My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 9

33.9K 2.3K 160
By May_Rose22

Faiz berdiri menyandar pada mobilnya menunggu kedatangan Aurora yang entah pergi kemana. Lelaki itu berkali-kali mendengkus kesal karena Aurora yang tak kunjung datang. Berkali-kali juga Faiz harus memasang wajah garang setiap gadis-gadis kos yang lewat menatapnya dengan tatapan penuh minat, apalagi pakaian yang mereka kenakan bisa di bilang sangat kekurangan bahan, Faiz tidak habis pikir, mengapa gadis-gadis jaman sekarang tidak memiliki rasa malu bahkan mengumbar tubuh mereka sebagai tontonan gratis setiap pasang mata?

Faiz yang hendak kembali menelpon Aurora seketika mengurungkan niatnya saat ada sebuah mobil Pajero berhenti di sebelah mobilnya, Faiz menyipitkan matanya ketika melihat Aurora keluar dari sana bersama...

"Dean?" Gumam Faiz langsung menatap tajam lelaki yang kini tengah berdiri di depan Aurora setelah lelaki itu membukakan pintu mobil untuk Aurora.

"Makasih ya." Aurora berterima kasih pada Dean yang di tanggapi anggukan lengkap dengan senyum tampan lelaki itu.

"Kamu gak nyuruh aku buat mampir?" Canda Dean yang ternyata di tanggapi serius oleh Aurora.

"Eh?" Aurora menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena bingung hendak menjawab apa.

Faiz yang sudah geram melihat percakapan mereka berdua dan seolah melupakan keberadaannya langsung berdehem keras dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Dean hanya tersenyum miring ketika menoleh dan mendapati Faiz tengah menatapnya tajam.

"Lain kali aja aku mampir..." Dean menjeda kalimatnya lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Aurora dan berbisik pelan "...bos galak udah mau ngamuk tuh."

Aurora tidak bisa menahan tawanya mendengar bisikan Dean dengan nada jahil, berbeda dengan Faiz yang semakin mengeram marah melihat kedekatan mereka apalagi posisi Dean yang sangat amat dekat dengan Aurora. Sial! Faiz sudah sangat ingin menggerakkan tangannya untuk menarik lelaki itu agar menjauh dari Aurora.

"Aku pulang dulu ya, sampai jumpa Ra." Dean melambaikan tangannya sebelum memasuki mobil yang hanya di balas anggukan oleh Aurora.

Setelah mobil Dean bergerak pergi, Faiz masih setia berdiri di tempatnya dengan tatapan lurus pada Aurora yang sudah berbalik dan berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada apa, pak?"

"Masuk mobil!" Ujar Faiz datar yang menimbulkan kerutan pada kening Aurora.

"Kita mau kemana?"

Faiz menghela nafasnya dan berjalan membukakan pintu mobil untuk Aurora. "Saya ingin membicarakan sesuatu, tapi tidak mungkin kan kita ngobrol di dalam kamarmu?"

Aurora hanya bisa mengangguk lalu mengikuti perintah Faiz yang selalu tak terbantahkan, karena untuk saat ini ucapan Faiz memang benar, aturan yang di buat oleh ibu kos Aurora adalah 'tidak menerima tamu laki-laki jika tidak ada hubungan keluarga.'

"Kamu sudah menyelesaikan urusanmu?"

Aurora yang semula menatap luar jendela kini menoleh karena Faiz yang sudah memulai obrolan, menghilangkan suasana hening yang membosankan.

"Sudah, kapan kita berangkat, pak?"

"Nanti malam." Jawab Faiz santai seraya membelokkan mobilnya ke sebuah pusat perbelanjaan.

"Hah?!" Aurora menatap tidak percaya Faiz yang sudah melepaskan seatbeltnya. "Kok mendadak? Kan saya belum siap-siap, lagi pula jadwal kita kan masih Minggu depan pak. Kalaupun bapak ingin memajukan tidak harus secepat ini, bisa besok atau lusa."

