Vampire Wars [Completed]

By Aiolios24

571K 37.9K 3.4K

(18+) BOOK 2 OF MY PRINCE VAMPIRE SERIES ✔ Berawal dari kehidupan sulit yg di alami kakak dan adik. mereka be... More

Prolog
Chapter 1 : Zee & Zea
Chapter 2 : Kerajaan Lioncourt
Chapter 3 : Hutan Vampire
Chapter 4 : Penasaran
KARAKTER
Chapter 5 : Kotak Musik
Chapter 6 : Menyelidiki Pergerakan Musuh
Chapter 7 : Berkumpul Bersama
Chapter 8 : Flashback One
Chapter 9 : Flashback Two
Chapter 10 : Pasangan Sempurna
Chapter 11 : Kakak Terhebat
Chapter 12 : Perdebatan Kecil
Chapter 13 : Party Di Castel Del Monte
KARAKTER
Chapter 14 : Penjelasan
Chapter 15 : Bertemu Mate
Chapter 16 : Air Mata
Chapter 17 : Kecerobohan Irish
Chapter 18 : Mencari Keberadaan Irish
Chapter 19 : Tangisan Yang Berakhir Bahagia
Chapter 20 : Langkah Awal
Chapter 21 : Zea & Irish Di Culik
Chapter 22 : Misi Bunuh Diri
Chapter 23 : Bertemu Wanita Iblis
Chapter 24 : Amarah Kebencian
Chapter 25 : Penyesalan
Chapter 26 : Terbangun
Chapter 27 : Mengukir Kehangatan Bersama
Chapter 28 : Gairah Cinta
Chapter 29 : Jeritan Hati Dan Kejujuran
Chapter 30 : Danau Tersembunyi
Chapter 31 : Permainan Gila
Chapter 32 : Rundingan
Chapter 33 : Pergerakan Musuh
Chapter 34 : Wahana Permainan
Chapter 35 : Fighting
Chapter 36 : Pengorbanan
Chapter 37 : Antara Hidup Dan Mati
Chapter 38 : Teka-Teki Petunjuk
Chapter 39 : Pertualangan Di Mulai
Chapter 40 : Penyerangan Musuh
Chapter 41 : Menjalankan Misi
Chapter 42 : Lautan Darah Dan Mantra Terlarang
Chapter 43 : Terjebak
Chapter 44 : Perubahan Irish
Chapter 45 : Teka-Teki Sialan!
Chapter 46 : Pilihan Sulit
Chapter 47 : Darah Pengganti Dan Munculnya Pohon Kembar.
Chapter 48 : Sebuah Harapan
Chapter 49 : Kembalinya Sean Dan Zea
Chapter 50 : Batu Jiwa Tak Bertuan.
Chapter 51 : Selubung Rindu.
Chapter 52 : Berlebihan.
Q & A
Chapter 53 : Bersamamu!
Chapter 54 : Kehebohan Di Istana Lioncourt.
Chapter 55 : Makhluk Aneh
Chapter 57 : Musuh!!
Chapter 58: Perbedaan Kekuatan
Chapter 59: Tamat

Chapter 56 : Akankah Semuanya Berakhir?

7.7K 392 115
By Aiolios24

Di sebuah ruangan dalam gelap, tersorot cahaya bulan yg terang menemani kesunyian kala malam itu. Sesosok pria beriris semerah darah tengah berdiri bersedekap dada sembari memandang keluar jendela.

Gurat lelah menghiasi wajahnya yg rupawan. Sekalipun ia sudah bukan lagi muda tetap saja wajah tampannya masih melekat dalam dirinya.

Pintu ruangan terbuka tiba-tiba, disana berdiri seorang wanita yg masih terlihat cantik. Wanita itu dengan anggun ia mendekati sang pria dan memeluknya dari arah belakang. Di ciuminya punggung sang pria, mengendus aroma yg ia sukai. Tangan sang pria terjulur, meraih lembut jemari lentik sang wanita dan menariknya ke dalam dekapan hangatnya. Suasananya begitu pas untuk mereka berdua.

