Nafas Nufus

By abelorzeck

344 40 12

Diawali dari sebuah warung tempat merokok di belakang SMAnya, Nufus yang bergegas dengan teman sebangku barun... More

Prolog
HARI PERTAMA = GAGAL!
Tirai Pembuka
21 Januari 1973
Dua Sisi Wajah Gunung
Kakak
Si Setan yang Bersyukur
Kebahagiaan di Lautan Jendela Dunia
09 Desember 1977
Gorilla Polos Berotak Sepotong Tahu
Balik Layar: Tangan Hitam
07 Juni 1978
Selangkah Sebelum Finis
Cuaca Ceria
Tempo Bandung Lautan
17 Agustus 1973
Tangan Hitam Masa Lalu
Si Jurus Melempar Durian Maut
Yang Berat Adalah..
Maaf, Terima Kasih, Aku Bahagia
27 Juni 1995

Kesan Pertama Begitu Menggoda

10 2 0
By abelorzeck

Baiklah. Kukira sudah waktunya untuk menceritakan babak yang membuat setiap orang. Siapa saja. Dimana saja. Apapun jabatannya. Seburuk dan seindah apapun nasibnya. Mereka akan merasa jadi orang yang paling bahagia di dunia.

Barangkali bagi Buldog, sesuatu yang membahagiakan ini adalah hal yang simpel. Bagi Dablo, hal itu adalah mendapat emas ̶ ̶ secara harfiah. Bagi Abang hmm.. kukira hal itu cukup banyak. Dan bagi Joy, hal itu juga cukup banyak. Tapi bagiku, orang yang bersahaja dan sederhana ini, hal yang paling membuatku bahagia adalah jatuh cinta. Apa kalian pernah ingat? Ketika dunia terasa ringan dan riang. Tidak ada hal-hal lain yang terlalu jadi bahan pikiran. Semua sirnah, musnah dan tak ada sesuatu yang lebih berarti saat kita sedang jatuh cinta. Terkadang jatuh cinta itu tak di awali dengan hal-hal yang menyenangkan. Seperti siang itu, di mana babak ini berawal.

Kemalasan sedang tinggi-tingginya ̶ ̶ walau aku tidak ingat kapan terakhir aku rajin. Matahari menembus atmosfer dengan ganas. Mungkin sudah banyak lubang di atmosfer dan akhirnya membuat kita mudah terkena kanker kulit. Ditambah bangunan sekolah yang penuh dengan jendela ini, kupikir sebelum meninggal karena kanker kulit, akan lebih banyak yang meninggal karena dehidrasi. Untungnya sebelum hal mengerikan itu terjadi, sistem kekebalan tubuh kami beraksi. Kami para siswa-siswi SMA DH menjadi sangat malas 1(Sejujurnya, aku tak tahu apa kemalasan bisa menyelamatkan kita dari kematian akibat kanker kulit dan dehidrasi.) dan berkeringat.

Waktu itu, aku sudah masuk kelas dua SMA. Aku sekelas dengan Border alias Buldog dan Abang. Selain siswa-siswinya, untung di siang yang bikin malas itu ibu Yati guru Bahasa Indonesia kami punya pikiran yang sama. "Buka LKS halaman 23, kerjakan soalnya dan kumpulkan di meja ibu setelah beres." Dia pun bergegas pergi meninggalkan kelas. Setidaknya sudah tidak ada yang menghalangiku untuk tidur di kelas. Tapi karena panasnya, aku tidak bisa tidur. Jadi, aku hanya memperhatikan orang-orang sambil duduk di meja dekat jendela di lantai dua. Abang sudah sedari tadi meninggalkan kelas untuk cari angin, katanya. Lalu, kuperhatikan Buldog. Dia yang biasanya rajin dan penuh apresiasi, sekarang hanya membaca komik. Jika dilihat, alangkah kecil buku komik itu di tangan besarnya. Tiba-tiba Buldog melihatku. "Baca komik waktu belajar juga menghargai komikus-komikus Jepang yang lucu. Semoga komik Indonesia ke depan lebih bagus dari komik Jepang!" Selesai bicara, dia terburu-buru memunggungiku. Apa maksudnya? Ah, mungkin cuma GR saja gara-gara kuperhatikan tadi.

