Cold Prince✔️

By mityass

265K 14.6K 2.8K

Cerita ini mengandung unsur gula :') [FAST UPDATE] WARNING ⚠️⚠️AREA BAPER!!! Satu voment dari kalian sangat b... More

prolog
Cast
1. Pertemuan
2. Rencana licik
3. Sisi lain
4. Permainan di mulai
5. Akal bulus
6. Butuh oksigen
7. Perhatian sederhana
8. Roti jepang bersayap
9. Hilang
10. Rumit
11. Ketulusan Fero
12. Rahasia Besar
13. Lo gila?
14. Ungkap
15. Sayang?
16. Callistephus Chinensis
17. Ancaman Kay
18. Alasan (terungkap)
20. Percaya
21. Berpulang
22. Maaf, Nadia.
23. Tentang sebuah tawa
24. Tamu tak diundang
25. Makan malam.
26. Moments
27. Kembali?
28. Kembali (2)
29. Misunderstanding
30. Problema
31. Rasa
32. Pilihan?
Bantu aku.

19. Dusta

5.2K 296 3
By mityass

Tampil berbeda dari biasanya, ia berangkat ke sekolah dengan rambut sebahu di kepalanya. Masih tak mengurangi pesonanya, justru ia terlihat lebih manis dan fresh.

Begitu pula dengan Valdo mengatakan hal serupa, ia masih mempunyai fotonya yang ia bidik kemarin. Saat itu, ia baru saja mengantar Nadia ke salon.

Ia begitu manis dimatanya.

Menatapnya lekat tanpa berkedip membuat Nadia merasa risih.
"Jelek ya?" tanyanya.

Menggeleng cepat, itulah respon Valdo sekarang. Bagi Valdo, mau seperti apapun penampilan Nadia, dia tetap orang yang paling memikat hatinya. Tangannya yang semula berada di dalam saku, ia keluarkan dan menarik tubuh Nadia mendekat.

Ia memegang erat bahu Nadia, sangat erat, seolah takut Nadia akan terlepas dari pegangannya. Tingkah Valdo membuat Nadia benar-benar bingung dibuatnya.
"Ada apa?" pertanyaan itu lolos dari mulut Nadia.

Menyunggingkan senyum sekilas. Valdo menatap Nadia intens.
"Aku cuma takut kamu jatuh pas turun dari khayangan."

Gombal.

Nadia tertawa. Valdo pun demikian.

Dari sekian banyaknya siswi yang melihat mereka, sebagian menatapnya iri, kedekatan mereka ikut mengundang romansa yang entah mengapa rasanya ikut hadir dalam dirinya. Membuat semua mata yang menatapnya ikut tersenyum.

Kelegaan tampak hadir juga di raut wajah Nadia.

Kay!

Ia sudah tidak bersekolah di SMA BISMA lagi, terhitung mulai hari ini. Bukan karena ia di drop out, karena sesungguhnya meskipun pihak guru ingin melakukannya, tetapi ia mencari jalur aman. Mengingat yang ia hadapi adalah anak orang melebihi kata terpandang.

Kay berpindah sekolah. Itu semua atas keputusan Ayahnya. Ia merasa malu atas peringai anaknya, ia juga sempat meminta maaf pada Nadia dengan memberikan sejumlah nominal uang. Namun, Nadia tolak. Baginya, uang bukan segalanya. Yang terpenting adalah keselamatan dan keamanan hidupnya. Keputusan Ayah Kay justru membuat Nadia sangat berterima kasih.

💦

Nadia mengangkat lengkungan bibirnya. Kemanapun Valdo membawanya, ia tak pernah seantusias ini. Begitu tiket masuk di serahkan pada penjaga, Nadia langsung berlari sembari menarik lengan Valdo. Berdiri dengan mata berbinar tepat di hadapan wahana bianglala kesukaannya.

"Naik ini!" Ia menggoyangkan lengan Valdo. Valdo tersenyum menanggapinya. Tingkahnya begitu menggemaskan, ia masih saja manja seperti anak kecil.