" Apa yg kau pikirkan? " Bisik Ciel di telinga Zeldric. Ia bersandar di dada bidang suaminya yg nyaman dan hangat. Begitu menenangkan.

Zeldric mengecup puncak kepala Ciel lembut. " Tak ada sayang. Aku hanya sedikit berpikir. " balasnya.

Ciel mendongak menatap Zeldric penuh selidik. " Apa kau sedang memikirkan masalah tadi hum? "

" Hmm... aku hanya berpikir ingin mengakhiri semuanya? " katanya.

Ciel mengangguk. " Aku mengerti, hanya saja akan sangat sulit. Kau tahu, musuh kita memiliki ambisi kuat dan mempersulit semuanya! Jangan terlalu berpikir keras. Aku tak suka itu!! " tegurnya membuat Zeldric terkekeh dan Ciel melotot.

" Aku serius!! "

" Hmm... aku tahu. "

Ciel menggesekkan wajahnya di dada bidang Zeldric, menghirup tubuh meskulin suaminya dalam-dalam. Zeldric hanya diam sambil memperhatikan tingkah istrinya. Berduaan dengan istrinya sejenak membuat beban di pundaknya itu terangkat. Ketenangan inilah yg ia cari, tak ada yg lain.

" Kau lelah dengan kehidupan ini? " Ciel mendongak menatap manik mata Zeldric sendu. Zeldric hanya menghela nafas. Pria itu tak tahu apa yg harus ia katakan pada istri tercintanya. " Sepertinya aku tahu jawabanmu, karena aku pun juga merasakannya. Hidup ini tak adil, bukan? Semua orang berpendapat bahwa kehidupan ini seperti roda yg berputar. Tapi di mataku tidak begitu. Kehidupan ini justru mirip gelas kaca. Sedikit saja kau salah melangkah maka, hancur sudah! "

Zeldric tersenyum tipis. Ternyata pemikiran Ciel sama dengannya. " Hmm... tak selamanya roda akan terus berputar. Bergerakpun sulit jika jalan yg di pijak salah. Bukan roda yg menentukan jatuh, bagun kehidupan tetapi kau sendrilah yg memilih perputaran rodanya. Tak tahukah, kita bagaikan gelas kaca rapuh yg mudah hancur! " Zeldric mengecup bibir Ciel penuh cinta.

Ekspresi raut wajah Ciel seketika berubah menjadi murung. Zeldric mengusap lembut bahu telanjang istrinya karena memang Ciel hari ini memakai dress hitam terbuka di bagian bahu. Ciel berpikir saat semua orang beranggapan bahwa kehidupan akan berputar seperti roda, terkadang di bawah bahkan juga bisa sebaliknya. Namun, Ciel justru beranggapan bahwa semua itu salah.

" Lalu, apa yg akan kita lakukan? Bagaimana caranya mengakhiri semua ini. Aku lelah Ric, kenapa kehidupan kita selalu saja begini? Aku ingin sekali beristirahat dan menghabiskan waktu berdua saja bersamamu. Mengukir kenangan sebanyak mungkin sebelum mata ini tertutup rapat dan tidak akan pernah terbuka lagi! " keluh Ciel. Wanita itu terisak, memeluk erat tubuh Zeldric. Mengutarakan apa yg ia pendam dalam hati, seorang diri. " Aku takut hiks.. anak kita- "

"Ssstt... tenanglah! Jangan pernah mengatakan sesuatu yg menyiksa hatimu dan berhenti memikirkan sesuatu yg kau takutkan. Biarkan Aku saja yg berusaha semampuku melindungimu, Zee dan juga Zea " potong Zeldric cepat, sebelum Ciel menyelesaikan perkataannya. Tak ada yg tahu masa depan. Makhluk di bumi, hanya mampu menjalani tanpa bisa menentukan takdirnya sendiri.

