energi negatif itu. Kalau pecah, mungkin dia akan sangat bar-bar.

"Kak," panggil Della sembari mengejar Sayla.

Sayla tidak menjawab. Merasa kecewa pada Della. Dia yang benar-benar panik mendapat kabar tentang mertuanya sakit, ketika sampai di rumah, sudah ada dua keluarga besar berkumpul dengan Bella dan Prima berada di sofa tengah, dihimpit para orang tua. Sidang, Sayla tahu situasi itu. Hatinya berdenyut sakit. Entah pembahasan apa yang sedang dibahas. Ya! Dia yakin tentang penerimaan menantu baru.

"Sayla," tubuh Sayla tertarik mundur dan membentur tubuh Prima. Pose memeluk dari belakang.

Mata Sayla membulat. Emosinya benar-benar sudah tidak bisa ditahan lagi. "Jangan sentuh aku!" Bentakanya dan membuka kasar tangan Prima yang bertaut di depan perutnya. Lepas. Sayla berbalik dan ....

Plaak!

Menampar Prima dengan sangat keras. "Aku minta ce--mppt." Ucapan Sayla dibungkam oleh ciuman kasar Prima, tetapi Sayla langsung mendorong tubuh kekar itu. Mengusap kasar bibirnya menggunakan punggung tangan, merasa jijik. Bibir suaminya itu bekas ....

"Mas tidak mau, Sayang!" Pria itu memelas. Meraih tangan Sayla, tapi lagi-lagi ditepis.

"Jangan sentuh aku!" Bentaknya. Kali ini lebih keras. "Kamu," menunjuk tepat di dada Prima. "Bebas!" Kesabaran yang dia tunjukan saat di apartement tadi hilang entah ke mana.

Prima mengeleng kuat. Dia tidak mau mengiyakan kata istrinya. Benar-benar tidak sanggup berpisah dengan Sayla. Andai waktu bisa diputar, dia tidak akan berbuat kesalahan sefatal ini, tetapi berkat, kejadian ini, dia tahu bahwa Sayla sangat amat lebih berharga daripada Bella.

Ada rasa sesak dalam dada Sayla saat mengatakan kata kasar bahkan saat membentak Prima. Tidak ada niat, hanya dia tidak mau masuk pada kubangan lumpur untuk kedua kalinya. Hatinya teriris saat melihat penampilan Prima yang berantakan dengan kedua pipi yang memerah bercap lima jari, Sayla tahu, itu tangan kedua mertuanya. Hukuman yang sebenarnya belum setimpal untuk rasa sakitnya.

"Sayla," Kintan Maju sambil menyeret Bella. Terlihat pipi Bella juga merah bercap lima jari. Sayla tersenyum tipis. "Jangan salahkan Nak Prima seorang. Dia juga Salah." Menghempas tangan Bella dengan kasar. "Dia pelakornya!"

"Ma."

"Apa? Kamu itu sudah buat malu keluarga! Kamu juga sekarang mau nyakiti hati sepupu kamu! Otak kamu di mana?" Kintan menangis. Ini sangat memalukan. Dua kali sudah anaknya membuatnya malu.

"Aku dan Mas Prima saling mencintai. Wajar kami menikah."

"Wajar! Lulusan sarjana otaknya kayak begini? Mama nyesel udah melahirkan anak seperti kamu, Bella!" Kintan kembali menatap Sayla yang hanya diam. "Tante bakalan balas sakit hati kamu, Sayla."

Plak!
Plak!
Plak!
Plak!

"Ma, sakit!" Bella meringis saat tamparan bertubi-tubi mendarat di pipinya dari tangan orang yang melahirkannya. Kebenciannya pada Sayla bertambah. Semua hanya sayang pada sepupunya itu sedangkan dirinya ....

"Sakit mana sama hati keluarga ini saat hari 'H' kamu lari? Lebih sakit mana hati Sayla yang sudah mempertaruhkan segalanya demi nama baik kita dan ternyata suaminya kamu rebut? Coba katakan? Lebih sakit mana?"

Tamparan masih bertubi-tubi menghampiri pipi Bella hingga pipi itu merah dan darah mengalir dari tepi bibir bahkan hidungnya.

Prima menatap Sayla yang matanya sedang dimanjakan dengan aksi Tantenya. Mendengar ucapan Kintan, merasa tangan mertuanya itu juga menampar pipinya. Pria itu baru benar-benar menyadari ini semua salahnya. Sayla adalah istri terbaiknya, perjuangan Sayla memang sangat berat setelah menikah denganya dan balasan untuk wanita itu adalah sebuah penghianatan. Sungguh memalukan. Air mata Prima mengalir. Dia benar-benar bodoh dengan cinta pertamanya. Cinta yang merusak hidupnya.

"Mbak," lerai Larah yang merasa tindakan Kintan sudah sangat keterlaluan.

"Biarkan, Mbak! Dia berhak mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Akan saya terus lakukan sampai Sayla memaafkan pelakor sialan ini." Sebenarnya, ada rasa tidak tega memperlakukan anak kandung sendiri dengan sangat keterlaluan, tetapi Kintan membenci kelakuan anaknya yang tidak tahu malu. Entah, ajaran siapa yang dia anut.

"Cukup Tante!"

Tamparan itu berhenti tepat setelah Sayla berucap. Kintan dan semuanya menatap Sayla.

