My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 13

30.8K 2.1K 117
By May_Rose22

"Apa yang ingin nak Faiz bicarakan dengan bapak?" Ujar Iskandar yang tengah duduk di kursi ruang keluarga hanya berdua dengan Faiz.

Hari ini adalah hari Minggu, dan Faiz memberikan libur pada karyawan proyeknya juga termasuk Aurora. Saat ini, Aurora tengah pergi bersama Alwi dan Mita ke rumah budhe Tia yang memiliki toko kue terkenal di kota itu.

"Maaf jika ini terkesan mendadak atau mungkin nanti bapak akan mengira bahwa saya terlalu cepat mengambil keputusan." Faiz menarik nafasnya sejenak. "Saya mengenal Aurora semenjak dia mengajukan lamaran ke kantor saya sebagai karyawan biasa bidang marketing sebelum akhirnya naik menjadi kepala divisi keuangan dan sekarang saya jadikan sekretaris saya."

Iskandar mengangguk dan masih duduk tenang mendengarkan penuturan Faiz.

"Jika bapak mengizinkan, saya berniat untuk mengenal lebih jauh putri bapak."

"Apa belum cukup perkenalan kamu dengan putri saya selama ini?"

Faiz mencoba tenang meski kini jantungnya sudah berdetak cepat, Faiz sudah memikirkan hal ini matang-matang, jauh sebelum ia memikirkan pengembangan proyeknya di Kalimantan. Jika saja Aurora sadar, selama ini Faiz sengaja terus menarik Aurora secara perlahan, di mulai dari kepala divisi keuangan hingga menjadi sekretaris agar Faiz memiliki kesempatan untuk mengenal Aurora lebih dekat.

Pertanyaan Iskandar dengan raut serius membuat Faiz kehilangan kata-katanya. Lelaki itu hanya diam, ia takut salah menjawab mengingat saat ini ia sedang berhadapan dengan ayah Aurora.

Sejenak hening, hingga kekehan Iskandar membuat Faiz mengangkat wajahnya.

"Jadi, sebenarnya apa keinginan nak Faiz?"

"Sebelum saya izin untuk melamar Aurora, saya izin terlebih dahulu untuk mengenalnya." Ujar Faiz tanpa keraguan sedikitpun.

Iskandar mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hhmm...ya, sebagai orang tua tentu hal semacam ini merupakan hal yang serius. Ketika seorang ayah di mintai izin oleh seorang lelaki untuk mendekati putrinya apa kamu pikir akan semudah itu untuk mendapatkan izinnya?"

Iskandar menghela nafasnya pelan, "begini, nak. Kami akan sangat tenang jika keberadaan Aurora yang jauh dari keluarga di temani dan di jaga oleh seseorang yang dapat kami percaya. Aurora adalah gadis keras kepala yang tidak pernah mau mengalah jika dia berada dalam posisi yang benar, Aurora tidak seperti gadis lain yang mungkin akan bersikap lembut pada lelaki, dan membuka hatinya dengan mudah. Dari yang kami tahu, Aurora masih enggan untuk membuka hatinya lagi." Iskandar menjeda kalimatnya lalu tersenyum menatap Faiz yang memperhatikannya dengan serius .

"Apa kamu siap untuk tidak mengecewakan kami dan Aurora jika seandainya nanti Aurora sudah membuka hatinya untukmu?" Lanjut Iskandar

Faiz mengangguk. "Saya akan berusaha tidak mengecewakan keluarga bapak terutama Aurora."

"Jika masih ada keraguan meskipun kecil, lebih baik kamu mundur dari sekarang. Karena Aurora bukan gadis yang mudah memberikan kesempatan kedua."

"Saya tidak akan mundur, pak." Jawab Faiz cepat.

"Apa kamu bisa kami percaya untuk menjaganya?"

"Saya memiliki batasan-batasan dalam bergaul dengan bukan mahram, pak. Insyaallah saya akan tetap memegang prinsip itu."

Iskandar tersenyum lalu menepuk-nepuk ringan bahu Faiz yang duduk di sampingnya.

"Boleh saya mengajukan satu permintaan, pak?"

"Apa?" Sahut Iskandar

"Biarkan ini hanya menjadi percakapan kita, saya tidak ingin Aurora tahu terlalu cepat dan malah akan menjauhi saya."

Iskandar yang paham dengan maksud Faiz menyetujui permintaan lelaki itu.