Anggukan kepalanya memberi pengaruh besar pada Nadia, ia tiba-tiba bersorak. Lagi-lagi Valdo tersenyum kecil.

💦

Nadia turun dengan senyum sumringah yang tak kunjung pudar. Terlalu bersemangat sampai ia meninggalkan langkah Valdo yang masih tertinggal sejauh dua meter di belakangnya.

Valdo memperhatikan punggungnya, sesekali ia melihat langkah lebar yang Nadia ambil, mengundang gelak tawa bagi dirinya.

Jika nanti ada pasar malam lagi, ia akan mengajaknya kemari, kapanpun itu.

Hal kecil yang bisa membuat Nadia-nya merasa senang.

Langkahnya terhenti, melihat gadisnya juga ikut berhenti. Masih tak bergeming, membuat Valdo mengernyitkan keningnya.
"Nadia," panggilnya pelan.

Tidak ada sahutan.

Ia masih berdiri layaknya sebuah patung.

Valdo berdiri di sisinya, menatap wajahnya dari samping. Kemudian ia mengalihkan perhatian pada arah pandang Nadia.
"Ada apa?"

Ia masih diam. Valdo mulai risau.

"KAMU MABOK BIANGLALA, YA?!" spontan Valdo.

Keringat mulai mengucur di pelipis Valdo, "Apa yang kamu rasain? pusing, mual, atau ada gejala lain?" tanyanya beruntun.

Ia tidak bisa diam, Valdo bergerak gelisah. Ia benar-benar panik.

Nadia masih memandang lurus.

Tiba-tiba…

"Arumanis," gumamnya.

Hah?

"Arumanis," katanya lebih keras.

Valdo menghela napas beratnya, ia memandang ke depan pada jejeran warna-warni arumanis yang menggantung rapih tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ternyata, itu yang sedari tadi menyita perhatian Nadia.

Ia menoleh ke arah lelaki di sampingnya dengan puppy eyes. Valdo mengerti arti tatapan itu, ia tersenyum manis sebelum bertanya, "Mau?"

Dengan senang hati Valdo akan memberikannya. Tidak ada pengecualian apapun untuk membuat Nadia-nya merasa bahagia.

Duduk di sebuah kursi panjang, kepalanya menempel pada senderan di bahu Valdo sambil menyantap arumanis, memanglah nikmat rasanya. Tak ayal, jika sekarang gadis kecil di depan mereka meneguk salivanya menatap Nadia yang asyik merobek makanan manis itu.

Arumanis miliknya sudah melambai di depan mulut, saat ia mengangkat tangannya. Sudah menempel pada bibir Nadia, sebelum senggolan sialan di lengannya mengurungkan niatnya.

Ia menatap jengkel lelaki tampan di sampingnya, "Apa?!"

"Bagi tuh sama dia." Valdo menunjuk gadis kecil yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Tersadar. Ia menatap lekat anak kecil di depannya, ia begitu menggemaskan. Pipi gembulnya membuat Nadia tergoda ingin mencoba sedikit cubitan di sana.

Tapi… se-menggemaskan apapun dia. Nadia tidak akan membaginya. Kalau pun ia ingin membagi sesuatu, jangan arumanis!

Ia mulai merengek pada kekasihnya, "Punyaku." Ia memeluk bungkus plastik gulali kapas itu.

"Kamu tega? Nyuruh aku ngasih ini ke anak itu? Ini arumanis loh, makanan kesukaan aku." Ia menatap memohon.

Valdo mencubit gemas hidungnya, "Jangan pelit sama anak kecil."

Padahal Nadia tidak ada bedanya sama anak umur lima tahun.

Ia masih Keukeh, dengan gelengan mantap di kepalanya. Valdo menggelengkan kepalanya tiga kali, ia menghela napas, "Kamu ini ya."

Valdo berdiri sedikit membungkuk menyetarakan tingginya, "Beli 'itu' sama kakak, mau nggak?" Valdo menunjuk arumanis Nadia. Anggukan cepat yang Valdo terima.