Terdengar dari kejauhan suara pak Jaja. "Hayo, anak-anak. Semangat! Itu.. Desti. Jangan berhenti, kamu!" Aku jadi tertarik melirik keluar, melihat ke arah lapangan. Jam 11 siang bolong gini, Pak Jaja bersemangat sekali. Dan pak Jaja yang badannya besar itu, jelas berbeda dari yang lain. Tentu ini membuat kesal para siswa yang tidak ingin cape olah raga dan kepanasan di siang bolong. Pasti mengesalkan berada di luar sama berlari, sit-up, push-up.. OH! Ada anak kelas satu yang menarik perhatianku. Dia memang bukan yang tercantik atau termontok di antara teman-temannya. Tapi, dengan muka merah padam, dia masih terlihat manis bagiku.

Kenyataan bahwa aku terlalu cuek pada siswa lain, padahal ini sudah tiga bulan semenjak tahun ajaran baru dan aku seperti belum pernah melihatnya. Lagi pula, sekolahku ini punya siswa yang lebih sedikit dibanding sekolah lain. Belum lagi, setidaknya aku dapat melihat wajah-wajah baru itu saat sholat berjamaah. Siapakah si Manis itu? Posisi kelas di lantai dua dan bangku yang cocok ini memang tempat yang enak untuk mengamati kejadian-kejadian di lapangan. Momen yang selalu jadi favoritku itu adalah mengamati si Joy yang sering dihukum karena telat. Namun aku tahu sekarang, mengamati dari posisi ideal ini adalah takdir untuk melihat si Manis yang ideal buatku. Baik! Aku akan berkenalan dengannya.

"Udah ngerjain tugasnya, Fus?" Buldog yang tiba-tiba berada di dekatku bertanya dan mengalihkan pandanganku.

"Belum. Maneh udah?" Aku balik bertanya.

"Udah." Jawabnya sambil menunjuk buku LKS.

"Urang nyontek punya maneh, lah?" Kataku sambil sedikit memohon.

"Ya udah, nih!" Buldog mengasongkan LKS-nya yang membuatku gembira. Oh, nama wanita itu siapa? Kataku dalam hati sambil dibantah bahwa itu bisa diurus nanti ketika istirahat.

Setelah aku mengerjakan eh.. setelah aku mencontek tugas yang sudah Buldog kerjakan, bel istirahat kedua datang. Jam istirahat kedua ini waktunya satu jam dipotong salat zuhur berjamaah dan hal ini bisa menjadi dua hal di SMA DH atau dalam kasusku tiga hal. Pertama, waktunya makan siang, cemil-cemil atau melakukan hal lainnya di sekolah. Dua, bisa menjadi pilihan kabur dari sekolah. Dan ketiga, yang akan kulakukan adalah mendapatkan nama si gadis manis itu. Karena aku adalah seorang Sherlock Holmes generasi baru, maka tentu saja investigasi pencarian nama korban akan mudah kudapatkan. Sebagai seorang siswa SMA yang sedang bermain detektif untuk urusan penasaran akut. Aku akan mulai menanyakan kepada teman sekelasnya ̶ ̶ Tunggu! Mengapa insting detektifku berkata bahwa ada di antara kalian yang berpikir, 'kenapa repot banget pengen kenalan doang?' Ini sangat mengganggu ritme narasiku. Percaya atau tidak. Hal ini lebih menyenangkan dan sedikit bau-bau petualangan.

Masih mengenakan seragam olah raga dan masih bermuka merah karena kecapean, dia memegang botol air mineral serta mengobrol dengan teman-temannya. WOW! Sekarang saatnya. Tidak boleh kusia-siakan kesempatan ini. Cara investigasi Sherlock tak jadi kupakai. Lalu, aku berjalan sampai berjarak beberapa centimeter darinya. Sambil memandang si Manis ini, kurasa jantungku berdegup begitu kencang hingga aku agak kesulitan bernafas. Dan entah kenapa kata 'hai' terus menggantung di pangkal lidahku, tak kunjung keluar. Saat itu aku jadi gagap total!