"Ternyata kamu sudah banyak mengerti dengan sifat Aurora." Pungkas Iskandar sebelum melanjutkan obrolan mereka dengan hal-hal lain.

***

"Budhe dengar kamu pulang sama calon ya?" Goda budhe Tia pada Aurora yang tengah menikmati brownies buatannya bersama budhe Tia beberapa jam yang lalu.

"Budhe kata siapa?" Jawab Aurora santai.

"Kata mama sama Abang."

Seketika Aurora tersedak kuenya dan menatap budhe Tia dengan horor. "mama sama Abang? Wah...fitnah ini namanya, budhe. Dia itu bos Rara di Jakarta."

Budhe Tia tertawa kecil lalu menjawil hidung Aurora dengan gemas. "Sepertinya mama udah pengen punya mantu, siapa tahu aja kan nanti dia jadi calon kamu. Lagian budhe lihat mama kamu udah suka tuh sama si bos."

"Budhe apaan sih?" Aurora merengut kesal, pasalnya setiap bertemu teman, tetangga bahkan keluarganya yang lain, ia selalu di goda dengan topik yang sama. Sampai rasanya ia ingin membuat pengumuman pada warga setempat bahwa Faiz adalah bosnya, catat! bos!.

"Kalau mama pengen mantu, suruh aja Abang nikah. Lagian Abang tuh inisiatif kek cari pacar, kan banyak yang naksir tuh sama dia biar gak..."

"Biar gak apa?"

Aurora memukul tangan Alwi yang menarik rambutnya dari belakang dengan tiba-tiba dan memotong ucapannya.

"Kamu gosipin abang lagi kan?" Alwi menyentil kening Aurora hingga lagi-lagi gadis itu meringis dan kembali memukul Alwi dengan kesal.

"Lihat nih, budhe kelakuan Abang. Masih kaya bocah, makanya ga nikah-nikah."

Aurora segera berlindung di belakang tubuh budhe Tia saat Alwi hendak menyentilnya lagi.

"Ya ampun, kalian jangan bikin rusuh di rumah budhe!" Mita yang baru datang dari belakang langsung menghela nafas melihat Alwi dan Aurora yang kembali ribut, sementara budhe Tia tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah dua keponakannya.

"Sudah kamu ambil semua bunganya?" Tanya budhe Tia pada Mita.

"Sudah, mbak yu. Sudah di taruh mobil sama Alwi,di bantuin Eza tadi." Jawab Mita

"Budhe beneran ngasih semua bunganya ke mama?" Tanya Aurora

"Iya, Eza udah ribut terus mau renovasi taman belakang, sayang kalau bunganya rusak selama masa renovasi jadi biar di bawa mama kamu saja. Lagian tempat budhe udah sesak begini."

"Rara!" Suara berat dan serak yang khas membuat Aurora menoleh

"Mau ikut Abang gak?" Tanya Eza yang sudah rapi.

"Mau!"

"Gak boleh!"

Ucapan Aurora yang bersamaan dengan Alwi namun berbeda arti itu membuat Eza semakin melebarkan senyumnya.

"Ayo! Sama Abang Eza yang penyayang aja daripada sama Abang kamu yang galak itu." Ucap Eza membuat Alwi langsung menarik tangan Aurora yang hendak melangkah pergi.

"Kalian kalau jalan-jalan suka lupa waktu!"

"Bilang aja kamu iri." Cibir Eza

Sementara itu Mita dan budhe Tia memilih untuk pergi dan membiarkan dua anak laki-laki mereka berebut Aurora, hal yang selalu terjadi jika mereka bertiga berkumpul.

Alwi menatap Aurora serius. "Abang gak izinkan kamu, Ra! Gak ingat kapan terakhir kalian jalan terus pulang-pulang kamu ngeluh sakit perut gara-gara di ajakin challenge makan pedes sama bang Eza?"

"Ya ampun bang! Itu udah lama banget." Jawab Aurora

Eza yang mendapatkan sindiran telak dari Alwi hanya meringis dan mengusap pangkal hidungnya, itu memang kesalahannya tapi bukan sepenuhnya kesalahan Eza karena Aurora sendiri yang keras kepala meski sudah Eza ingatkan.

"Gak! Pokoknya Abang gak izinkan kalian pergi berdua!"

Eza yang sudah memegang kunci mobilnya melemparkan pada Alwi yang di tangkap sempurna oleh lelaki itu.

