Cold Prince✔️

By mityass

265K 14.6K 2.8K

Cerita ini mengandung unsur gula :') [FAST UPDATE] WARNING ⚠️⚠️AREA BAPER!!! Satu voment dari kalian sangat b... More

prolog
Cast
1. Pertemuan
2. Rencana licik
3. Sisi lain
4. Permainan di mulai
5. Akal bulus
6. Butuh oksigen
7. Perhatian sederhana
8. Roti jepang bersayap
9. Hilang
10. Rumit
11. Ketulusan Fero
12. Rahasia Besar
13. Lo gila?
14. Ungkap
15. Sayang?
16. Callistephus Chinensis
17. Ancaman Kay
19. Dusta
20. Percaya
21. Berpulang
22. Maaf, Nadia.
23. Tentang sebuah tawa
24. Tamu tak diundang
25. Makan malam.
26. Moments
27. Kembali?
28. Kembali (2)
29. Misunderstanding
30. Problema
31. Rasa
32. Pilihan?
Bantu aku.

18. Alasan (terungkap)

4.8K 330 6
By mityass

2 jam yang lalu…

Valdo memutar bola matanya jengah melihat ponselnya yang tidak berhenti berdering. Sudah berkali-kali ia reject. Namun, layar ponselnya masih saja berkedip menampilkan panggilan ulang. Layaknya tak ada pilihan, ia memilih mengalah untuk menjawab.

"Halo sayang," suara yang bagi Valdo sangat menjijikkan itu mulai terdengar.

Siapa lagi kalau bukan Kay!

"Mau apa lo telfon gue," ketusnya.

"Gue mau Reuni nih, mau ikut nggak? Ada pacar lo, sama perebut pacar orang disini."

"Reuni apaan sih, gajelas!"

"Reuni… gue selaku pacar lo, dan Nadia yang merebut lo dari gue!" Kay mendesis, nada bicaranya mulai tidak bersahabat.

Tak bisa dipungkiri Valdo dibuat panik olehnya. Ia tidak bisa berpikir jernih saat bayangan Nadia sedang berdua dengan Kay melintas di otaknya. Entah apa yang akan Kay lakukan pada Nadia, dan itu membuat ia begitu khawatir.

"Lo dimana?!" Intonasinya yang meninggi membuat Kay tersenyum picik.

Rencananya pasti akan berhasil!

"Gue di ruang tenis meja, area samping sekolah."

Memutuskan sambungan teleponnya, ia bergegas keluar dari kelasnya, menghiraukan teriakan dari teman-temannya yang dibuat penasaran. Mengambil langkah seribu, ia langsung membuka pintu ruang tenis meja. Masuk ke dalam, mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan sembari meneriaki nama Nadia.

Namun, kosong.

Suara knop pintu yang terkunci dari luar membuat Valdo tersadar. Ia telah dikelabui. Di depan ambang pintu Kay tersenyum puas.

"Valdo beres." katanya.

💦

Dada bidang Rival naik turun mengikuti alur pernapasannya yang sangat cepat. Ia menatap penampilan Nadia yang sudah sangat memprihatikan. Rambut pendek sebelah, air mata yang membasahi seluruh wajahnya.

Menyentak cekalan tangan teman Kay di kedua lengan Nadia, ia menarik Nadia mendekat, memposisikan dia di depannya.
"Valdo kemana?" tanyanya pada Nadia seolah menyindir.

Bukankah di saat seperti ini seharusnya Valdo yang ada di sampingnya?

"Valdo nggak akan datang nolongin lo! Karena dia emang nggak peduli sama lo!" tegas Kay.

Pikiran Nadia mulai liar mengenai Valdo. Apakah ucapan Kay benar adanya?

"Kata siapa gue nggak bakal dateng?" teriaknya dari sudut ruangan.

Kay membulatkan matanya, bagaimana bisa ia datang?

Ya, Valdo. Ia ada di sini.

"Gue dari tadi di sini, merekam semuanya." Lanjutnya seraya memainkan ponsel di tangannya.

Matanya membola, Kay meneguk salivanya.

"Sedari tadi gue di sini mengamati tingkah lo, mati-matian gue menahan diri buat nggak ngebunuh lo karena udah buat cewek gue nangis, karena kalau gue gegabah gue nggak bakal dapet rekaman ini." Valdo tersenyum penuh kemenangan.

Ia berjalan mendekat ke arah mereka. Meraih tubuh Nadia dari hadapan Rival, menariknya ke dalam pelukannya. Mengelus punggungnya, menyalurkan sedikit energi agar ia bisa lebih tenang. Valdo mencuri sekilas ciuman di puncak kepalanya, sebelum ia mengangkat dagu Nadia, memintanya mendongak.

Menangkup kedua pipinya, ia menatap sendu wajah Nadia, "Maafin aku, karena gara-gara aku kamu jadi gini. Itu sebabnya mengapa aku selama ini tidak mau mengenal kamu, karena terlalu berbahaya. Namun, melihat kesungguhan kamu, aku tersadar. Jalan satu-satunya mengatasi masalah ini bukan dengan berlari, tetapi dengan melindungimu."

Air mata Nadia yang mengalir membuat hati Valdo sesak.
"Aku janji, kamu nggak akan ngeluarin ini lagi." Ia mengusap bulir air matanya yang terjatuh.

Valdo melepas gelang hitam di pergelangan tangannya. Ia menyelipkan anak rambut Nadia ke belakang telinga, menyatukan menjadi satu dan mengikatnya dengan gelang miliknya.
"Sementara pakai ini dulu, aku nggak mungkin ngebiarin kamu keluar dengan rambut seperti ini."