"Nanti kita mau jajan apa, Fus?" Tiba-tiba si Buldog bertanya tanpa melihat kondisi.

"Eh.. apa, Dog?" 2(Jangan di tiru! Ini bisa diartikan "eh, apa anjing?" Kalimat ini terlalu kasar buat anak-anak.)

"Hmm.. yang.. segar mantap aja, deh! (.)(.)" Aku menjawab lagi dengan gugup dan tidak menentu.

"Eh, bentar! Dompetku ketinggalan." Sambil sesekali curi-curi pandang pada si Manis itu aku menunggu si Buldog yang kembali ke kelas mengambil dompet. Tadi aku bertekad untuk berkenalan, tapi sekarang aku sadar lebih memilih melawan lima belas preman Cicaheum 3(Terlalu hiperbola dan dibuat-buat memang. Oh, iya. Cicaheum yang aku maksud adalah terminal di Bandung. Dan seperti semua terminal, selalu dipenuhi preman, ORMAS yang isinya preman, dan pegawai DISHUB yang kepreman-premanan.) dari pada kenalan dengan si Manis. Sepertinya aku tak akan berkenalan sekarang. Dan hal itu membuatku menyadari bahwa cewek yang enggak terlalu montok dan terlalu cantik ini, bikin orang sepertiku yang sudah malang melintang dan melegenda malu dan gugup. Memang sudah takdir sepertinya untuk menjadi seorang Holmes lagi.

"Hei, Fus. Kenapa sih dari tadi melongo terus?" Si Buldog bertanya dan tanpa menunggu jawabanku dia mencengkram pundakku lalu menyeretku menuju kantin yang ada di lantai satu. "Hayu ke bawah. Anak-anak pasti udah nungguin."

"Dari mana aja?" Si Dablo bertanya ketika kami sampai di kantin.

"Ah, paling kalian pada adu pedang dulu di WC. Maneh pada tobat sebelum rumah maneh berdua di balik tanahnya kayak Sodom dan Gomorah!" Timpal si Joy yang melihat Buldog merangkul bahuku dan aku merangkul perut buncitnya ̶̶ ̶ Buldog memang besar. Dengan spontan aku mencoba melepaskan diri, tapi si Buldog hanya diam sambil senyum-senyum. Lalu dia berbicara seperti gorilla polos, "apa sih? Hayu jajan, ah." Dan aku tetap tak bisa melepaskan rangkulan monster ini.

"Mending naik dulu ke lantai empat. Udah mau mulai salat, nih!" Si abang buka suara menghindarkan kami dari ejekan Joy dan Dablo lebih lanjut.

"Ah, baru turun ini, bang. Makan dulu lah!" Protes Buldog sambil berjalan sendiri ke kantin.

"Si Buldog, warkop pisan! Turun asik naik ogah." Timpal Dablo.

Tak lama kemudian, Buldog kembali lagi dengan membawa banyak gorengan. Ketika sedang asik makan gorengan, dari jauh terdengar suara Pak Djelal. "Hei! Hayo semua ke musala. Kamu jangan kabur, Dani!" Kami pun bergegas ke lantai 4 karena tidak mau kena sabet pak Djelal.

Selesai Salat, kami duduk menunggu absen salat. Aku melihat sekeliling dan terpaku melihat si Manis ada di barisan pertama tempat salat wanita. Akhirnya aku putuskan untuk bertanya pada teman-temanku. "Heh, maraneh enggak ada yang kenal sama cewek itu?" Sambil kutunjuk si Manis.

"Gue enggak tau namanya dia. Tapi kayaknya gue kenal sama temennya. Mau tahu, lo?" Ujar Dablo.

"MAU! Mana temennya? Kataku tak sabar

"Sepuluh ribu rupiah, ujang Nufus! Biaya informasi." Dablo berkata sambil menyorongkan tangannya.

"Tai maneh, Blo! Aslinya ngebet pisan urang." kataku memohon, memelas, mendesak atau bisa dibilang.. Enggak penting lah.

"Enggak bisa, Fus. Kalau mau tanya sama yang lain sih boleh, tapi gue ingatkan sekali lagi, mereka enggak ada yang tahu. Hmm.. hmm.. hmm.. Hahaha." Jawab Dablo sambil tertawa licik.