"Ya udah ayo ikut! Tapi supir ya." Tanpa menunggu jawaban Alwi , Eza sudah menarik Aurora pergi mengabaikan kekesalan Alwi dan malah terkikik bersama Aurora.

Kapan lagi mereka bisa membuat Alwi kesal, pasalnya Eza tahu betapa protektifnya Alwi pada Aurora, dan Eza akan sangat bersemangat membuat Alwi kesal akibat ulahnya yang jahil.

***

Aurora seperti gadis kecil bersama dua bodyguard saat duduk di meja makan sebuah resto langganan mereka. Bahkan Aurora risih ketika banyak gadis menatapnya lalu beralih menatap kedua bodyguard tampan yang memasang wajah datar itu.

"Gak asik!"

Eza dan Alwi yang semula fokus dengan ponsel mereka, kini dengan segera mengalihkan tatapannya pada Aurora yang sudah menekuk wajahnya.

"Kenapa dek?" Tanya Alwi mewakili pertanyaan Eza juga.

"Jalan bareng kalian itu berasa jalan sama bodyguard!" Kesal Aurora.

Sepontan Eza dan Alwi meletakkan ponsel mereka lalu duduk tenang menatap Aurora.

"Kok jadi lihatin Rara gitu?" Ucap Aurora mengerutkan keningnya melihat tingkah ajaib dua lelaki tampan di depannya.

Alwi mengacak rambutnya lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Terus kami harus ngapain?"

Aurora berdecak. "Pantas saja kalian jadi perjaka tua! Ngajakin ngobrol cewek aja gak bisa." Cibir Aurora beberapa saat sebelum pelayan datang membawakan pesanan mereka.

"Stop!" Alwi mencegah Aurora yang hendak menambahkan saos pedas pada nasi goreng pesanannya.

"Dikit aja bang..." Rengek Aurora yang di abaikan oleh Alwi dan menjauhkan  botol saos dari jangkauan Aurora.

Saat Alwi dan Aurora berdebat botol saos, tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut pirang mendekati meja mereka.

"Eza?"

Sontak Aurora, Alwi dan Eza mengalihkan pandangan merek. Seketika Alwi dan Eza menegakkan tubuhnya sementara Aurora menatap tak suka. Bagaimana tidak, jika gadis itu langsung duduk di sebelah Eza tanpa permisi.

"Sasha? Ngapain disini?" Ujar Eza seraya melirik Aurora yang menatapnya tajam.

"Mampus" batin Eza. Lelaki itu berharap Sasha tidak mengatakan apa-apa saat ini.

"Mampir makan siang, kebetulan tadi lewat sini. Alwi apa kabar?" Sasha menyentuh tangan Alwi yang ada di atas meja dan segera Alwi jauhkan hingga sentuhan Sasha terlepas.

"Baik." Jawab Alwi singkat.

Sasha mengerutkan keningnya melihat ekspresi dua lelaki yang di kenalnya itu. "Apa aku ganggu kalian?"

"Ya!" Sahut Aurora cukup keras.

Sasha menatap Aurora datar lalu menatap Eza dengan tatapan bertanya. "Dia siapa?"

"Aku calonnya."

Ucapan cepat Aurora tak ayal membuat Alwi dan Eza melotot sementara Sasha langsung menatap tak percaya.

"Calon?" Sasha yang memiliki wajah blasteran dengan rambut pirang alami itu menatap Aurora sekali lagi. "Selamat deh kalau udah ketemu calon."

"Bisa geser dikit duduknya? Atau kalau mau pindah ke meja lain lebih baik. Kita mau makan dulu." Ketus Aurora tanpa peduli ekspresi dua lelaki yang hanya bisa pasrah itu.

"Oke. Sorry kalau ganggu kalian." Sasha beranjak dari duduknya lalu menatap Eza dengan senyum "kalau mau main, password apartemenku masih sama."

Mendengar hal itu yang langsung di tanggapi raut murka dari Aurora, Eza hanya bisa mengacak rambutnya frustasi. "Udah sana!"  Eza mengibaskan tangannya menyuruh agar Sasha lekas pergi.

"Ayo makannya di lanjutin, Ra." Ujar Eza seraya meringis melihat Aurora yang masih diam menatapnya.

Sementara Alwi, dia memilih ikut diam tanpa berani memulai obrolan.

"Udah ngapain aja Abang sama cewek bule itu?" Ketus Aurora tanpa basa-basi pada Eza.

