Daily Love

By sugarkoovi

406K 39.1K 2.4K

√ drable series √ baku √ bxb/boyslove Yoongi yang over protektif, posesif, dan pencemburu punya pacar Jimin... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35.😂
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
hoseok's
Q&A
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

45

5.9K 575 47
By sugarkoovi

Liar

-----------------
Bodo nggak urus typo
kalo ada ya anggep
aja nggak ada
Thanks
-----






















Siang itu Rabu, bertempat di area kantin fakultas seni. Area yang luas dan cukup menampung lebih dari dua ribu orang. Disalah satu sudut, ada meja untuk empat orang yang hanya terisi dua. Duduk saling berhadapan sibuk dengan menu masing-masing.

"Hari ini masih ada jadwal?"

"Tidak, tapi aku mau ke perpustakaan. Ada tugas yang harus diselesaikan, kau?"

"Sebenarnya ingin berkeliling di festival. Hari ini hari terakhir kan? Ah, kenapa hanya sepuluh hari sih? Kemarin itu aku sibuk dengan hal lain sampai tidak sempat melihat."

Mendengar keluhan sahabatnya, Taehyung pun turut mendecak. "Iya, kau benar. Sejak pembukaan itu aku malah jadi sibuk sendiri dengan klub desain. Mereka suka dengan kostum yang kita pakai dan meminta pendapat dan bantuan untuk lomba antar universitas. Belum lagi tugas sebagai anak semester baru. Aku bahkan tidak sempat bertemu Jungkook kalau dia tidak ke rumah. Dan kau tau sendiri Jin Hyung selalu mengawasi kami sejak tragedi waktu itu."

Kening Jimin mengerut, "tragedi?"

Taehyung mengangguk, "Jin Hyung memergoki kami berciuman pagi itu dan Jungkook dihukum untuk jaga jarak sepuluh meter dariku."

Jimin nyaris tertawa, tapi dia berhasil menahannya meski sia-sia. "Ppft.. tapi setidaknya setelah tahu kau sibuk dengan tugas jarak itu terpangkas delapan meter 'kan?"

"Tetap saja!" Taehyung menghela napas, meneguk air mineralnya. "Ah, aku jadi malas mengerjakan tugas kalau begini."

"Jangan cemberut!"

Ketika kepalanya diusak, spontan Taehyung menoleh. Disambut senyum lebar lelaki kelinci yang semakin hari semakin tampan saja. Lebih lagi dengan gaya rambut yang memamerkan kening.

"Kenapa kau disini?" tanya Taehyung, mengabaikan kecupan di pucuk kepalanya sebelum si pelaku mendudukkan diri di kursi kosong tepat disebelah.

"Karena rindu dengan kekasihku?" Jungkook menopang dagu menatap Taehyung yang kemudian beralih pada Jimin. "Hei, ada apa dengan wajah kusut kalian?"

"Aku ingin ke festival tapi tidak ada teman. Taehyung ada tugas. Kenapa juga festival harus berjalan hanya sepuluh hari? Kenapa tidak sebulan?"

"Kau pikir ini kampus milik nenek moyangmu!"

"AW!" Jimin menoleh pada seseorang yang memukul kepalanya dengan buku. "Hyung, kenapa memukulku! Kalau aku gagar otak bagaimana?!"

"Minnie, sopanlah saat bicara dengan Mommy!" Baekhyun mendelik main-main, lalu menjulurkan tangan untuk mengelus pucuk kepala Jimin sambil tersenyum. "Maaf, ya? Jangan menangis nanti leherku dilibas anjing albinomu."

"Dia tidak disini dan sedang sibuk dengan kuliah serta profesinya sebagai musisi. Aku tidak bertemu sudah lima hari, omong-omong."

Baekhyun melipat tangan di dada, "heran, dia 'kan mengambil jurusan bisnis jadi kenapa dia menjadi produser? Kenapa tidak mengambil jurusan musik saja dari awal?"

"Jung Hoseok juga mengambil bisnis tapi dia masuk klub seni tari, apa itu salah?" Jungkook menimpali. "Mungkin saja itu untuk jaga-jaga? Kalau mereka tidak bisa berjalan dengan bisnis mereka bisa memanfaatkan bakat untuk hidup dimasa depan atau bisa mengkombinasikan keduanya."

"Ah, kau benar juga." Baekhyun menganggukkan kepala. Lalu menatap Taehyung dan Jimin yang menopang dagu dengan wajah lesu. Matanya bergulir pada Jungkook meminta penjelasan.

"Mereka ingin ke festival tapi Taehyung ada tugas sedangkan Jimin tidak ada teman."

