Tentang Kita

Bởi Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... Xem Thêm

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 12

3.4K 288 16
Bởi Elsamhra

Bucinnestar janlup votmen banyak-banyak! Bantu share juga 💓

****

Glenn Fredly–Kembali ke Awal
(Official Music Vidio)

****

Suasana tongkrongan yang membosankan membuat Rian jengah. Daritadi Lelaki itu mondar-mandir dengan pikiran berkelana. Semua anggota Vernski bingung dengan Rian–Ketua mereka. Tidak biasanya mereka melihat Rian sebegitu galaunya, biasanya jika galau melanda Rian akan menghabiskan waktunya dengan merokok dan tidur. Biasalah anak muda yang hidup bebas, bagi mereka jalan keluar masalah itu dengan merokok.

Fahri yang merasa kasian sekaligus penasaran berdiri menghampiri Rian. Tangannya mengambil bangku untuk duduk di samping Rian yang tengah berdiri.

"Duduk kali, Yan. Gak capek Lo berdiri mulu?" Fahri menepuk bangku di sebelahnya untuk Rian duduki.

Rian menghela napas berat, lalu mengikuti perkataan Fahri untuk duduk. Wajah tampan Lelaki itu terlihat sangat gusar, guratan di kening saja kelihatan.

"Lo kenapa, Yan? Cerita kali ke gue," ujar Fahri yang tidak ingin sahabatnya memendam cerita sendiri.

"Kepo lo." Bukannya menjawab Rian justru mengejek Fahri yang baginya hanya penasaran bukan peduli.

Fahri berdecih. Nasib punya sahabat yang sifatnya kaya kulkas tujuh pintu–dingin. Terlebih lagi dia harus tahan banting jika bersama Rian, disuruh apa-apa nurut.

"Terserah Lo aja, deh. Gue mah cuma kasian liat Lo mondar-mandir gak jelas." Fahri menyenderkan kepalanya di dinding–lelah dengan sikap Rian.

Rian beralih menatap mata sahabatnya. Sorot mata yang Rian layangkan pada Fahri begitu tajam seakan menembus ulu hati.

"Arrgh!" Rian berteriak sambil mengacak gusar rambutnya.

Teriakannya membuat yang lain menatap ke arahnya. Rian kemudian berdehem dan membuat semua yang lain kembali ke aktivitasnya masing-masing, mereka takut sebab deheman itu berupa kode yang harus mereka patuhi. Dan mereka tahu jika Bos nya itu tidak suka menerima tatapan mata dari siapa pun, sebab bagi Rian sorot mata saat anak buahnya menatapnya menunjukkan rasa sok peduli dan penasaran.

Rian tidak tahan jika begini terus! Bisa-bisa ia hilang kendali dan berkelahi. Mungkin, kali ini ia harus menceritakan masalahnya dengan Fahri–sahabatnya itu.

"Ri, gue mau cerita tapi bukan di sini." Rian bangkit dan berjalan keluar dengan tergesa-gesa.

Fahri yang mengerti maksud sahabatnya pun ikut bangkit dan keluar. Matanya mencari sosok Rian yang ternyata sudah   duduk di bawah pohon rindang, ia segera menghampirinya.

"Lo cerita aja biar gue dengerin." Fahri satu-satunya orang mengerti Rian, walaupun kadang Rian bersikap seenaknya namun Fahri tidak mempermasalahkan itu.

"Thanks, gue percaya lo." Rian menepuk pundak Fahri seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa, dan seperti sahabat kebanyakan orang.

"Thanks, udah percaya gue."

Rian mengangguk-anggukan kepalanya. Selama ini sikapnya salah karena sudah seenaknya pada Fahri yang jelas-jelas sudah baik padanya.

"Gue kangen Mama, Ri," ujar Rian penuh penyesalan. Suaranya bergetar seolah ingin menangis namun ditahan.

"Udah lima tahun gue gak ketemu Mama. Dan bentar lagi Papa gue mau nikah sama jalangnya," sambung Rian.

Sekarang Rian bukanlah Rian yang sangar, melainkan Rian yang dulu Fahri kenal sebelum masalah merubah semuanya. Fahri sudah mendengar tentang Jonathan–Papa Rian yang seminggu lagi akan menikah, berita itu dia dapatkan dari sang papa tanpa diminta.

Fahri merangkul bahu Rian dan menepuk pundaknya seakan memberi kekuatan untuknya.

"Gue tau perasaan lo sekarang, bahkan lo hebat bisa sampai di titik ini." Fahri mengingat kejadian lima tahun lalu yang hampir merenggut nyawa Lelaki di sampingnya. "Yan, gue minta Lo buang jauh-jauh dendam Lo sama Om Jo. Mau gimana pun dia tetap Papa lo. Perceraian mereka itu udah takdir Tuhan. Sorry gue bawa-bawa Tuhan, tapi Lo harus percaya itu."

Rian tergelak dengan bahu naik-turun, lalu menoleh ke arah Fahri.

"Tuhan gak sayang sama gue," ujar Rian dengan senyum miring. "Gue gak percaya Dia."

"Tuhan gak butuh percaya lo. Yang jelas Lo butuh dia."

"Gue gak butuh Tuhan."

"Butuh."

"Ri, gue males debat," ujar Rian yang berusaha menahan emosinya.

Fahri tersenyum miring sembari menatap ke arah sahabatnya. "Alsa percaya Tuhan, Yan." Fahri sengaja menggantung ucapannya untuk melihat ekspresi Rian yang berubah. "Bahkan di setiap urusannya Alsa libatin Tuhan. Jadi, Lo mau gimana?"

