My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 12

31.4K 2.3K 177
By May_Rose22

"Dek, kamu ngapain sih lama banget di dalam?" Alwi mengetok pintu kamar Aurora tidak sabaran saat adiknya tak kunjung keluar. "Kalau gak di buka, Abang masuk, nih!"

"Iya, iya bawel!" Aurora membuka pintu kamarnya dan langsung menemukan Alwi yang berdiri di sana dengan training serta kaos polos berwarna hitam.

"Ada apa, bang?"

"Ada tamu." Jawab Alwi singkat

"Lah terus?"

Dengan gemas Alwi menarik hidung Aurora hingga sebuah pukulan kasar mendarat pada bahunya karena sudah tentu Aurora tak akan diam saja.

"Ya kamu temuin sana! Dia tamu kamu."

Aurora mengerutkan keningnya, ia tak ingat ada janji dengan siapapun, bahkan ia tak yakin teman-temannya akan bertamu di malam hari.

"Siapa?"

Alwi tak menjawab, lelaki itu memilih berbalik dan berjalan meninggalkan Aurora begitu saja.

"Cepetan, dek!" Teriak Alwi yang sudah berjalan menuruni tangga.

Sejenak Aurora merapikan tampilannya lalu segera menyusul Alwi yang berjalan menuju ruang tamu. Dari anak tangga terakhir, Aurora bisa melihat seseorang duduk di sofa bersama Alwi dan tanpa susah menebak, Aurora sudah tahu siapa lelaki yang kini tengah duduk itu.

"Ngapain kesini?"

Dirga mendongak menatap Aurora yang berdiri dengan tatapan datar di depannya. Sementara itu, Alwi memilih untuk beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ara." Dirga pun ikut berdiri dan hendak meraih tangan Aurora yang langsung di hindari oleh gadis itu

"Gak usah pegang-pegang!" Ucap Aurora ketus tanpa takut Dirga akan merasa sakit hati. Bagi Aurora, lelaki seperti Dirga tidak pantas mendapatkan keramahan lagi darinya. 

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari tuan rumah, Dirga hanya tersenyum. Senyum yang dulu Aurora sukai, kini terlihat menjengkelkan dan memuakkan bagi Aurora.

"Aku kangen, Ra."

Aurora mendengkus dingin, lalu memiringkan kepalanya. "Oh ya? Terus selama ini kamu kemana aja? Mati suri?! Makanya baru nyadar kalau kangen." Ejek Aurora melenyapkan senyum Dirga.

"Aku minta maaf, Ra."

"Udah?" Aurora berjalan menuju pintu lalu membukanya lebar.

"Kalau udah selesai minta maafnya, udah boleh pulang kok." Lanjut Aurora yang sama sekali enggan tersenyum

Dirga menghela nafasnya, lelaki itu melangkah mendekati Aurora yang berdiri di dekat pintu.

"Jangan kekanakan, Ra! Masalah kita udah lima tahun yang lalu, saat kita masih bocah. Kamu gak bisa kasih aku kesempatan buat memulai dari awal? Kita bisa..."

"Nggak bisa!" Potong Aurora "bodo amat deh, mending kamu pulang sebelum aku nyuruh abang buat usir kamu."

Enggan mencari masalah yang lebih besar, Dirga memilih untuk melangkah keluar dari rumah Aurora, namun sebelum benar-benar pergi, Dirga masih sempat mengatakan hal memuakkan di depan Aurora.

"Aku gak akan nyerah, Ra."

Aurora langsung menutup pintu  dengan keras tanpa berniat membalas ucapan Dirga ataupun menatap lelaki itu lagi. Sejenak Aurora terdiam, berdiri bersandar pintu dengan bahu merosot. Inilah yang Aurora takutkan jika bertemu Dirga, keadaan yang seolah memaksa Aurora untuk kembali mengorek luka lama. Katakan jika Aurora kekanakan, mempermasalahkan rasa sakit hatinya di saat dulu jatuh cinta pada pandangan pertamanya, jatuh cinta untuk pertama kalinya bahkan melewati masa SMA penuh warna, sebelum Dirga merusak semuanya, merusak hatinya, mematahkan kepercayaannya bahkan melukainya tanpa perasaan.

"Shit!" Tanpa sadar Aurora mengumpat dan mengusap wajahnya kasar, hingga sebuah sajadah yang di lemparkan seseorang mengenai wajahnya dengan tepat.

"Mending sholat, daripada ngumpat." Faiz yang baru saja keluar dari ruang sholat dan hendak mengambil ponselnya yang tertinggal di meja ruang tamu tak sengaja mendengarkan umpatan Aurora.

Aurora menatap Faiz tajam. "Bapak ngapain sih?!"

Aurora kembali melemparkan sajadah itu pada Faiz yang langsung di tangkap oleh lelaki itu.

"Saya? Nih mau ngambil hp. Ketinggalan disini." Dengan santai Faiz meraih ponselnya dan menyampirkannya sajadah pada pundak kokohnya.