Rival yang memperhatikannya hanya bisa mematung. Dugaannya tentang Valdo ternyata salah.

Tangan Valdo mengepal erat sampai buku-buku jarinya memutih, "Dan lo! Kita selesaikan masalah ini di ruang BK!" tunjuk nya pada Kay.

"Gimana caranya, Lo bisa keluar dari ruangan itu?"

Valdo mengangkat sebelah alisnya, "Lo terlalu bodoh! Lo pikir gue hidup di zaman purbakala? Apa gunanya teknologi kalo nggak di pake!"

Bibir Kay berkedut. Tentu saja Valdo dengan mudah bisa meminta bantuan kepada temannya melalui panggilan ponsel.

Ah, bodoh sekali dirinya ini.

"Siap-siap aja orang tua lo dapat panggilan dari pihak sekolah, dan gue pastikan kali ini lo nggak akan bisa bersembunyi di balik ketiak bokap lo lagi!" sinis Valdo.

Ia menatap Kay datar, yang ditatap justru bingung harus berbuat apa, rasanya ia ingin sekali mengeluarkan segala umpatan. Tapi, nyatanya tidak ada secuil pun kata yang keluar dari mulutnya.

Valdo menggandeng tangan Nadia keluar dari gudang, diikuti dengan Rival yang berjalan di belakangnya. Tanpa aba-aba Nadia tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat langkah Valdo ikut terhenti karenanya.

Nadia memutar badannya, menatap Rival di depannya.
"Kak Rival, kenapa ada di sekolah?"

Benar juga pertanyaan Nadia. Bukankah Rival sudah menamatkan pendidikannya di SMA BISMA ini?

Seolah menjawab kebingungan Nadia, ia berkata, "Gue tamu undangan Alumni buat acara pelepasan siswa Minggu depan."

Nadia mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Tadi niatnya gue mau ke ruang OSIS, karena ada rapat. Tapi, tiba-tiba gue denger suara aneh dari area gudang belakang. Pas gue dobrak pintunya, gue nggak nyangka ternyata ada lo di dalam lagi di bully habis-habisan sama mereka." Jelasnya.

Nadia tersenyum simpul, "makasih kak, udah nolongin gue."

Ia membalas senyumnya dengan manis, tangannya bergerak mengacak rambut Nadia. Ia melupakan Valdo yang sedari tadi melotot tajam melihat perlakuannya.

Ia menyadari tatapan intimidasi dari Valdo, "Ah, sorry. Gue nggak bermaksud apa-apa."

Valdo menarik sudut bibirnya, "cewek yang lo senyumin dan pegang rambutnya itu punya cowok!" Ucap Valdo dingin.

Rival merasa tak enak pada Valdo juga dengan Nadia, "Iya gue tau. Sorry ya, gue udah berlebihan."

Valdo tak menjawab, Nadia pun ikut memilih bungkam. Rival menyadari posisi canggung di antara mereka. Maka dari itu, ia lebih memilih pamit undur diri dari hadapan mereka.
"Gue cabut dulu ya,"

Ia berjalan lurus melewati dua sejoli di depannya.
"Thanks," ujar Valdo, saat Rival berjalan di sisinya.

Rival ragu, ia mengira dirinya pasti salah dengar.

"Lo tadi ngomong sama gue?" tanyanya.

Menganggukkan kepala, tangan kirinya yang menggantung di samping pinggang ia masukkan ke dalam saku celananya.
"Thanks, udah nolongin cewek gue."

Rival menepuk bahu Valdo, "Gue nggak ngelakuin apa-apa. Lo yang bertindak di segala hal dalam kejadian ini." ungkapnya sambil tersenyum, ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang OSIS yang sempat terhenti.

"Dia suka sama kamu." kata Valdo sambil menoleh pada gadis di sampingnya.

Kernyitan di dahi Nadia tercetak jelas, "Maksud kamu kak Rival? Dia suka sama aku? Mana mungkin!" tegas Nadia diiringi dengan tawanya.

"Aku serius."

Nadia menangkup pipi Valdo, "Denger ya, sayang. Kak Rival itu udah kayak kakak aku sendiri, jangan ngaco deh kamu."

"Aku tau mana tatapan untuk seorang adik dan mana tatapan untuk seorang perempuan yang dia sayang." tegas Valdo.

"Kamu cuma cemburu!" Kata Nadia.

"Iya aku cemburu," ujarnya serius sambil menatap manik mata Nadia.

Nadia membisu. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum.

"Yaudah si, kalo suka juga. Yang penting aku sukanya sama kamu, bukan yang lain."

Hatinya mulai menghangat, ada perasaan sedikit lega di dalamnya. "Janji?" tanya Valdo.

"Janjiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii" teriak Nadia.

Valdo terkekeh geli melihatnya. Ia juga merasa jika keadaan Nadia sekarang mulai membaik.

"Gue beruntung punya lo." ungkap Valdo, senyumnya masih terlihat manis seperti biasa.

TBC

Sesuai janji aku apdet cepet yaa😉😉

Nggak bosen-bosen aku mengucapkan banyak terimakasih buat kalian yang masih mau membaca karya aku yang amatiran ini😚😚

Buat kalian yang suka sama ceritaku jangan sungkan-sungkan buat ajak temen-temen kalian buat ikut terjun bareng ke cerita ini. Dan… buat kalian yang nggak suka, mohon maaf karena aku bener-bener masih pemula bgt. Aku masih gatau apa-apa tentang dunia kepenulisan. Jadi, maaf kalo ceritaku nggak sesuai harapan kalian.

Peluk hangat❤️❤️
Mityass,

Continue Reading

You'll Also Like

504K 19.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
437K 34K 23
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.6M 290K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
557K 59.8K 37
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...