Sebegitu rapuhnya Ciel. Selama ini istrinya hanya memendamnya seorang diri. Menelan bulat-bulat keluh kesahnya dalam hati. Tanpa ada seorang pun yg menyadarinya selain Zeldric. Ciel selalu bersikap bahwa ia baik-baik saja. Tetapi yg Zeldric tahu istrinya begitu rapuh dan terpuruk. Dua kali juga, Ciel hampir kehilangan putra dan juga putrinya. Zeldric sangat mengerti penderitaan istrinya. Kejadian itu menjadi pukulan telak tersendiri untuk istrinya. Membuat istrinya ketakutan setiap kali ada masalah yg bersangkutan dengan keluarga kecilnya.

Disisi lain, Raven yg baru saja menginjakkan kakinya di istana kerajaan Flanders merasakan ada yg janggal. Kenapa terasa mudah sekali menyelidiki makhluk aneh itu dalam semalam. Bukankah itu aneh? Pikir Raven, merenung di dalam kamarnya. Sepertinya ada yg salah. Perasaannya mulai tidak enak. Ia mondar-mandir di dalam kamarnya. Raven terlihat gelisah.

Matanya terpejam sejenak, untuk memikirkan sesuatu yg mungkin bisa ia lakukan saat ini dan benar saja. Ada sesuatu yg ingin ia coba. Hanya saja akan menguras tenaga jika ia melakukannya. Sungguh ia benci melakukannya karena akan membuat dirinya jatuh lemas dan tidak berdaya. Raven menggeram sejenak. Lalu ia mulai mengambil ancang-ancang. Tangan kanannya ia julurkan ke atas dengan tangan kirinya mengepal erat. Rahangnya mengatup rapat dengan otot leher tercetak jelas. Ia seperti menahan sesuatu.

" Arrgghh... sial!! " umpat Raven, berusaha menarik kekuatannnya membentuk awan hitam berkabut yg siap turunkan hujan. Kekuatan Raven, melambangkan elemen yg bisa ia manfaatkan kapapun saja.

Selang beberapa menit, gumpalan awan hitam terbentuk menutupi langit berbintang malam hari itu. Raven sengaja membuat langit yg indah menjadi gelap tanpa bulan ataupun bintang yg menghiasinya karena ia memiliki tujuan lain yg lebih penting. Dengan begitu, satu masalahnya akan mudah teratasi.
Raven hanya menggunakannya di istana kerajaan Zeldric, tujuannya hanya satu memantau pergerakan musuhnya. Bisa di katakan, awan itu adalah matanya. Mungkin saja musuh akan menyerang kerajaan Zeldric dengan tiba-tiba. Perasaan Raven sungguh resah dan gelisah.

●●●●🌷●●●●

Renner mendongak menatap langit dengan kening berkerut. Langitnya tiba-tiba saja tertutup awan hitam. Pasti ulah ayahnya. Mudah di tebak, memang siapa lagi yg memiliki kekuatan empat elemen kalau bukan ayahnya dan ya semua pasti tahu bagaimana hujan bisa terbentuk. Perlu unsur panas, air dan petir agar mampu membentuk hujan. Lagipula, ia mengenal betul aura milik siapa yg menguar di awan hitam itu.

" Itu pasti ulah ayahmu? " Celetuk Chiron kepada Renner. Matanya juga tengah memandagi langit yg menggelap. " Pasti terjadi sesuatu. Apa kita perlu mencari tahunya? "

Renner melirik Chiron sekilas. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari memikirkan saran Chiron. Zenos dan Elder yg melihat interaksi keduanya hanya memilih diam atau lebih tepatnya menyimak.

" Tak perlu!! " putus Renner, pada akhrirnya. Chiron mengernyitkan dahi, tak mengerti dengan ucapan Renner. " Bertindak sendiri tanpa perintah dari Uncle Zeldric, hanya akan menimbulkan masalah! Aku tak ingin itu terjadi hanya karena kecerobohan kita. " Tegas Renner.

Chiron, Zennos dan Elder hanya mengangguk-anggukkan kepala.

" Hmm... kau benar. Bertindak sendiri justru akan menyeret kita masuk ke kandang singa betina. Kalian tahu bukan? Itu jauh lebih mengerikan lagi!! " Elder bergidik ngeri, membayangkan sesuatu yg tidak-tidak. " Lebih baik dikepung ribuan musuh dari pada dikepung lima induk singa betina! " Ujarnya sembari menggelengkan kepala.