Dalam hati Faiz tersenyum karena sudah bisa membuat Aurora mengomel seperti biasanya. Paling tidak ocehan Aurora bisa mengalihkan sejenak kekacauan pikirannya yang membuat Faiz memutuskan untuk berangkat lebih cepat ke Kalimantan.

"Terus kita ngapain kesini?" Aurora mengikuti langkah lebar Faiz dengan terus mengomel, mereka terlihat seperti sepasang kakak adik yang tengah berjalan-jalan mengingat betapa mungilnya Aurora berada di samping Faiz.

"Bukankah kamu sekretaris saya? Jadi kamu harus membantu segala keperluan saya." Faiz melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya "masih ada waktu sekitar tiga jam untuk berbelanja kebutuhan saya sebelum kita berangkat."

Faiz menghentikan langkahnya saat Aurora dengan berani menarik kemejanya dengan wajah kesal yang menjadi hiburan tersendiri bagi Faiz. "Apa kamu ingin saya belikan ice cream agar mau melepaskan tarikan pada kemeja saya?"

Tarikan yang semula hanya pada kemeja kini Aurora alihkan dengan mencubit tanpa perasaan pinggang Faiz hingga lelaki itu meringis kesakitan. Sungguh! Aurora selalu bertingkah di luar dugaannya.

"Bapak pikir saya robot?! Tiga jam untuk menemani bapak berbelanja sebelum kita berangkat, apa bapak tidak memikirkan keperluan saya?! Saya ini perempuan, pak! Harusnya bapak tahu kalau perempuan tidak sesederhana itu untuk bersiap. Bapak pikir dengan menjadi sekretaris bapak, bapak sudah bisa membeli seluruh waktu saya?!"

Faiz melirik sekitar karena kini mereka menjadi pusat perhatian banyak orang, apalagi dengan Aurora yang masih mengomel padanya.

"Iya, iya. Kamu menang, tidak usah marah-marah juga bisa kan?" Ucap Faiz lirih yang semakin membuat Aurora kesal.

"Yang selalu marah-marah itu bapak, bukan saya!"

Faiz seperti menghadapi anak kecil yang sedang merajuk padanya, Aurora seakan tak peduli bahwa sejak tadi semua orang memperhatikan mereka.

"Fine! Kita membeli keperluan kamu saja."

Aurora menggeleng. "Tidka perlu."

"Hei, Ra!" Faiz mengejar Aurora yang sudah berbalik dan berjalan meninggalkannya. "Kamu mau kemana?"

Aurora terus berjalan tanpa menoleh Faiz yang sudah mensejajarkan langkah dengannya, "saya mau resign saja pak."

"Tidak boleh!" Faiz menarik lengan Aurora dengan reflek hingga Aurora pun terkejut dengan perlakuan Faiz kali ini.

"Pak?"

"Kamu tidak bisa resign begitu saja, dimana rasa tanggung jawab kamu, Ra? Disaat perusahaan sedang sibuk dengan proyek baru dan mengangkat kamu sebagai sekretaris beberapa hari yang lalu, kamu sudah akan resign?"

Aurora mengedipkan matanya takjub, memang bukan hal baru jika Faiz akan mengomel padanya, tapi kali ini lelaki itu terlalu serius dengan ucapan Aurora.

"Saya hanya bercanda pak, lagi pula saya tidak punya banyak uang untuk membayar pada perusahaan jika saya resign secara sepihak." Jawab Aurora membuat Faiz menghela nafas lega lalu melepaskan cekalannya pada lengan Aurora.

Faiz berdehem lalu memasukkan tangannya kedalam saku celana. "Bagus jika kamu ingat kontrak kerja yang sudah kamu tanda tangani sendiri waktu pertama kali masuk kerja."

"Ayo! Saya antar kamu kembali ke kos untuk siap-siap."