Sial. Rian berdecih dengan perasaan berkecamuk di dada. Rasanya sesak jika membahas tentang Tuhan yang tidak ia percayai semenjak masuk SMP–Dimana saat itu terjadi perceraian kedua orang tuanya. Rian benar-benar hilang akal dan memutuskan untuk tidak percaya jika pertolongan Tuhan itu ada, semenjak itulah kehidupan bebasnya dimulai.

"Percuma gue percaya Tuhan. Tuhan gue sama Alsa beda. Lo mau apa?" Rian menatap sengit ke arah Fahri. Sungguh hatinya sakit jika mengingat perihal agama yang membuat ia tidak bisa bersanding dengan Alsa.

"Kalo gitu Lo harus jauhin Alsa."

"Gue gak bisa."

"Lo harus bisa! Mau gimana pun Lo gak bisa sama dia."

"Gue bisa ajak dia buat ikut gue. Gue bakal berusaha buat percaya Tuhan lagi."

"Sadar, Yan, Alsa mana mungkin ikut Lo. Mau Lo terjun ke jurang sekalipun Alsa tetap sama agama–Nya." Fahri benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran Rian saat ini. Mana mungkin juga Alsa melepas agamanya demi lelaki seperti Rian. Wallahu alam.

****

Rian buru-buru menghampiri Alsa yang kini tengah berjalan di koridor, sepertinya gadis itu hendak pergi ke kantin. Dengan sigap Rian menahan langkahnya dengan mendadak berdiri di depannya.

"Astaghfirullahala'zim," ujar Alsa yang kaget melihat Rian tiba-tiba di hadapannya.

Rian tersenyum melihat Alsa mengelus-elus dada dengan ekspresi kagetnya.

"Sorry, aku gak maksud kagetin kamu," ujar Rian sembari memundurkan tubuhnya menjauh dari Alsa.

"I–iya gak pa-pa."

Rian mengeluarkan cokelat dari kantong hoodie-nya dan memberikan itu pada Alsa. Alsa sontak melongo melihat cokelat yang ia suka ternyata diketahui Rian, bahkan diberikan untuknya.

"Aku beli cokelatnya buat dimakan bukan cuma diliatin. Ambil," suruh Rian yang cokelatnya tak kunjung Alsa terima.

"Makasih." Alsa mengambil cokelat itu dengan ragu ingin menolak, namun tetap ia ambil karena tidak sopan jika menolak rezeki.

"Gitu, dong, kan Rian jadi suka Alsa." Rian kembali mengeluarkan jurus menggoda Alsa.

Mendengar itu Alsa buru-buru ingin menghilang. Siapa pun bawa dia pergi dari Rian!

"Maaf, kamu ada perlu apa sama aku?"

"Mau tau atau mau tau banget?"

Alsa hanya diam saja–malas merespon.

"Kamu mau ke kantin, kan? Sini aku temenin," ajak Rian mengalihkan pembicaraan.

"Gak pa-pa aku bisa sendiri. Kalo ada perlu ngomong aja Kak."

"Harus ada perlu dulu baru bisa ketemu kamu?"

"B–bukan it–"

"Aku cuma mau liat Tuan putri biar kangennya hilang," potong Rian cepat. "Lihatin kamu dari jauh aja gak cukup jadi harus disamperin."

Istighfar.

Alsa beristighfar dalam hati, sayangnya perkataan Rian dengan cepat masuk ke hati. Mau tidak mau Alsa tidak boleh tergoda dengan ucapan Rian yang sudah jelas bisikan syaitan.

"Kak Rian!" panggil gadis berkacamata, siapa lagi kalau bukan Disya.

Alsa menoleh ke arah Disya yang tengah berlari ke tempatnya. Senyum gadis itu terpancar jelas ditambah lagi lesung pipinya membuat manis. Alsa tidak sengaja menangkap Rian yang sedang bergumam seolah tidak ingin Disya datang.

"Ah, ganggu aja tuh anak," gumam Rian yang jengkel melihat Disya.

"Hi, Al, boleh pinjam Kak Rian sebentar? Aku ada perlu soalnya," ujar Disya tanpa peduli dengan tatapan tajam yang Rian layangkan padanya.

"Kamu gak perlu tanya sama aku langsung aja ke Kak Rian," jawab Alsa.

Mendengar itu Rian langsung paham dan merasa jika Alsa sedang cemburu.

"Cepet ngomong waktu gue gak banyak," ujar Rian pada Disya.

"Besok jadi kan temenin aku ke rumah nenek? Aku takut Kak Rian lupa."

Rian memandang Alsa sebentar, gadis itu malah membuang muka. Jujur, ia malas menanggapi Disya yang baginya hanya benalu dan perusak suasana saja.

****

Hi, perlu aku ingatin kalo TK bakal beda alur dan lebih kaya cerita baru! Buat yang udah baca sebelum direvisi tenang aja alur itu tetap ada tapi tersirat, kalian cukup sabar aja bacanya.

Bantu share ♥️ votmen Bucinnestar ✨

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.9M 256K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
65.2K 5.1K 31
Lagi asik-asiknya panen mangga eh malah denger lelaki ngucap akad pakai namanya??? HAH! KOK BISA? .... ⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ ... Di keluarga...
12.7K 2.5K 2
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...
382K 21.7K 85
"Manusia saling bertemu bukan karena kebetulan, melainkan karena Allah lah yang mempertemukan." -Rashdan Zayyan Al-Fatih- "Hati yang memang ditakdirk...