"Kapan kita kembali ke Jakarta?"

Faiz yang tengah membuka beberapa email masuk pada ponselnya, kini mendongak, menatap Aurora yang berjalan mendekatinya lalu duduk disampingnya.

"Kenapa?"

Aurora mengedikkan bahunya. "Saya pengen balik secepatnya."

"Kenapa?"

Pertanyaan sama yang Faiz lontarkan membuat Aurora langsung menatap dingin bos di sampingnya. "Kelahi aja yuk, pak! Mumpung saya juga lagi pengen mukul orang nih."

Ucapan itu tak ayal membuat Faiz terkekeh lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. "Oke, saya ganti saja pertanyaan. Apa alasan kamu pengen kembali ke Jakarta secepatnya? Kan disini rumah orang tua kamu, sementara di Jakarta kamu hidup sendiri."

"Kalau saya jawab jujur bapak janji kita bakalan balik Jakarta lebih cepat?"

"Boleh." Jawab Faiz ringan seraya menyandarkan tubuhnya pada sofa. Faiz sudah mulai terbiasa dengan cerita-cerita pendek ala Aurora dan lama-lama hal itu seolah menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Saya nggak mau ketemu Dirga lagi." Ucap Aurora lirih yang berhasil membuat Faiz menoleh.

"Takut jatuh cinta lagi?" Sahut Faiz mengulum senyum saat melihat perubahan ekspresi Aurora dari sedih menjadi kesal.

"Bukan! Saya bukan tipe yang akan jatuh cinta dua kali pada seseorang yang sudah merusak kepercayaan!" Sungut Aurora.

"Lah, jadi kenapa?"

"Menurut bapak aja lah." Aurora bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Faiz yang hanya bisa menghela nafas.

"Salah lagi." Gumam Faiz seraya meraih ponselnya karena sebuah pesan singkat masuk.

Setelah membaca  beberapa saat pesan yang ibunya kirimkan, Faiz terdiam. Haruskah ia lekas kembali ke Jakarta  menuruti keinginan Aurora dan gagal menghindari Anna, ataukah berlama-lama disini dan membiarkan Aurora terganggu oleh Dirga tapi membuatnya bisa menghindari Anna?

***

Dirga menatap lurus Aurora dan Faiz yang tengah berbincang di dalam tenda bersama ketua timnya,  setelah mengetahui fakta bahwa Faiz tinggal di rumah Aurora, Dirga semakin merasa tidak suka dengan kehadiran Faiz. Keinginan untuk mendapatkan Aurora kembali membuat Dirga memikirkan segala cara bagaimana membuat gadis itu mau menatapnya seperti dulu.

"Ganteng ya."

Dirga menoleh dan menatap gadis yang kini sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan lurus mengarah pada Faiz.

"Aku?" Canda Dirga yang di balas lirikan tajam oleh Laila

"Kak Dirga kalah ganteng sama Bosnya Aurora." Balas Laila tanpa mengalihkan perhatiannya dari Faiz.

Dirga mengedikkan bahunya tak peduli. "Kok bisa ikut kesini?"

"Ikut papa, lumayan lah bisa lihat bosnya Aurora lebih dekat."

"Kerjaan kamu?"

Laila menatap Dirga sejenak lalu kembali memperhatikan Faiz yang tengah meminum air pemberian Aurora.

"Aku kan owner, jadi bebas." Laila terkekeh melihat Dirga yang mendengkus kesal "lagian butik udah ada yang jaga," lanjut Laila.

Laila yang merupakan anak pak Adi itu termasuk perempuan kelas atas dengan tampilan modis, wajah cantik dan segala kemewahan yang selalu melekat pada dirinya.

"Aku mau kesana dulu." Ujar Laila menunjuk keberadaan Faiz dan Aurora

"Laila! Jangan macam-macam sama Ara!" Peringatan Dirga yang membuat Laila menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Dirga.

"Kak Dirga ngancam aku?" Laila tersenyum meremehkan "Aurora gak pernah menang lawan aku, kayak dulu waktu aku rebut kak Dirga dari dia, gak lupa ingatan kan?"

Dirga mengeram kesal tanpa bisa berbuat apapun, mau tidak mau lelaki itu mengikuti Laila yang sudah berjalan jauh di depannya.

Sementara itu, Aurora yang tengah duduk bersama Faiz di kejutkan dengan kedatangan Laila yang langsung mendorong Aurora untuk bergeser agar dirinya bisa duduk di sebelah Faiz.

"Mas Faiz ya?"

Faiz mengerutkan keningnya lalu mengalihkan perhatiannya pada Aurora yang sudah berdiri dengan ekspresi tidak bersahabat.

"Maaf?" Faiz menatap Laila dengan bingung karena merasa tidak mengenal perempuan di sampingnya itu.

"Kenalin, aku Laila anaknya pak Adi." Laila mengulurkan tangannya berniat untuk salaman dengan Faiz yang nyatanya di abaikan oleh lelaki itu.