***

Pesawat Garuda kelas bisnis dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sudah mengudara beberapa menit yang lalu, Aurora yang duduk di sebelah Faiz nampak begitu tenang membaca beberapa novel yang ia bawa, begitupun dengan Faiz yang memilih memejamkan matanya untuk beristirahat. Mereka hanya berangkat berdua saja, karena tim yang lain akan berangkat besok pagi dengan pesawat berbeda tentunya. Beruntunglah Aurora yang mendapatkan tiket khusus bersama bos besar dengan fasilitas nyaman, berbeda dengan yang lain karena akan mendapatkan kelas ekonomi dengan maskapai penerbangan lain.

Aurora menolehkan kepalanya, melihat Faiz yang sepertinya sudah tertidur. Penerbangan malam hari yang tidak semenyenangkan di siang hari membuat Aurora memutuskan juga untuk mengamankan duduknya dan memejamkan mata. Jika saja penerbangan mereka ini siang hari, maka dengan bahagia Aurora bisa melihat gumpalan awan melalui kaca jendela pesawat.

Faiz membuka matanya saat merasakan sesuatu menyandar pada pundaknya. Faiz terdiam, melihat Aurora tertidur dengan kepala yang tidak sadar sudah menyender pada bahunya. Entah apa yang harus Faiz lakukan saat ini, melihat kedamaian Aurora saat tertidur membuat lelaki itu tidak tega untuk bergerak memindahkan kepala Aurora dari bahunya.

"Ya Allah." Faiz terus berusaha menahan diri dan mengalihkan fokusnya pada hal lain selain wajah cantik Aurora yang begitu dekat dengannya.

Faiz menghela nafas lega ketika Aurora bergerak dan mengalihkan sandaran kepalanya pada kabin pesawat, dengan segera Faiz membenarkan posisi duduknya masih membiarkan Aurora tertidur di sampingnya.

***

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Faiz saat melihat Aurora berkali-kali menarik nafasnya  dan terlihat gelisah saat keluar dari bandara.

Aurora mengangguk masih menggigit bibir bagian dalamnya dan berjalan dalam diam di sebelah Faiz. Lelaki itu dibuat bingung dengan perubahan sikap Aurora setibanya mereka di bandara Syamsudin Noor.

"Saya akan memesankan dua kamar di hotel dekat sini, kamu bisa langsung beristirahat nanti," ucap Faiz masih memperhatikan Aurora yang terlihat melangkah dengan malas.

"Tidak usah, pak. Saya pulang kerumahnya saja."

"Rumah?" Faiz menghentikan langkahnya membuat Aurora juga melakukan hal yang sama.

"Ya, rumah orang tua saya empat jam dari bandara. Kebetulan hanya berjarak enam kilometer dari proyek perusahaan pak, jadi besok pagi saya bisa standby  di sana lebih dulu sambil menunggu kedatangan bapak."

"Jadi rumah kamu disini? Kebetulan sekali, ya." Ucap Faiz hanya di balas anggukan singkat oleh Aurora

"Apa di sana tidak ada hotel terdekat? Rasanya kejauhan kalau saya harus bolak balik hotel-proyek sejauh ini." Lanjut Faiz beralasan. Sebenarnya tak masalah dengan jarak empat jam perjalanan, hanya saja lelaki itu tidak mungkin membiarkan Aurora pulang sendiri di malam yang sudah larut, apalagi melihat Aurora yang tak bersemangat seperti biasanya.

"Ada, tapi..." Aurora terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya dan Faiz tahu hal itu.

"Tapi kenapa? Tidak masalah jika hanya penginapan kecil. Yang penting ada tempat untuk menginap."

Sejenak Aurora terdiam menimbang sesuatu hingga anggukan kecil mampu membuat Faiz tersenyum tipis meski dalam hati Faiz masih menyimpan pertanyaan besar. Ada apa dengan Aurora?


Next part udah di ketik setengah, tapi tergantung komen kalian gimana. Mau cepet lanjut atau nanti dulu 😁

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 61.8K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 49.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.2M 104K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
372K 19.7K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...