"Hari ini festival ditutup jam dua belas malam, jadi kalian bisa kesana nanti sore atau nanti malam. Aku juga akan kesana, mau pergi bersama?"

"Oke!!" Jimin dan Taehyung menjawab kompak dengan binar penuh bahagia lalu ber-highfive.

"Aku akan membantumu mengerjakan tugas. Ayo!" Jimin segera beranjak, menyeret Taehyung begitu saja tanpa peduli pada dua orang lainnya. Bahkan teriakan Jungkook juga mereka abaikan.

"Park Jimin, jangan menculik kekasihku!"

"DL"

Malam pukul enam lewat empatpuluh lima menit. Jimin sudah rapi dengan sweater hitam turtle neck yang dilapisi kemeja oversize baby blue, selembar skinny jeans gelap membungkus kakinya, dan sneaker putih sebagai alas.

"Manis sekali?"

Jimin menoleh dari layar ponsel, mendapati Seokjin menyender di ambang pintu dengan senyum kalem. "Hyung, apa Taehyung sudah siap?"

"Terimakasih dulu, Park Jimin." raut sok kecewa Seokjin mengundang tawa kecil Jimin. "Dia di ruang tengah. Kalian hanya pergi bertiga?"

"Terimakasih, Jinnie Hyung." Jimin berkata masih dengan sisa tawa. "Tidak, kami akan bertemu Baekhyun Hyung nanti disana."

"Omong-omong, kemana Si Setan Pucat? Akhir-akhir ini dia tidak merusuh kemari."

Seokjin dan Jimin berjalan menuju ruang tamu. "Dia sibuk. Katanya masih ada proyek yang harus diselesaikan. Dia pasti akan langsung kemari jika sudah selesai."

"Sudah siap?" Jungkook menegur.

"Kau mau ke acara festival atau mencari selingkuhan?" Taehyung menyeletuk saat mendapati sahabatnya dalam tampilan yang dia anggap kelewat manis.

"Jangan banyak bicara. Baekhyun Hyung sudah menunggu disana. Ayo berangkat."

"Hyung, kami berangkat dulu." Jungkook mewakili dua manusia yang sudah keluar rumah.

"Ya, hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku."

"Siap, Hyung!"

Seokjin mengantar sampai di depan rumah. Melambaikan tangan dan kembali masuk ke dalam setelah mobil yang dikendarai Jungkook keluar halaman.

"DL"

Min Yoongi rasanya ingin mengumpat atau kalau bisa menendang gadis yang sejak satu jam lalu mengusik dirinya. Memohon-mohon atau bisa dikatakan memaksa Yoongi untuk mengantar ke kampus. Mengunjungi festival yang katanya akan berakhir malam nanti.

"Ayolah, Yoongiku, senyum sedikit. Jangan memasang tampang seperti itu." Goowon menarik ujung bibir lelaki pucat disampingnya. "Kau itu terlalu sibuk sampai mengabaikanku akhir-akhir ini. Kau juga butuh hiburan, barangkali kau bisa menemukan inspirasi untuk proyek selanjutnya."

Yoongi mendecak, menepis tangan gadis itu dari wajahnya. "Aku sibuk dan kau menyeretku kemari! Bukankah aku sudah mengatakan untuk mengganggu yang lain saja? Temanmu itu bukan hanya aku!"

Bibir primadona fakultas seni itu cemberut, bergelayut manja di lengan Yoongi. Mengabaikan tatapan orang lain yang menatap penuh minat. "Tapi yang bisa memanjakanku hanya kau, Yoongikuu~"

"Terserah. Sekarang katakan apa maumu, aku harus segera kembali ke studio."

"Asaaaa!! Ayo kita ke stan makanan, aku lapar. Sekalian kita cari makan malam. Aku tahu kau lapar."

Min Yoongi pasrah saja. Mau menolak juga percuma. Walaupun dia mendumal, kesal, dan tidak terima dia tidak akan pernah bisa menolak entitas gadis ini.

Malam ini Yoongi benar-benar dimonopoli. Ditarik kesana kemari. Yang katanya mau ke stan makanan, mendadak gadis cantik itu menyeretnya melihat galeri musik, galeri lukis, setelah hampir dua jam baru mereka menuju ke tempat tujuan pertama.

Apa pun dibeli, apapun dimakan. Dimulai dengan corndog, bungeoppang, hotteok, twigim, sampai di penjual teokpoki. Aneka jajanan disantap. Apapun yang ada digerobak itu disantap tanpa ragu. Yoongi sedikit heran, apa gadis ini gadis jadi-jadian atau perutnya memang sebesar itu?