"Buat ongkos balik, Blo. Enggak ada lagi. Gini aja, di masa depan yang enggak bisa ditentuin waktunya, gua pasti bantuin lo. Apapun jenis bantuannya."

"Racun! gue enggak akan tergiur."

"Gua janji. Kalau gua nanti bisa beli emas batangan, gua potong setengahnya buat, lo!"

"Emas batangan? Bo'ong lo, Fus?" Tanya Dablo mulai tergoyah keimanannya.

"Beneran. Asal setengah biaya beli, patungan lo juga, hahaha." Kupermainkan si Dablo, lalu kulanjutkan. "Besok gua bayarin warnet tempat maneh biasa maen game, 1 jam, Blo!"

"Sori, sekarang infonya enggak jadi gue jual." Jawab Dablo sambil mengalihkan pandangan dariku.

"Ayo, Blo.. Siapa, Blo? Yang mana orangnya, Blo?" Kutarik kuping si Dablo, kujambak rambutnya dan akhirnya kuambil kacamatanya.

"OI! Balikin kacamata gue. Burem oi, Fus."

"Yang mana temennya dia? Jawab cepetan, Blo!" Aku berkata sambil menghindar dari si Dablo.

"Aduh.. yang mana, ya? Gue hilang ingatan. Hah, siapa nih? Kok muka lo kayak familiar." Dablo meraba-raba muka orang lain.

"Maaf, kang! Jangan megang-megang muka saya." Kata orang itu.

"Ah, tai nih si Nufus. Balikin oi! Siapa sih ini?" Dablo yang kebingungan meraba wajah siswa lain lagi.

"Jawab dulu, Blo?" Aku berkata sambil terus menghindari si Dablo.

"Gue enggak bisa tunjukin kalau gue enggak bisa lihat, fus."

"Racun! Urang enggak tergiur."

"Andri. Namanya Andri. Anak kelas satu yang rambutnya keriting, punya tahi lalat di pipi dan jenggot kambing tipis."

"Nih, kacamata maneh!" Sambil kusodorkan kacamatanya.

Dablo kembali memakai kacamatanya. "Nah, ini orangnya!" Dablo menunjuk muka orang yang tadi wajahnya dia raba.

"Eh, temen kamu yang itu, siapa namanya?" Tanpa berlama-lama kutunjuk si Manis.

Dia masih bingung, lalu berubah jadi ketakutan karena Abang, Buldog dan Joy yang awalnya terkikik ikut menatapnya dengan tajam. Dengan ketakutan dia berkata. "Lani!"

Hahahaha.. aku tertawa girang. Abang mulai memainkan gitar. Dablo bernyanyi dengan merebut mik muadzin. Buldog memukul lantai dengan keras tapi berirama. Joy dan aku mulai menari latar dengan tempo yang teratur. Semua teman-teman kelas dua pun ikut menari, lalu kakak-kakak kelas tiga, dan terakhir kelas satu mengikuti kami. Tadinya aku dan Lani akan menari di tengah mereka semua, tapi tempat itu sudah diisi guru-guru yang ikut bernyanyi dan juga menari. Seperti Pak Yudi guru matematika yang dingin dan menakutkan. Lalu, pak Djelal yang suka menyuruh push-up. Kemudian Pak Arif guru kesenian menatapku, lalu dia berteriak berirama merdu, "HEI.. SEPERTI YANG MEREKA BILANG DI KLATEN. ADA BOCAH YANG KENA BADAI ASMARA SECARA PATEN!" Layaknya drama-drama musikal Hollywood atau Bollywood, musik kian riuh kemudian mereka semua mengarak aku dan Lani. Memaksa kami berciuman di depan umum 4(Aku tak menyangka guru-guru sangat mengapresiasi cinta monyet anak SMA dengan hiperbola seperti ini. Hingga lupa batasan moral di Indonesia.). Lalu.. Sudah! Jangan dibaca terlalu serius. Nanti ceritanya kulanjutkan lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 158K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
3.7M 294K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
4.2M 246K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
921K 41.6K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...