DILEMA(2276)

32.8K 1.5K 56
                                    

***

"Neng, tidak kasian sama perut?" Mang Maman, tukang bakso langganan Sayla berkomentar.

"Kalau tidak diisi malah kasian, Mang." Sayla melanjutkan makannya. Sesekali menyeka keringat, ingus dan meneguk air mineral. Mang Maman hanya mengangguk, membenarkan. Kemudian menggeleng melihat cara makan anak gadis itu.

"Tapi kasian perutmu."

"Aman, Mang. Makasih perhatiannya loh. Tersanjung aku. Terharu banget, diperhatiin kayak gini disaat sudah ngga ada yang perhatiin," ucap Sayla sembari menatap mangkuk berisi kuah dan pentolan. Kuah bening diubah menjadi merah. Percampuran saus dan sambal yang tidak halus, membuat biji-biji cabe terlihat bertebaran.

"Mang, tau ngga kalau ini hanya jadi pelampiasan?" tanyanya sembari menunjuk ke dalam mangkuk.

Mang Maman hanya menggeleng. "Lagi ada masalah?" Menganggap anaknnya, Mang Maman mulai menyelidiki.

"Putus dari suami. Dia selingkuh dan nikah lagi!" Kembali melahap bakso dan mengunyahnya dengan kasar. Membayangkan, sepupu dan suaminya yang sedang dia kunyah. Pikirannya kembali pada suaminya. Bagaimana reaksi pria itu sekarang? Mencarinya atau malah bahagia karena tidak ada lagi penghalang hubungan dengan cinta lama? Ah! Pasti opsi kedua, yakin sekali Sayla. Wanita itu tersenyum sinis, bodo amat. Kembali melahap pentolan bakso.

Sayla yang unik itu sedang melakukan ritual membuang sial dengan makan bakso super pedas.
Pemikirannya, makan bakso super pedas sambil mengingat perselingkuhan Prima dan Bella, setelah selesai, dia akan berkeringat dan pasti akan mulas dan mondar-mandir toilet, berharap semua sakit hati dan kekecewaan akan keluar bersama kotoran dalam tubuhnya. Sangat konyol!

"Suamimu bodoh! Perempuan cantik, baik dan menarik kayak kamu, masa diduakan." Ucapan Mang Maman membuat Sayla tersenyum miring.

"Ini bukan masalah Fisik, Mang, tapi Hati. Suami saya cinta sama selingkuhannya. Duh, jadi curhat." Sayla mengambil tisu, menyeka keringat di wajah dan lehernya. "Menurut Mang, suami selingkuh itu bagusnya hukumannya apa?" Sayla menatap Mang Maman yang sedang mengelap meja.

"Hanya satu. Mainkan hatinya. Bikin dia menyesal!"

"Kalau aku minta cerai aja gimana?"

Mang Maman menatap Sayla. Pria tua itu duduk. Kemudian menghela napas. "Apa kamu siap cerai?"

Sayla diam. Mencari jawaban dengan membayangkan kebersamaan yang indah dengan Prima. Seketika wanita itu menggeleng pelan. "Aku masih cinta, Mang, tapi aku ngga mau di madu."

"Jangan cepat memutuskan perpisahan saat keadaan hati masih panas, karena penyesalan itu ada diakhir, Neng."

"Tapi Mang? Penghianatan itu menyakitkan."

"Mungkin kamu bisa coba dengar penjelasannya. Kenapa bisa sampai melakukan hal itu ke kamu."

Sayla menghela napas. "Alasannya pasti karena masih cinta dan kisah cinta merek belum berakhir, makanya pas bertemu, lanjut lagi deh." Wanita itu melahap lagi pentolan. Mengunyah pelan.

"Suami Eneng ke Eneng gimana?"

"Sebelum kebongkar, ya biasa aja, Mang. Natap penuh cinta, sayang dan perhatian. Pas aku pergokin, dia kayak gagap, gugup dan ... gitulah Mang, ekspresi orang terciduk."

"Mamang ngga bisa banyak bantu saran, Neng. Cuma bisa bilang, ambil keputusan sesuai dengan kata hati Neng aja."

Sayla mengangguk. Namun, untuk sekarang kata hatinya mengatakan menepi dulu dari sisi Prima.

**

Pak Pras mengendarai mobilnya pelan, mengedarkan matanya ke kanan dan ke kiri, berharap menemukan sosok rapuh, menantunya.

ISTRI PENGGANTI (Tamat)Where stories live. Discover now