"Hei, kau masih belum kenyang setelah memakan semua itu?" Yoongi bertanya sambil mengusap noda merah di sudut bibir Goowon. Melirik sepuluh batang bambu bekas odeng.

"Aku lapar, seharian belum makan. Dia tidak seperhatian itu jika kau tidak ikut menemuinya."

"Jangan membual. Tidak ada ibu yang yang tidak memperhatikan anaknya."

"Tapi itu faktanya. Dia itu lebih menyayangimu dari pada aku. Jadi sebagai gantinya rasa sayang yang seharusnya untukku aku ambil melalui dirimu. Mengerti?"

"Itu karena kau suka sekali membangkang. Jadi-"

"Kau juga suka membangkang tapi dia tetap menyayangimu." kepalanya kemudian menggeleng keras. "Sudahlah jangan dibahas. Nanti mood makanku hilang."

"Hei, kau-"

"Tolong hitung semuanya. Nanti dia yang bayar."

Yoongi merogoh dompet dan memberikan beberapa lembar uang pada penjual setelahnya gadis itu sudah berdiri di depan penjual delimanjoo. Dan terulang lagi, Goowon yang menikmati Yoongi yang membayar. Tapi kali ini dibungkus, jadi mereka berjalan beriringan sambil berjalan santai ditengah keramaian.

"Jadi kapan kau tidak sibuk? Aku butuh teman bermain, Yoongi- astaga!"

Yoongi segera menarik gadis itu saat tersenggol pejalan kaki yang lain. Segera merangkul bahu Goowon yang masih saja sibuk mengunyah meski baru saja terkejut.

"Dasar ceroboh, kalau aku tidak ada bagaimana?!"

Goowon tersenyum, mendongak menatap Yoongi yang tampak kesal sekaligus khawatir. "Aw, manisnya. Apa kau sedang mencemaskanku, Yoongiku?"

"Aku hanya kasihan. Katamu aku harus membagi rasa sayangku?"

"Benar, kau memang harus melakukannya. Kau memang harus terus membagi rasa sayangmu untukku."

"Dasar!" Yoongi mengusak rambut Goowon yang hanya menanggapinya dengan tawa. Mereka tampak manis, mesra, dan.. serasi 'kan?

Sampai tawa keduanya -atau lebih tepatnya Yoongi- lenyap ketika menangkap sosok mungil yang tengah menatapnya pada jarak dua meter. Raut wajahnya tidak terbaca, tapi Yoongi tahu jika seseorang itu salah paham.

"Baby," Yoongi mendesis pelan. Dia mengatakan pada Jimin jika dia sibuk, tapi dia justru berdiri disini bersama seorang gadis dalam rangkulan posesifnya.

"Oh, hai, Bekhyun, kupikir kau akan pergi bersama Chanyeol?" Goowon menyapa tanpa rasa bersalah. Seolah kedekatan dirinya dengan Yoongi bukan sebuah awal petaka. Bibirnya bahkan tersenyum begitu lebar dengan gerak rahang yang sibuk mengunyah kudapan.

Kemudian, ketika lengan Yoongi perlahan turun dari bahunya Goowon seolah mengerti. Jimin tiba-tiba pamit pada teman-temannya dan Yoongi yang tampak panik tapi masih berdiri di tempat seperti orang tolol.

"Kau benar-benar.." Taehyung seolah mewakili Jimin. Menatap sengit pada kekasih sahabatnya sebelum ikut pergi menyusul Jimin dan diikuti Jungkook setelahnya. Baekhyun sendiri menatap dua orang di depannya garang. Dikepalanya sudah tersusun hal-hal keji yang ingin dia lakukan untuk membalas sakit hati anak ayam tersayangnya.

Goowon memutar bola mata jengah, antara kesal dengan tatapan Baekhyun dan tingkah Yoongi. Tanpa aba-aba dan pertimbangan dia menendang tulang kering lelaki pucat disampingnya tanpa takut sama sekali. Bahkan mengabaikan ringisan dan tatapan tajam Yoongi setelahnya.

"Tolol, kejar sekarang atau semuanya kacau!"

Baekhyun menatap kepergian Yoongi lalu kembali menatap Goowon yang berjalan santai menghampirinya sambil menawari kudapan di dalam bungkus kertas yang dia pegang. Tentu saja Baekhyun abaikan. Dia sedang marah dan menuntut penjelasan.

Goowon seolah tidak memiliki rasa takut, ya Yoongi saja bisa dia jinakkan kenapa Baekhyun yang lebih lunak tidak bisa dia taklukkan? Goowon mendengus, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Baekhyun karena suasana cukup ramai saat mendadak musik kencang berbunyi dari arah belakang mereka.