"Maaf saya tidak bisa bersentuhan fisik dengan perempuan."

Laila mengerutkan keningnya . "Kenapa?"

"Saya alergi perempuan." Jawab Faiz langsung berdiri dari duduknya karena melihat Aurora yang sudah berjalan keluar tenda.

"A..alergi perempuan?" Laila menatap horor Faiz yang masih memasang ekspresi datarnya."

"Perempuan yang bukan mahram." Jelas Faiz berlalu pergi meninggalkan Laila yang mengumpat kesal di sana.

Melihat Aurora yang berjalan keluar tenda, Dirga memilih mengikuti gadis itu daripada menyusul Laila, lelaki itu menarik tangan Aurora menuju samping excavator karena Dirga melihat Faiz yang mulai mencari keberadaan Aurora.

"Apaan sih?!" Aurora menghempaskan cekalannya Dirga dan menatap lelaki itu tajam.

"Ara, dengerin aku!" Dirga memegang kedua pundak Aurora cukup kencang agar gadis itu diam di tempatnya.

"Lepasin!" Ujar Aurora dingin "lepasin tangan kamu atau aku patahin!" Kali ini Aurora sudah benar-benar marah.

Mengingat Aurora yang jago bela diri berkat bimbingan Alwi, mau tidak mau Dirga melepaskan gadis itu lalu mengangkat kedua tangannya.

"Aku gak akan sentuh kamu, tapi tolong, kasih aku waktu buat kita bicara." Ucap Dirga yang sama sekali tidak meruntuhkan pertahanan Aurora, bahkan rasa simpati tak sedikitpun Aurora berikan.

Melihat kediaman Aurora, Dirga menarik senyumnya. "Ara, kita bisa memulai lagi. Aku masih cinta sama kamu."

"Aku alergi sama kalimat cinta dari kamu."

Setelah mengatakan kalimat itu, Aurora berbalik dan berjalan meninggalkan Dirga yang masih berdiri di sana.

***

"Dari mana?" Alwi melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Aurora yang baru saja memasuki rumah.

Aurora menghentikan langkahnya, berdiri di tempatnya seketika dan menatap Alwi lalu menatap ayahnya juga Faiz yang tengah duduk di sofa.

"Dari..."

"Ini jam berapa, Ra?! Di hubungi gak bisa, gak pamit, kamu pikir kami gak khawatir?" Omel Alwi yang membuat nyali Aurora menciut, alamat buruk jika Alwi marah dan tidak lagi memanggilnya dengan sebutan 'dek.'

Faiz yang tengah menatap laptopnya sesekali melirik Aurora yang hanya diam saja, sementara Iskandar, lelaki itu memilih melanjutkan meminum kopinya dengan tenang. Setelah tadi siang menghilang begitu saja dari proyek, Aurora baru pulang pukul sepuluh malam, sedangkan Faiz, sudah kembali sejak pukul lima sore. Sebenarnya Faiz sudah berusaha mencari Aurora, tapi karena ia tak terlalu hafal daerah di sana, Faiz memilih untuk pulang dan berharap Aurora sudah ada di rumah. Tapi nyatanya, gadis itu belum pulang dan malah membuat Alwi semakin murka karena ponsel Aurora yang tidak bisa di hubungi.

"Masuk kamar! Mandi, makan terus istirahat!" Perintah Alwi tanpa ingin di bantah.

Mita yang baru saja keluar dari dapur membereskan sisa makan malam mereka hanya bisa menghela nafas melihat Alwi yang memarahi Aurora. Wanita itu memilih untuk mendekati putrinya yang masih berdiri dan mengajak Aurora agar segera ke kamar.

"Rara dari mana?" Tanya Mita lembut seraya mengelus bahu anaknya yang kini sudah berjalan melewati Iskandar dan Faiz yang duduk di sofa.

"Dari toko kuenya budhe, ma. Rara cuma main kesana gak kemana-mana."

"Lain kali hubungi orang rumah, kamu tahu kan gimana Abang kamu?"

Aurora mengangguk lalu membuka pintu kamarnya. "Maaf, ma."

"Kasihan nak Faiz yang udah cariin kamu dari siang. Katanya kamu pergi dari proyek gak pamit."

"Rara capek, ma. Lagian kerjaan proyek udah selesai. Tadi mau pamit pak Faiz, tapi pak Faiz sibuk ngobrol." Jelas Aurora.

"Ya udah sana, mama ke bawah dulu."

Aurora menghempaskan tubuhnya pada ranjang queen size miliknya, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru. Aurora baru tahu bahwa Laila adalah anak pak Adi, kehadiran gadis itu membuat Aurora semakin terusik, terlihat jelas bagaimana tadi Laila mendorongnya dan langsung menempel pada Faiz. Kejadian itu mengingatkannya pada luka masa lalu, dimana Dirga mengkhianatinya demi Laila.

Maaf, baru sempat update 🙏

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.2M 61.4K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.2M 103K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.2M 16.8K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...