Sontak saja Renner, Zenos dan Chiron menatap Elder horor. Ck, bocah satu itu benar-benar ingin di hukum pancung atau di cabik-cabik. Mulutnya tidak pernah di kondisikan.

" Siapa yg kau maksud lima induk singa betina hah? " sentak Renner gemas.

Elder mengerjapkan mata polos. " Induk singa betina, kalian tidak tahu? Padahal setiap hari kalian bertemu. Sukanya marah-marah dan terkadang juga berceramah panjang lebar. Membuat kepalaku pusing saja!! " Curhat Elder polos.

Tak!!

" Sialan! Apa yg kau maksud itu ibuku hah? Sudah bosan hidup?! " bentak Renner, Zenos dan Chiron secara bersamaan. Mereka sontak memukul kepala Elder, membuat Elder mengaduh kesakitan. Dasar teman sialan.

" Ck, sakit bodoh! Aku jujur, salah hah?! " bentar Elder tidak terima, sambil mengusap-usap kepalanya.

Renner, Zenos dan Chiron hanya menggeram malas. Mereka saat ini tengah berada di atas pohon yg letaknya jauh di dalam hutan wilayah Warewolf. Tentu saja yg berkuasa disana tak lain dan tak bukan, Ethan. Wilayah kekuasaan Blue Moon Pack, milik ayah Elder.

Elder mendongak, menatap langit. " Huft... padahal kita naik ke atas sini hanya ingin menikmati bulan dan mengobrol bersama. Tadinya, aku pikir kita bisa melepas beban berat di bahu kita. Bercanda tawa dan melebur asa dalam senyuman tanpa kesedihan. " Gumam Elder.

Renner terkekeh. " Sejak kapan kau pandai berpuitis huh? " kata Renner yg merebahkan dirinya di samping Elder. Kedua tangannya ia jadikan bantal sambil menatap langit gelap tanpa bulan, bintang.

Zenos dan Chiron juga menyusul. Mereka merebahkan diri tepat di samping Renner dan Elder. Zenos di samping Renner dan Chiron di samping Elder. Mereka berempat menikmati suasana indah yg kini berubah gelap. Merasakan setiap terpaan angin yg menusuk kulit. Hembusan angin yg berbeda dari biasanya. Kali ini jauh lebih pekat membawa berita buruk melalui tiupan angin berhembus kencang. Mereka berempat merasakannya.

" Kenapa kau bertanya? Aku hanya mengungkapkan apa yg aku rasakan. Awan hitam dan terpaan angin yg bertiup kencang seolah-olah membawa peringaran akan berita buruk kepada kita!! " balas Elder dengan matanya yg masih terpejam erat. Tangannya ia pakai untuk sandaran kepala.

" Ck, bijak sekali!! " cibir Zenos, Chiron dan Renner bersamaan.

" Terserah!! " balas Elder kesal.

Di lain tempat, Ciel dan Zeldric yg tengah memandang langit dengan kening berkerut tajam. Di liriknya Ciel yg menghela nafas gusar dan itu tak luput dari pandangan pria yg sudah menjadi suaminya. Baru saja mereka menikmati indahnya bulan di malam hari dan tiba-tiba berganti awan hitam berkabut yg tampak menggelap pekat di langit berbintang.

" Kakak...? " Gumam Ciel lirih yg masih di dengar Zeldric. " Kenapa tiba-tiba melakukan semua ini? "

Zeldric menghela nafas lelah. Pria itu sendiri tak tahu apa yg harus ia katakan. Semuanya terhubung dengan masalah yg terjadi akhir-akhir ini. Mungkin saja temannya itu tidak ingin kecolongan seperti kejadian dulu. Zeldric memahami hal itu.

" Mungkin hanya untuk memata-matai pergerakan musuh. Raven ahli dalam hal memantau. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. " Hibur Zeldric kepada Ciel.

Ia tak bohong, memang itulah yg ada di pikirannya. Bukan sekedar menghibur istrinya saja, di dalam pikirannya hanya terbesit seuntai penjelasan yg menurutnya benar.