Baekhyun langsung menoleh pada Goowon, dia tidak akan mudah percaya. Tapi setelah Goowon membuka ponsel dan menunjukkan sebuah foto rasanya Baekhyun tidak bisa lagi menyangkal.

"DL"

Seharusnya Jimin ingat jika Yoongi belum menjelaskan keberadaan gadis itu padanya. Seharusnya Jimin ingat jika dia baru bertemu dengan Yoongi. Bukan fokus pada perasaannya dan mengabaikan detil-detil kecil tentang lelaki itu.

Ada seutas senyum getir dibibir Jimin. Sibuk katanya? Lalu kenapa justru kesana dengan gadis lain dan berjalan mesra berdua? Lalu arti ucapan manis Yoongi yang lalu-lalu itu apa? Apa dia sedang dibodohi? Dipermainkan?

Apa salah jika dia hanya ingin bahagia dengan seseorang yang dia cintai? Kenapa semuanya serumit ini? Kenapa Yoongi bohong?

Taehyung tidak berani bersuara, hanya saling curi pandang dengan Jungkook yang sibuk menyetir. Dia tentu saja khawatir. Setelah hubungan Jimin dan Yoongi mendapat restu dari Seojun, kenapa justru Yoongi menghancurkannya? Taehyung yakin jika kakak Jimin tahu, Yoongi bisa habis dimutilasi lalu dilempar ke laut untuk makanan hiu.

Tepat ketika mobil berhenti di halaman rumah, Jimin segera turun dan melarikan diri ke dalam kamar. Mengurung diri dan melepaskan tangisnya. Memang bukan sebuah raungan, hanya tetes air mata tanpa suara sebab dadanya nyeri bukan main. Lehernya sakit seperti ada yang mencekik.

Diluar, belum sampai sepuluh menit Yoongi muncul. Membuat Seokjin yang baru saja mandi kebingungan melihat adiknya dan Yoongi cek-cok di ruang tengah. Ada Jungkook sebagai penengah.

"Ada apa ini?"

Taehyung menunjuk Yoongi, "jangan biarkan dia menemui Jimin. Dia kepergok selingkuh Dengan seorang gadis di festival."

"Aku tidak selingkuh, Kim Taehyung!"

Selain mendekat, setengah terkejut. Menatap Yoongi penuh tuntutan. "Apa lagi sekarang, Min Yoongi?"

"Demi Tuhan, biarkan aku bertemu Jimin!"

Seokjin tidak peduli dengan raut serta erangan frustasi tamunya. Jika terjadi sesuatu dengan Jimin, dia yang menjadi penanggung jawab. "Tidak sebelum kau menjelaskannya padaku."

Yoongi mengacak rambutnya frustasi. "Ini semua salah paham, aku bersumpah!"

"Bohong!" Taehyung menyahut. "Kami semua melihatmu berjalan mesra dengan gadis itu! Apanya yang salah paham?!"

"Dia Min Goowon, Seokjin. Dia bukan apa-apa, oke?"

"Kau mau mengatakan semua ini salah paham dan gadis itu adikmu, begitu?" Jungkook sebenarnya asal menyeletuk, jengah dengan perdebatan yang tidak ada habisnya. Namun, ujaran itu membuat semua orang terdiam.

Yoongi menghela napas. "Ya, dia memang adikku. Adik sepupu. Jadi bisakah kalian berhenti menghalangiku sebelum semuanya semakin rumit?"

"Apa buktinya?" desak Taehyung masih belum percaya.

"Mau kubawakan silsilah keluargaku?"

Seokjin menghela napas lega, "kalau kau sampai bohong aku benar-benar akan menebas lehermu, Min Yoongi."

Setelah mendengar kalimat Seokjin, segera Yoongi menerobos masuk menuju kamar kekasihnya. Tadinya ingin begitu tapi ternyata pintu itu terkunci.

"Sial!" Yoongi mendesis lalu menggedor pintu itu keras-keras. "Baby, dengarkan aku, semuanya salah paham. Itu tidak seperti yang kau lihat. Gadis itu bukan apa-apa. Kalau kau berpikir aku selingkuh, buang pikiran itu sekarang juga!"

Tidak ada jawaban. Tapi Yoongi tau kalau Jimin mendengar ucapannya.

"Buka pintunya atau aku akan kudobrak!"

"Berani merusak properti rumah ini, aku jamin kau tidak akan menginjakkan kaki meski hanya di halaman sekalipun."

Yoongi menoleh pada Seokjin yang entah sejak kapan berada disana. "Berikan padaku."

"Apa?"

"Kunci duplikat kamar ini!"