Ia menggandeng tangan mungilnya menjauh.
"Valdo! Aku ditinggal nih?!" teriak Nadia.

"Sebentar!" Ia balik berteriak.

Ish! Nadia mencebikan bibirnya kesal. Ia berlari menyusul Valdo, merentangkan kedua tangannya berusaha menyegat jalannya.

Matanya melirik Valdo kemudian mengarah ke bawah. Menatap anak kecil di gandengannya. Ia menoleh, menatap sendu arumanis di tangan kanannya.
"Ini buat kamu."

Gadis kecil itu tersenyum senang, tangannya terulur mengambil arumanis yang Nadia sodorkan. Ia sudah berhasil memegangnya. Namun, Nadia masih belum melepaskannya.

Terjadilah adegan tarik-menarik arumanis.

Valdo memutar bola matanya, Nadia benar-benar tidak mau mengalah.
"Lepasin aja dek, kita beli yang baru." titah Valdo.

Gadis kecil itu mengangguk patuh.

Nadia mendelik, matanya melebar sempurna. "Eh, iya-iya!"

Ia menyerahkan arumanis itu, kali ini sungguhan. Ia benar-benar memberikannya. Membuat Valdo tersenyum simpul melihatnya.
"Gitu dong," ia mengacak gemas surai Nadia.

Nadia menggelayut di lengan Valdo. "Ayo, jalan-jalan lagi. Masih banyak wahana yang mau aku coba."

Sesaat ia melupakan arumanis.

Valdo mengangguk, mengikuti apa saja yang Nadia inginkan. Nadia melepaskan tangannya, berlari ke arah wahana komedi putar. Meskipun di mata Valdo wahana ini lebih cocok di naiki oleh anak di bawah umur, ia membiarkan saja. Asalkan itu membuat Nadia senang, ia rela bagai kembali ke masa kecilnya.

Tring!

Ponsel Valdo berdering singkat, ia mengintip notifikasi yang baru saja masuk.

Bara_juna
Val, hari ini ada job. Bang Kevin minta lo yang nge-handle, soalnya katanya dapet lawan lumayan. Harus lo yang turun tangan.

Oke.

Btw, lo udah ngomong ke Nadia? Soal lo yang suka balapan?

Gue bingung, takut dia nggak nerima.

Ngomong aja, daripada ribet nanti urusannya.

Read.

Nadia memandang Valdo yang asik dengan ponselnya. Ia mencolek pipinya, "Sayang, jadi naik kan ini?"

Valdo mendongak, ia tersenyum kecil. "Pulang aja ya, naiknya kapan-kapan."

Nadia tersenyum kecut, ia kecewa. "Kok pulang?"

Valdo menangkup pipi Nadia, "Udah malem, kakak kamu juga pasti khawatir. Iya kan?"

Nadia menggeleng. Tidak, Dika tidak akan mencarinya. Karena sebelum ia berangkat, Dika sudah memberi izin padanya. Lagipula ini juga belum terlalu malam, sebenarnya ada apa dengan Valdo?

"Sekali aja ya, sayang. Habis ini langsung pulang deh, janji!" pinta Nadia.

"Aku bener-bener nggak bisa, aku janji lain waktu aku bakal ngajak kamu kesini lagi, kamu bebas naik apa aja."

Ia memainkan ujung bajunya, "Kenapa nggak bisa?"

"Aku ada urusan."

"Urusan apa?"

Valdo menatap manik mata Nadia. "Aku…"

"Mau jenguk sepupu aku yang di rumah sakit."

Bohong!

Valdo membohongi Nadia.

TBC

Next part, aku usahain apdet super kilat.

Semoga kalian masih mau berkenan menunggu. Makasih untuk semua dukungannya, apalagi yang sudah ngasih vommentnya. Itu bener-bener penyemangat aku buat terus update.

Lvyuu All🤗
Terkasih❤️
Mityass,

Continue Reading

You'll Also Like

5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
256K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...