KERAS KEPALA

26.3K 1.3K 28
                                    

●●●

Sayla berjalan lesu di trotoar. Sebenarnya ini sudah hampir terlambat, hanya semangatnya hilang seketika setelah kejadian tadi. Hatinya kembali sakit lagi-lagi berucap keras dan kasar pada suaminya, tapi dia tidak ingin direndahkan seperti itu.

Sayla duduk di pinggir trotoar. Mengabaikan kendaraan yang lalu lalang dan mata pejalan kaki yang melihatnya. Duduk bersila dan menunduk. Mengatur napasnya dan menetralisir sakit hatinya. Dia bingung, kala berjauhan, rindu mengebu yang terjadi, tapi jika bertemu atau bertatap muka, rasanya dia ingin meledak, mencaci maki dan membunuh suaminya.

Dia belum bisa mengontrol emosi dan belum pantas bertemu dengan Bella ataupun Prima. Takutnya akan ada adu mulut bahkan pertumpahan darah.

Matanya melebar setelah melihat benda yang jatuh di pangkuannya. Kertas yang adalah uang seribu terlipat. Diambilnya dan segeralah dia mendongak. Melotot menatap dia yang malah tersenyum manis padanya.

"Ini kerjaan sampingan elo selain ngampus, hmm?" Kekehan terdengar diakhir kalimatnya membuat Sayla berdiri. "Mata lo." Sayla mengerjap dan terlihat imut. Pria di hadapannya semakin tertawa.

"Raka sialan!" Umpatan Sayla sekaligus melempar uang ke muka Raka. Mengerucutkan bibirnya, kesal. "Kamu kira aku pengemis?" Raka mengangguk masih dengan tertawa. "Raka!" Sayla kesal dan segera menghujani Raka dengan tinjunya di bagian lengan. Raka tidak menolak, malah tawanya semakin menggila.

"Dasar!" Setelah puas melampiaskan kekesalannya terhadap Raka, Sayla menatap wajah pria tampan itu.
"Kamu kok di sini?"

"Tadinya lewat, tapi lihat pengemis baru, jadi--"

"Raka!" Sayla meninju sekali lagi lengan Raka

"Yap! Ok! Gue tadi hanya lewat, tidak sengaja lihat elo. Elo ngapain di sini? Tidak biasanya jam segini elo masih berkeliaran di jalanan."

Sayla menunduk. Awalnya Raka membuatnya lupa akan masalah beratnya dan pria itu pula yang mengingatkan kembali. Menghela napas, Sayla hanya bisa menggeleng. Sekali lagi, masalahnya bukan konsumsi publik.

"Yakin?" Sayla mengangguk. "Oh, ok! Mau nebeng?" tawarnya yang membuat Sayla lagi-lagi mengeleng. Niat buat kuliah untuk hari ini tidak ada. Dia ingin menenangkan diri. Pergi ke tempat ramai, ataupun sunyi asal bisa membuatnya lupa masalahnya. "Ceritanya mau bolos?" Wanita bersuami itu mengangguk. "Ikutan boleh?" Mata mereka berdu beradu. "Boleh dong?"

"Boleh. Asal kamu bawa aku ke tempat yang bisa membuat aku melupakan masalahku." Sayla butuh hiburan.

"Siap!" Hati raka berbunga. Untuk pertama kalinya wanita indah itu menyetujui ajakannya. Raka tidak mau menyia-nyiakan waktu. Segera menyodorkan helmnya pada Sayla. Saat tangan kecil itu akan memegang, tangan kekar mengambil alih tangan Sayla dan menariknya.

Mata Sayla membulat. Melihat siapa pelakunya yang memperlakukannya seperti seekor sapi.

"Mas Prima?" Orang itu adalah Prima. Suaminya. Langkahnya sangat lebar membuat kaki munggil Sayla susah payah menyamai. Menoleh kebelakang, melihat Raka yang mematung melihatnya. "Mas, Mas lepas!" Berontak Sayla yang diabaikan. Sayla tidak enak hati sama Raka dan kesal pada suaminya itu.

"Mas, lepas!" Sayla menepis tangan Prima, dan berhasil. Dia menatap suaminya dengan nyalang dan yang di tatap raut wajahnya mengeras.

"Siapa dia?"

Sayla menaikkan alis matanya sebelah. "Dia?" Menunjuk Raka yang masih di tempatnya. Sayla tersenyum dan kembali menatap Prima. Muka suaminya itu merah padam, rahangnya mengeras dan matanya tajam mengintimidasi. "Namanya Raka."

"Dia siapa kamu?"

Sayla menyilang kedua tangannya di depan dada. "Bukan urusan Mas."

"Jelas Urusan Mas! Mas suami kamu! Mas--"

ISTRI PENGGANTI (Tamat)Where stories live. Discover now