" Bagaimana dengan yg lain? Apa semua juga baik-baik saja. Heum.. aku hanya khawatir. Masalah yg terjadi akhir-akhir ini sulit sekali di prediksi. " Keluh Ciel frustasi.

Zeldric mengecup singkat kening Ciel dan memeluknya lagi. Zeldric menyurupkan wajahnya di ceruk leher Ciel. Terasa dingin dan mati, tak ada sedikitpun kehidupan ada di tubuh suaminya. Tapi ia sangat menyayangi suaminya. Tak peduli bagaimanapun kondisi suaminya.

" Hmm.... tak ada yg perlu kau khawatirkan. Semua akan baik-baik saja. Percayalah! " bisiknya membuat Ciel mengangguk saja.

Kekhawatiran mereka memang benar nyata. Musuh mereka kali ini sulit di atasi. Musuh yg sama saat ketika mereka hampir saja kehilangan Zee dan membuatnya tidur panjang. Beberapa masalah yg menimpa mereka pasti selalu berhubungan dengan musuh yg sama. Membuat mereka hampir saja frustasi karena tak tahu lagi caranya menyingkirkan musuh.

Begitupun juga Sean, Zee, Zea dan Irish yg merasakan kekhawatiran yg sama. Duduk termenung dalam diam. Irish yg asyik bersandar di dada bidang Zee sontak tersentak dari lamunannya. Zea sendiri juga tak kalah terkejutnya. Matanya yg bulat melotot menatap gumpalan awan hitam aneh yg menyelimuti istana orang tuannya. Apa terjadi sesuatu? Pikir Zea bertanya-tanya dalam hati. Sean menghela nafas.

" Tenanglah, tak terjadi apa-apa. Itu hanya ulah Raven. Pria bodoh itu pasti khawatir dengan ibumu dan juga ayahmu. " jelasnya tanpa melihat ke arah Zea. Sean tahu yg ada di pikiran gadisnya sekarang ini. Zea mengerjapkan mata lucu. Sean terkekeh melihat reaksi Zea.

Sean, Zea, Zee dan Irish berada di istana Lioncourt. Sean sering kali menginap disana karena memang tak ingin jauh-jauh dari Zea. Irish sendiri tak mau kembali ke istana orang tuanya. Zeldric dan Ciel tak pernah keberatan akan kehadiran Irish di istana Lioncourt. Zee juga tak keberatan akan sikap Irish yg selalu mengikutinya kemana saja ia melangkah. Tidak jauh berbeda dengan Zea dan Sean. Sedetik saja Sean enggan meninggalkan Zea yg berakhir dengan selalu mengikuti kemana saja gadisnya melangkah.

" Sean...? "

" Hmm... "

" Akankah semua masalah ini berakhir suatu hari nanti? " Zea bergumam lirih dan masih bisa di dengar Sean dengan sangat jelas.

Sean mengecup sekilas puncak kepala Zea. " Itu pasti! Tak ada masalah yg tak bisa di akhiri!! "

Zea mengulas senyum simpul. " Kalau begitu aku akan menanti hari itu tiba, hari dimana tak ada lagi pertempuran. Hari dimana hanya akan ada kebahagiaan dan canda tawa. " Katanya dan setelah itu Zea memejamkan matanya. Ia terlelap di pelukan Sean yg terasa hangat dan juga nyaman. Senyum tipis terbit di bibir Sean. Gadisnya terlihat kelelahan akibat aktifitas.

Dikecupnya dahi Zea. " Tidurlah! "

Selang beberapa menit, Sean pergi keluar dari kamar Zea. Ada hal yg harus ia kerjakan dan terpaksa ia meninggalkan gadisnya sendirian.

Dalam keheningan malam. Zee yg terbaring di atas ranjang bersama Irish yg terjaga dari tidurnya. Zee memeluk erat pinggang gadisnya dan tangan kanannya ia gunakan untuk sandaran kepala. Matanya berkilat dalam kegelapan malam.