"Astaghfirullah, Ra. Abang gak pernah ngapa-ngapain, tanya aja tuh Alwi, dia kan temen Abang kemana-mana." Tunjuk Eza pada Alwi yang hanya mengangguk.

"Makan dulu, dek." Peringat Alwi yang di balas gelengan oleh Aurora.

"Dia siapa? Apa hubungannya sama kalian? Dan apa maksudnya password apartemennya masih sama? Ingat ya, kalian gak bisa lama-lama bohongin Rara."

"Dia keponakan dokter Irwan." Jawab Eza yang di beri anggukan oleh Alwi

"Terus?" Sahut Aurora

"Biar aku yang jelasin." Sahut Alwi karena ia ingin segera makan dan acara makan tidak akan terjadi sebelum Aurora mendapatkan jawaban yang pas.

"Sasha itu mantan pacar bang Eza, tapi cuma sebentar aja. Mereka ketemu waktu Sasha ke rumah sakit jengukin temennya yang kebetulan pasiennya bang Eza."

"Terus?" Desak Aurora "kok Abang juga kenal? Masalah apartemen tadi gimana?"

"Waktu bang Eza minta jemput di rumah  sakit, kebetulan ketemu Sasha juga, jadi sekalian kami antar pulang ke apartemennya. Udah gitu aja."

"Terus kenapa putus?"

"Dia hamil tapi di gugurin." Jawab Eza pelan

"Hah?! Sama bang Eza?!"

Alwi memukul kening Aurora pelan dengan sendok yang ada di atas meja. "Kalau ngomong tuh jangan sembarangan!"

"Bukan, sama temen Abang." Jawab Eza mengedikkan bahu "udah kan sesi interogasinya?"

Aurora mengangguk. "Ada hikmahnya juga abang putus, kelihatan centil gitu ceweknya. Rara gak suka! Kalian kalau mau cari calon jangan lihat cantiknya, jangan lihat modisnya."

Alwi dan Eza hanya menggumam dan mulai memakan makanan mereka yang sudah dingin begitupun Aurora.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Eza setelah sesi makan siang mereka selesai.

"Pulang aja, deh." Ucap Aurora.

"Nanti mampir kantor bentar, Abang mau ambil sesuatu." Sahut Alwi yang di beri anggukan oleh Eza dan Aurora.

"Kamu gak ada niat pindah kerja, Al?" Tanya Eza

"Gak lah, masih nyaman jadi legal corporate di sana. Lagian kerjanya nyantai jadi masih bisa sambil ngurusin yang lain." Jawab Alwi.

"Abang jadi bikin resort di pantai?" Tanya Aurora pada Alwi.

"Udah jadi kali, dek. Makanya pulang, jangan kelayapan terus di kota orang." Jawab Alwi yang di abaikan oleh Aurora karena gadis itu memilih untuk menatap ke arah lain.

"Udah, ayo!" Eza bangkit dari duduknya di ikuti oleh yang lain dan segera meninggalkan resto setelah membayar makanan mereka.

***

"Kapan pulang ke Jakarta, nak?"

Faiz memijit pelipisnya lalu menghela nafas "belum tahu, ma. Masih banyak yang harus di selesaikan."

"Jangan lama-lama, kami mau kamu belajar menerima Anna. Belajar, Faiz, jangan langsung bilang tidak sebelum mencoba."

Faiz masih diam, enggan menyahut ucapan dari seberang telepon. Lelaki itu berjalan mendekati jendela dan mengintip dari celah gorden melihat kedatangan Aurora, Alwi dan ibunya.

"Faiz." Suara dari seberang kembali terdengar

"Ya, ma? Nanti Faiz hubungi lagi, ada sesuatu yang harus Faiz kerjakan."

"Ya sudah, kamu baik-baik di sana ya. Ingat pesan mama tadi."

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Faiz menutup panggilan dan langsung merebahkan diri di atas kasur. Faiz benar-benar tidak menyangka jika keluarganya akan serius menjodohkannya dengan Anna, mengingat bagaimana sifat dan tradisi keluarganya, Faiz takut jika pilihannya tidak di terima oleh keluarganya sendiri.

Karena kesibukan, mood nulis suka naik turun. Mohon bantuan dari kalian. Butuh spam . Terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

353K 2.2K 18
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1M 49.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.4M 19.9K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.2M 104K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