Trapped (Terbit) ✓

By Isarsta

4.7M 346K 4.4K

[Pemenang Wattys Award 2020 Kategori Romance] #Highest Rank 1 in Chicklit (01-01-2020) #Highest Rank 1 in Met... More

[Blurb]
Prolog
01. He's Devil
02. Banyak Maunya!
03. Produk Gagal Move On
04. Nightmare
05. Crazy Morning
07. Hadiah
08. Pertunangan Yuki
09. Masalah Ari
10. Meet Daniel
11. Bolos Ngantor
12. Chicken Wings dan Siluman Tikus Got
13. Jika Waktu Dapat diputar Kembali
14. Gosip
15. Anniversary Daniel's Parents
16. Berdebar (lagi)
17. H-1
18. Ayu Birthday
19. Enplane
20. Bali
21. Bali (B)
22. Bali (C); Pesta
23. Bali (D); Pantai
24. Pulang
25. Bandung
26. Bandung (2); Hug
27. Kentjan?
28. Gagal ke Monas?
29. Little Kiss
30. Resign
31. Hurting
32. Curhat
33. Menghindar
34. Bertemu
35. Penjelasan
36. Keputusan
37. Haruskah?
38. I'm Sorry
39. Tentang Pitaloka
40. Tentang Pitaloka (2)
41. First Meet
42. Gimana Bisa?
43. Trapped (End)
Epilog
Hello🌻
Chapter Tambahan (1)
Chapter Tambahan (2)
Thank You🌻
Weekend Sale, lagi!

06. Meet Old Friend

105K 8.8K 43
By Isarsta

Setelah dua hari istirahat total akhirnya hari ini aku kembali masuk kantor. Karena malas mengemudi, aku pun memutuskan berangkat naik O-jek. Aku memesan O-jek lewat aplikasi ojek online yang dua tahun lalu aku unduh dari Playstore.

Tak menunggu lama O-jekku datang. Setelah memakai helm dan membonceng di belakang, abang O-jek segera melajukan motornya ke arah kantorku di daerah Sudirman. Lalu lintas pagi ini lumayan macet, tapi untungnya si abang ojol tahu jalan pintas, sehingga aku bisa sampai di kantor tepat waktu.

"Makasih, Abang!" seruku seraya mengembalikan helm.

Abang O-jek menerima helm yang aku berikan, kemudian mengacungkan jempol kanannya. "Sama-sama, Neng! Jangan lupa bintang limanya, ya!"

Aku ikut mengacungkan jempolku. "Siap, Bang!" seruku.

Setelah menerima ongkos abang O-jek segera berlalu. Aku pun segera beranjak ke dalam kantor. Kali ini aku tidak membuatkan Dewa minuman, karena aku tidak tahu pria itu sedang ingin minum teh atau kopi. Nanti gue salah lagi!

Aku tengah mengatur ulang jadwal Dewa untuk seminggu ke depan saat suara Dewa mengintrupsi. "Pagi, Pitaloka!" sapa Dewa.

Aku pun segera berdiri dan menyapa balik Dewa. "Pagi juga Mas Dewa!"

"Kamu sudah sehat?"

Aku mengangguk mengiakan. "Sudah, Mas."

"Baguslah," ujar Dewa. "Oh, ya, Pitaloka. Tolong batalkan makan siang dengan Anwar Setiawan hari ini."

Aku mengerutkan kening. "Lho, kenapa Mas?" tanyaku bingung.

"Karena saya sudah ada janji makan siang dengan Daniel Rajendra," jawab Dewa yang sontak membuatku mengembangkan senyum. "Serius, Mas?"

Dewa mengangguk mengiakan. Lalu pria itu segera masuk ke ruangannya setelah ia memintaku mengosongkan jadwalnya setelah makan siang nanti. Entahlah bosku itu mau ke mana, aku tidak peduli. Yang penting bonus besar sudah terpampang di depan mataku asal semua deal siang nanti. Yey! Belanjaan gue nggak cuma lagi teronggok di keranjang Shopee!

Mendengar penuturan Dewa membuat semangat kerjaku semakin meningkat dan tentu saja aku tidak sabar untuk rapat nanti siang. Dengan telaten aku mulai memindai notebook yang berisi kumpulan nomor telepon. Aku mencari nama Novinka-sekertaris Anwar Setiawan-untuk membatalkan agenda makan siang hari ini.

Untungnya makan siang dengan Anwar Setiawan hanyalah pertemuan rutin sebulan sekali sebagai formalitas dan silahturahmi antar relasi bisnis. Jadi, tidak masalah diganti jadwal kapan saja.