" Apa yg kau pikirkan? " Tanya Irish kepada Zee. " Mau berbagi? "

" Tak ada! " Jawab Zee singkat. " Sudah larut malam. Sebaiknya kau tidur. Jangan memikirkan sesuatu yg tak penting. Istirahat itu baik untuk tubuhmu!! " Kata Zee sembari menatap manik mata Irish yg juga tengah menatapnya.

Irish tersenyum kecut. Zee selalu saja begitu. Apa susahnya berbagi dan dengan begitu beban berat di bahunya akan terasa ringan. Irish tak habis pikir. Sulit menebak apa yg tengah di pikirkan Zee. Selama ini Zee lebih memilih memendam sendiri masalahnya. Zee sungguh membuatnya frustasi. Sulit sekali memahaminya. Ada kalanya Irish berpikir bahwa ia sama sekali tak berguna.

" Kau selalu saja begitu? Bisakah kau berhenti memendam masalah sendiri. Lihat aku disini, berbagi beban akan meringankan dirimu. Aku ingin berguna untukmu. Tapi kau memperumit semuanya. Hiks kau jahat sekali! " Isaknya di dada bidang Zee.

Zee menghela nafas. " Berhentilah menangis. Dengarkan aku sayang. Aku tak bermaksud begitu. Hanya saja, aku tak ingin membebanimu dan membuatmu berpikir keras! " Jelasnya sembari mengusap-usap punggung Irish. " Aku tak berniat menyeretmu ke dalam masalahku dan berakhir membahayakanmu!! " Jelasnya panjang lebar. Memang itulah yg Zee pikirkan. Setidaknya meskipun ia terluka asalkan Irish baik-baik saja itu cukup untuknya dan selebihnya, Zee tak mau tahu.

Irish mendongak menatap manik mata Zee. " Benarkah? " katanya.

Zee mengangguk. " Hmm... aku tak sedang membohongimu. Apa kau percaya? " Irish mengulum senyum dan mengangguk paham.

" Ya, aku percaya. Maafkan aku. "

Zee mengusap puncak kepala Irish. " Sudahlah, tak apa. Jangan membahasnya lagi. Sudah larut malam dan sebaiknya kau tidur. "

●●●🌷●●●

Malam semakin larut. Para penjaga setia membuka matanya untuk berjaga. Seperti hari-hari sebelumnya, mereka memastikan tidak ada pergerakan musuh yg mendekati istana. Mereka siap melapor jika menangkap sesuatu yg mencurigakan. Tapi malam ini entah kenapa terasa mengerikan.

Hembusan angin yg menusuk kulit sampai ketulang mampu membuat hati mereka menjadi waspada. Malam mencengkam membuat mereka ragu bahwa tidak akan terjadi apapun. Tapi keyataannya justru sebaliknya.

Sesosok bayangan hitam terlihat mengawasi mereka dari atas pohon. Para prajurit yg berjaga mulai tidak tenang. Seolah-olah mereka merasakan sesuatu yg tak bisa mereka jelaskan dan tak bisa mereka ketahui. Entah apa itu yg pasti mereka merasakan bahaya mendekati mereka. Tapi mereka tetap berdiri disana karena tugas berjaga adalah tangung jawabnya.

" Kau pergilah melapor. Katakan kepada Yang Mulai Raja bahwa kita merasakan sesuatu yg aneh. "

" Baiklah, kalian berjagalah dan gantikan aku sementara aku akan melaporkan hal ini kepada Yang Mulia Raja. " Ujar prajurit itu dan kemudian melesat pergi menjauhi tempat itu menuju dimana Zeldric berada.

Zeldric yg tadinya ingin istirahat bersama istinya terganggu suara seruan prajurit dari luar. Zeldric lantas mengenakan kembali kaos putih polos miliknya yg sempat ia lepas. Ia lalu melenggang keluar dan mendapati seorang prajurit di depan ruangannya. Iris gelapnya menatap tajam prajurit tersebut.

" Katakan?! " Tegasnya.

Prajurit itu meneguk ludahnya kaku dan lantas menundukkan kepalanya memberi hormat dan tak lupa berjongkok dengan satu kakinya yg di tekut. Aura rajanya membuat bulu kuduk prajurit itu berdiri.