"Walaupun sampai muka Mbak Bella hancur karna Tante tampar, Sayla belum bisa memafkan dia. Rasa sakit ini bukan sambal pedas yang kalau diminumkan air, beberapa saat akan hilang, tapi setidaknya berkat bantuan kalian, Sayla tidak perlu membalas dengan tangan Sayla sendiri." Sayla tersenyum mengejek pada Bella.

"Apa kakak tetap akan cerai sama Mas Prima?" Della bertanya dan terlihat dari wajah semuanya, mereka menunggu jawaban.

Sayla mengangguk mantap, membuat mata Prima hampir mencuat. Segera diraihnya tangan Sayla yang kembali di tepis.

"Sayang, Mas sudah bilang, Mas ngga mau kita pisah!" Air mata Prima mengalir. Sayla tidak mau meluluhkan hatinya lagi. Cinta sucinya cukup sampai di sini. Diapun beralih menatap ke tempat lain.

"Aku pergi!" Sayla berbalik dan melangkah pergi.

"Mama!" Teriakkan Della membuat Sayla berbalik dan melihat Laras pingsan dalam pelukan Pras.

"Mama." Sayla mengikuti Pras yang membawa Larah ke kamar tamu.

**

"Anak tidak tahu malu!"

"Papa masih mau nampar Bella setelah Mama nampar Bella? Mempermalukan Bella di depan perempuan perebut cinta Bella? Kalian ini orang tua siapa, sih?" Bella kesal, mengompres pipinya dengan es batu sambil berhadapan dengan Kintan dan Setyo, Orangtuanya.

"Kamu ini--"

"Bella tidak salah! Bella dan Mas Prima saling mencintai. Apa yang salah jika kita menikah?"

"Salah! Kamu sudah meninggalkannya," ucap Kintan.

"Tapi aku kembali. Kami masih cinta. Kalian cukup campuri urusan aku. Aku sudah besar!" teriaknya sambil meninggalkan orang tuanya menuju teras, menghampiri Prima yang berdiri mematung, menatap langit dengan lelehan air matanya.

"Mas,"

"...."

"Mas!" nada suara Bella naik satu oktaf dengan ekspresi kesal. "Kenapa tidak belain aku di depan Mama?"

"Kita memang salah dan berhak dapat hukuman."

Mata Bella membulat. Merasa kalau telinganya rada rusak jadi ucapan Prima terdengar tidak masuk akal.

"Apa? Mas bilang apa tadi?" Mencoba kembali bertanya dan mempertajam telinganya.

"Bella, dari sebelum kita nikah, aku udah bilang cinta kita salah. Sekarang kenyataan. Kisah kita ini salah. Astaga! Harusnya aku tidak bermain api dan sekarang aku terbakar habis."

Bella mematung mendengar penuturan Prima.

**

Sayla dilema, Mama mertuanya, Papa Mertuanya bahkan Della memintanya untuk tidak cerai dari Prima, tetapi hatinya ingin berpisah.

Kini Larah sudah sadar, dia langsung memeluk Menantunya dan meminta maaf atas kelakuan Prima, membuat Sayla merasa tidak enak. Menurutnya, yang salah Prima, kenapa orang lain yang harus minta maaf. Dia tahu, kedua orang tua baik ini tidak mungkin mengajari anaknya untuk berselingkuh.

"Jangan tinggalkan kami. Kami terlanjur sayang sama kamu," ucap Larah sembari melepas pelukan. Menatap Satya dengan tatapan sendu. "Mama tau kamu kecewa dan sakit hati, tapi mama terlanjur sayang sama kamu." Air mata wanita itu mengalir lagi.

"Ma, walaupun aku sudah bukan menantu Mama lagi, aku bakalan tetap jadi kesayangan Mama sebagai anak angkat." Sayla menyeka air mata Larah.

Larah menggeleng. "Mama mau kamu jadi menantu Mama. Mau kamu yang melahirkan cucu buat kami. Mama tahu banget kamu sakit hati dan kecewa sama Prima. Mama juga tidak akan membela anak itu, hanya, ngga rela jauh dari kamu. Mama merasa kamulah yang cocok mendampingi Prima."

"Benar Sayla. Papa tidak akan menghalangi kamu menghukum Prima dengan caramu, atau kamu mau balas dendam dengan selingkuh juga, Papa tidak keberatan, tapi jangan cerai dari Prima. Papa tidak mau punya menantu kayak Bella, si tukang PHP," ucap Pras. Pria itu tidak memelas. Ucapannya tegas, tetapi sorot matanya memohon.

Rasanya Sayla ingin tertawa. Kedua mertuanya menolak kehadiran Bella. Berarti dua dukungan untuknya. Malahan, Papa mertuanya sampe memikirkan hal konyol tentang balas dendam selingkuh juga, Sayla benar-benar merasa melayang mendapat dukungan..

"Della juga ngga mau punya kakak ipar kayak dia. Maunya hanya kak Sayla." Sayla dipeluk Della. "Jangan mundur dari jabatan kakak iparku dong, please!" Lirihnya manja. Sebenarnya, Sayla merasa berat untuk berpisah dari mereka, tetapi kembali bersama Prima membuatnya mengores luka semakin dalam dan lebar.

***



Continue Reading

You'll Also Like

902K 23.9K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.8M 339K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
143K 4.1K 28
SUDAH TAMAT YH. :) Dad adalah pria yang menjadi cinta pertama putrinya setelah sang buah hati lahir. Dari Dad, kami mampu menyerap setiap pengajaran...
195K 15.4K 23
A romace comedy Sebelumnya Raine tidak pernah begitu semangat dalam menjalani hidup. Kira-kira seminggu yang lalu ketika apartemen sebelah yang semul...