Baru saja aku selesai bertelepon dengan Novinka, telepon di mejaku kembali berdering. Kali ini dari Dewa, pria itu menyuruhku ke ruangannya saat ini juga. Setelah aku mengiakan Dewa langsung mematikan teleponnya.

Aku segera berdiri dari dudukku, lalu mengetuk pintu ruangan Dewa. Setelah bosku itu memperbolehkan aku masuk, barulah aku masuk ke dalam.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanyaku seraya tersenyum manis.

Dewa mengalihkan pandangan dari laptopnya seraya memberikan tiga lembar kertas padaku. "Tolong fotokopi masing-masing sepuluh lembar!" perintah pria itu.

Aku mengangguk mengerti, lalu segera mengambil kertas pemberian Dewa.

"Oh, ya, Pitaloka," intrupsi Dewa. "Tolong sekalian panggilkan Tony! Suruh dia ke ruangan saya membawa laporan keuangan bulan lalu," lanjutnya.

Sekali lagi aku mengangguk. "Baik, Mas," ujarku sebelum berlalu.

Seperti biasa aku turun ke lantai tiga menggunakan lift. Sebelum pergi menuju mesin fotokopi aku menghampiri kubikel Tony terlebih dahulu. "Ton, disuruh Mas Dewa ke ruangannya! Jangan lupa bawa laporan keuangan bulan lalu!"

Tony mengangguk mengerti, lalu pria berkacamata itu membuka laci yang berisi beberapa dokumen. Setelah itu aku pun segera meninggalkan Tony dan melangkahkan kaki ke arah mesin fotokopi berada.

Siang ini cukup banyak orang yang mengopi kertas, membuat aku terpaksa mengantre. "Siang, Mbak Pita! Fotokopi juga, Mbak?" sapa Jeje seraya tersenyum.

Aku membalas senyuman Jeje. "Siang juga, Je. Iya, nih, gue mau fotokopi juga," jawabku.

"Gue juga mau fotokopi kertas ini, Mbak!" info Jeje seraya menunjukkan beberapa lembar kertas. "Harusnya, sih, Mbak Ayu yang fotokopi. Tapi kayaknya Mbak Ayu-nya lagi dibantai sama mami monster, deh. Soalnya dari tadi nggak keluar-keluar dari ruangan bu Roseeta," lanjutnya.

Aku meringis ngeri setelah mendengar penjelasan Jeje. "Emangnya Ayu bikin masalah apalagi?" kepoku.

Jeje mengangkat kedua bahu. "Gue juga nggak tau, sih, Mbak. Tapi kata anak-anak ada masalah sama laporan penjualan yang dibikin Mbak Ayu gitu," jelasnya.

Aku mengangguk mengerti, kemudian mulai mengopi kertas karena ini giliranku. Setelah semua kertasku terkopi, aku segera kembali ke ruangan Dewa. "Je, tolong suruh Ayu hubungin gue abis makan siang!" seruku sebelum berlalu.

Jeje mengacungkan jempolnya. "Siap, Mbak!" seru gadis itu.


***

Akhirnya jam makan siang tiba. Aku dan Dewa segera menuju restoran yang sudah disepakati pihakku dan pihak Daniel Rajendra, tepatnya di salah satu restoran sea food di daerah Gandaria City.

Untungnya lalu lintas Jakarta siang ini bersahabat dengan kami. Sehingga aku dan Dewa bisa sampai di restoran tepat waktu. Walau mungkin sedikit terlambat karena Daniel Rajendra sudah sampai di restoran lebih dulu.

"Siang, Pak Daniel!" sapaku sopan.

Daniel yang tadinya tengah fokus pada buku menu segera mengalihkan pandangannya ke arahku. Lalu pria itu bangkit dari duduknya dan menyalami aku dan Dewa bergantian. "Oh, Siang. Silahkan duduk!" perintahnya seraya tersenyum manis.

Aku dan Dewa menyambut uluran tangan Daniel. Setelah itu kami duduk berhadapan dengan pria itu. Daniel menatapku intens seraya mengerutkan keningnya. "Pitaloka Handayu?" tanya Daniel ragu.

"Ya?" jawabku bingung.

Daniel tersenyum simpul. "Ternyata beneran Dayu, ya? Aku pikir cuma kebetulan nama kalian sama."

Sebentar, kok, bisa Daniel Rajendra tau nama kecil gue?