" Lapor Yang Mulia! Hamba merasakan sosok tak kesat mata mendekati istana. Mohon Yang Mulia memberikan perintah! " Ujar prajurit itu dengan masih menunduk di hadapan Zeldric.

Helaan nafas berat terdengar dari bibir Zeldric. Tangannya terkepal.

" Perketat penjagaan dan jangan sampai lengah, tetaplah waspada. Laporkan kepadaku jika terjadi sesuatu yg buruk. " Perintahnya. Zeldric mengibaskan tangannya ke atas. " Pergilah!!! " Lanjutnya.

Prajurit itu mengangguk patuh. " Laksanakan Yang Mulia! " Prajurit itu lantas membungkuk dan pergi dari hadapan Zeldric. Zeldric lalu kembali memasuki ruangannya.

Ciel memegang mengusap lengan Zeldric lembut. " Ada apa hem? "

" Musuh! " Geramnya singkat. Ciel mengangguk mengerti. Sepertinya sudah di mulai. Bukankah terlalu cepat, pikir Ciel.

" Aku tak tahu harus mengatakan apa. " Lirihnya, mengecup singkat pipi Zeldric dan membuat Zeldric menoleh.

" Tak perlu mengatakan apapun. Tetaplah disini dan menemaniku, itu sudah cukup. " Ujarnya sambil mengusap lembut pipi istrinya yg memerah merona. Ia memberikan kecupan-kecupan singkat disana.

Namun suara ledakan keras di luar menyentak Zeldric dan juga Ciel. Mereka lantas melenggang keluar, melihat apa yang terjadi.

" Apa yg terjadi? "

" Tetaplah disini. Aku akan mengeceknya!" Perintah Zeldric.

Ciel menggelengkan kepalanya. " Tidak! Biarkan aku ikut. Aku juga ingin tahu? " Serunya bersikukuh.

Zeldric menghela nafas. " Hmm... baiklah! " Setelah itu, Zeldric dan Ciel berjalan beriringan, melesat dengan cecepatan vampirnya yg luar biasa.

Di lain tempat terdapat Sean, Zea, Zee dan Irish yg tengah menuju ke tempat yg sama. Raven bahkan melihat dengan jelas bagaimana kejadian itu terekam di kepalanya seolah ia tengah menonton film. Dengan tangan terkepal, Raven segera melesat menuju kerajaan Lioncourt di ikuti Kimberly dan juga Kenzie. Sebelum itu, Kenzie menugaskan beberapa pengawal untuk memberikan kabar kepada Ethan, Victor, Leon dan Javier di istana mereka masing-masing. Ya, sepertinya masalah akan terjadi sebentar lagi. Kenzie mengumpat.

●●●●🌷●●●●

Ugh... absurd bat ya ceritanya. Maaf nih kalo kalian kurang puas. Ntar bisa revisi kalo ada waktu.

Cerita ini aku bikin cuma buat ngehibur readers aja. Lagian dulu bikinnya juga karna iseng. Mohon di maklumi kalo kalian merasa nggak puas. Cerita lain dengan genre yg sama juga ada banyak. Klo kurang cocok sama cerita yg aku buat, bisa tengok ke lapak tetangga😅 banyak yg bagus kog. Readers mah bebas!

Continue Reading

You'll Also Like

31.6K 5.7K 36
BABYMONSTER [Lokal] ongoing Note : • Sisterhood • Harsh words ********** "Ya ampun Sa! Lo nyulik anak dari mana anjir?!" Ruka "Iihhh...Lucu, gemesin...
5.3K 1K 34
Kim Sohyun, pelajar SMA yatim piatu yang bekerja paruh waktu sebagai penjaga minimarket. Kehidupan gadis itu semakin suram dan kesulitan setiap harin...
361K 36.6K 30
Aku tak pernah percaya akan apa itu 'keajaiban'. Hingga keajaiban itu benar-benar datang dan membuktikan padaku bahwa ia memang benar adanya. Aku me...
2.7M 167K 27
Olivia Rae Elizabeth, gadis berusia 19 tahun itu melingkarkan badanya dan menyembunyikan wajahnya di lututnya, selama hidupnya, ia tidak pernah meras...