"Maaf, tidak ada. Jelaskan saja dari luar. Kalau dia tidak mau membuka pintu juga mau tidak mau kau harus menunggu sampai besok. Jadi selamat berjuang, Min Yoongi. Selamat malam." Seokjin tersenyum ramah, melambaikan tangan lalu menjauhi Yoongi yang hanya bisa mengumpat dalam hati.

Kembali menggedor pintu kamar, apa pun akan dia lakukan asal Jimin mau mendengarkan dan memberinya maaf.

"Park Jimin dengarkan aku! Gadis itu Min Goowon, dia adik sepupuku! Kalau kau tidak percaya aku bisa membuktikannya. Kau bisa tanya langsung padanya atau kalau kau mau aku bisa membawamu bertemu ibunya."

Tidak ada balasan, tapi terdengar lemparan benda keras yang beradu dengan pintu. Membuat Yoongi bungkam beberapa saat.

"Baby, Sayang, buka pintunya, oke?" Yoongi melembutkan cara bicaranya. Dua detik setelahnya suara kunci berputar menjadi jawaban. Pintu terbuka pelan dengan celah begitu sempit. Tanpa mau membuang kesempatan Yoongi langsung mendorong pintu dan menyusul Jimin.

Yoongi menghela napas lega, mendekat pada punggung sempit yang membelakanginya. Meski sebenarnya takut ditolak, tapi lelaki pucat itu tidak mau hubungannya kembali kacau.

"Maaf," ujar Yoongi pelan setelah memastikan dekapannya tidak ditolak oleh Jimin.

Jimin tidak tahu apakah dia harus percaya atau tidak. Memang ada rasa lega, tapi tetap saja ada ketakutan yang tersisa. Bagaimana jika Yoongi-

"Kumohon percaya padaku." Yoongi tahu Jimin tidak akan semudah itu percaya, maka sebagai bukti lain dia mempererat pelukannya. Dia bisa merasakan punggung tangannya di remas pelan oleh Jimin. "Aku tidak akan menyia-nyiakan restu Seojun Hyung. Kalau kau mau aku akan menghubungi Kakekku untuk-"

"Tidak perlu." ucapan lirih itu memotong. Terdengar serak dan parau.

"Baby, aku-" ucapan Yoongi kembali terpotong ketika remasan tangan Jimin semakin keras.

"Apa masih ada yang kau sembunyikan dariku?"

Yoongi suka dengan suara kecil Jimin, tapi tidak jika dengan nada perih begini. Ini menyakiti dirinya juga. Pelukan itu terlepas, beralih memutar tubuh yang lebih mungil untuk saling berhadapan. Menangkup wajah basah kekasihnya untuk kemudian diberi kecupan manis di kening turun ke pucuk hidung yang memerah lalu berakhir di bibir.

"Tidak ada. Maaf aku tidak memberitahumu. Aku benar-benar lupa. Dia yang menyeretku keluar dari studio. Aku bahkan memarahinya tapi memang dasar dia bebal jadi mau mulutku sampai berbusa pun dia tidak akan peduli."

Jimin ingin marah, ingin memukul Yoongi, ingin protes, tapi tidak bisa. Terlebih jika mengingat bagaimana sikap manis kekasihnya sejak mereka memutuskan untuk kembali. Yoongi tidak pernah sekali pun mengabaikannya, lelaki itu berubah.

Dua tangan itu menyusup untuk melilit tubuh Yoongi. Menyandarkan wajahnya dengan nyaman di dada kiri lelaki Min, menyimak bagaimana ritme jantungnya berdetak.

"Baby, jangan diam saja. Katakan sesuatu. Kau membuatku takut."

Jimin menggeleng dan mengeratkan pelukannya. "Diam, Min Yoongi. Aku sedang tidak mood bicara denganmu."

Meski dibalas dengan sinis, tapi bilah bibirnya tidak bisa menahan gurat senyum gemas. Ah, Yoongi baru sadar kalau ada yang rindu. Sama sepertinya.




Fin
💜

Ganteng banget anjirrr!!!!
Dan Suga bakal colab sama Epic High dimana Tablo salah satu rapper yang gue sukaaa!!
Nangis nih ah 😭😭😭😭
Dan yang masih main SSBTS tadi lagu barunya first love, lagu yang ditunggu dari taun lalu. Aku kira bakal nongol dulu tapi malah di duluin seesaw yaudah nggak apa tetep sukaaa.
Aduhhh kobam Yoongi!!!
😭😭😭😭

GIGI
FEBRUARY 27, 2019

Continue Reading

You'll Also Like

50.4K 3.6K 24
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
93K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
33.7K 4.4K 42
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...