Kali ini aku yang mengerutkan kening seraya mengamati wajah Daniel lekat, hingga beberapa detik kemudian aku membelalakan kedua mata. "Ka Jendra?" seruku tak percaya.

"Udah inget sekarang?" tanya Daniel seraya tersenyum simpul.

Aku terbahak-tak menyangka dengan fakta yang baru terkuak. Daniel ternyata ialah Jendra, kakak kelasku waktu SMP. Oh, Tuhan! Dunia ternyata betulan sempit, ya!

"Astaga! Kok, bisa aku nggak ngenalin Ka Jendra, ya? Padahal, kan, kita pernah telponan. Suara Ka Jendra beda, sih, sama yang dulu." Sekarang lebih seksi. Efek pubertas memang benar-benar luar biasa!

Daniel terkekeh pelan. "Suara cempreng kamu juga ilang. Makanya aku ragu kamu beneran Dayu yang kukenal atau bukan," jelasnya membuat kami tertawa bersama. Hingga sebuah dehaman menyindir menghentikan sesi nostalgiaku dengan Daniel.

Aku tertawa canggung. "Oke, gimana kalo kita mulai rapatnya sekarang?"

"Sure, tapi gimana kalo makan siang dulu?" tanya Daniel.

Aku dan Dewa kompak mengangguk setuju. Kemudian aku memanggil pelayan untuk memesan udang asam manis dan jus sirsak. Sedangkan Dewa dan Daniel sama-sama memesan cumi-cumi balado. Untuk minumnya Daniel memesan jus jeruk sedangkan Dewa memesan lemon tea dingin.

Tak berapa lama kemudian pesanan kami disajikan dan kami pun segera melahap makanan masing-masing. Setelah makan siang selesai, kami segera memulai rapat.

"Jadi, saya mau sewa restoran Nusantara untuk perayaan ulang tahun pernikahan orang tua saya yang ketiga tiga," jelas Daniel.

"Acaranya kapan?" tanya Dewa.

"Dua minggu lagi," jawabnya "Saya mau sewa kelas luxury, undangannya kira-kira seratus orang. Bisa, 'kan?"

Dewa mengangguk mantap. "Bisa. Kami akan mengusahakan yang terbaik. Lalu untuk makanannya?"

"Saya mau makanan khas Manado dan khas Jogja. Masing-masing tiga makanan khas," jelas Daniel serius.

Sekali lagi Dewa mengangguk dan aku segera mencatat semua yang diinginkan Daniel. Setelah berdiskusi tentang makanan apa yang akan dipakai, minuman, dekorasi, dan detail lainnya akhirnya rapat selesai. Sedangkan soal harga akan dibicarakan setelah semua deal.

"Terima kasih Pak Daniel telah mempercayakan acara anniversary pernikahan orang tua Bapak di restoran kami. Kalo ada perubahan rencana silahkan langsung hubungi Pitaloka," tutur Dewa seraya melirik ke arahku.

Daniel mengangguk paham, lalu mereka berdua saling berjabat tangan sebelum meninggalkan restoran. Setelah bertukar nomor ponsel dengan Daniel, aku segera mengekori Dewa menuju parkiran.

Dewa menyerahkan kunci mobilnya. "Pitaloka, kamu balik ke kantor sendiri saja. Saya ada urusan penting," ujar Dewa dingin. Tuhkan mood si bos berubah lagi. Dasar siluman bunglon!

Aku mengangguk mengerti, lalu segera menghampiri mobil Dewa seorang diri. Setelah duduk di kursi kemudi aku segera melajukan mobil ke arah kantor. Meninggalkan Dewa yang tengah bertelepon dengan seseorang di parkiran.

***

Continue Reading

You'll Also Like

2M 34.3K 6
Opposite Polarity Kelinci dan Penguin. Kalau Dean itu es batu, berarti Naya es doger. Sama-sama es, tapi berbeda. Dean adalah es yang keras, dingin...
941K 76.9K 53
❝ She wears short skirt, I wear t-shirt ❞ Mungkin lirik itulah yang pas untuk membedakan Arianne dengan Cinderella yang kita kenal selama ini. Hidup...
904K 43.2K 20
Follow me before read. Diprivat acak. Kamu tahu betapa menyedihkan rasanya ketika kamu tidak bisa memanggil kekasihmu dengan sebutan "Sayang" di dep...
1.1M 86K 41
[When You Fall In Love, Never Forget Your Pride] Apa salahnya kalau perempuan jadi pilot? Belum ada Undang-Undang negara yang melarang perempuan menj...