Yours

By Elsarst

739K 66.5K 6.1K

[PLAGIATHOR HARAM MAMPIR, TQ] (Sequel The Most Wanted Boy Vs Bad Girl) Cover by: HajidahNasia Hidup Lalisa ya... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
bagian 26
bagian 27
DIBUKUKAN !!!
Bagian 28
bagian 29
bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
EMANG MASIH NUNGGU?
BAGIAN 36

Bagian 13

26.5K 2.3K 181
By Elsarst

"LALISA!!!"

TOK... TOK.. TOK...

gadis yang tengah berdengkur halus seraya memeluk guling kesayangannya bergambar doraemon itu, tidak mau membuka matanya juga walaupun sebenarnya ia mendengar teriakan Mamanya yang sudah berada di balik pintu, tapi tetap gravitasi di kasur lebih besar hingga membuat tubuhnya tidak bisa berpaling kemana pun.

"SAYANG? MAMA UDAH TELAT INI, ASTAGA! KAMU KAN SEKOLAH, LALIS!" teriakan itu masih saja terngiang di telinganya.

"Hm..." Lalisa merenggangkan otot-ototnya dengan mata yang masih terpejam. "Aku libur sekali aja, Ma..." balas gadis itu dengan suara parau.

"Revan ada di depan tuh!" Lalisa langsung terduduk dan matanya terbelalak saat menoleh pada sumber suara di balik pintu itu.

"Revan?!" entahlah, mungkin hanya nama itu yang bisa membuatnya tidak ngantuk lagi sekarang. Yang ada, seulas senyum mengembang cantik di wajahnya yang polos. "Iya, ma... Lalis mau mandi nih." teriak Lalisa exicted.

Kemudian gadis itu melompat dari kasurnya dan mencari seragamnya di lemari, lalu setelah itu lari ke kamar mandi sambil mengambil handuk yang di gantung di depan pintu. Yaps, Lalisa berpikir untuk mandi dengan sangat bersih dan wajib memakai sabun lima kali jika akan jalan dengan cowok bernama Revan itu, dengan tujuan agar tubuhnya wangi.

Selang beberapa menit dan hampir sejam gadis itu mandi, akhirnya keluar juga dengan memakai seragam sekolah, dan rambutnya yang masih dililit oleh handuk. Kemudian, Lalisa jalan menuju kaca riasnya, lalu membuka handuk di kepalanya dan rambut indahnya itu terurai indah tanpa kebasahan. Yaps, setiap pagi ia tidak pernah keramas, karena sorenya gadis itu akan keramas beberapa kali juga sampai baru dua hari saja sampo sebotol akan habis, dengan tujuan agar rambutnya tetap wangi.

Lalisa menyisir rambutnya, setelah selesai ia beralih memakai bedak juga liptint. Dan sekali lagi, gadis itu hanya akan selalu memoles wajahnya jika sudah ada janji dengan Revan untuk bertemu.

"Selesai," Lalisa bercermin menatap wajahnya seraya tersenyum manis. Kemudian, ia jalan menuju pintu kamarnya sembari menyambar tas sekolah.

Cklek...

Gadis itu membuka pintu, dan... Matanya terbelalak saat melihat tetangga terngeselin itu sedang bersandar pada dinding yang berhadap-hadapan langsung dengan kamarnya sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Mata mereka berdua langsung bertemu. Niko juga memakai seragam yang sama dengannya.

"Niko?!" Lalisa menutup pintu kemudian jalan mendekati laki-laki itu yang sekarang mengubah posisi badannya dan tidak bersandar lagi.

"Hampir sejam gua nunggu." kata Niko seraya melihat sekilas jam yang melingkar di tangannya.

"Lo ngapain deh di sini? Revan mana?" tanya Lalisa sekalian menautkan kedua alisnya. Matanya mencari-cari, dengan harap ia bisa melihat penyemangatnya berangkat sekolah hari ini.

"Pertama..." Lalisa beralih lagi melihat Niko. "Nyokap gua, bangunin gua pagi-pagi banget karena suruh jemput lu. Dan, kedua gak ada Revan." jelas Niko.

"Hah?" Lalisa terkejut. "Jadi Mama bohongin Lalis?" tanyanya.

"Lebih tepatnya, gue suruh tante Felly buat bilang ada Revan. Abis lo kebluk banget!" jawab Niko.

"Sumpah, ya! Lo bohongin gue? Ish..." Lalisa mencebikkan bibirnya sebal sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai. Sementara Niko hanya mendelik, lalu dengan tiba-tiba ia menarik tangan mungil Lalisa hingga gadis itu terlonjak kaget dan mengikut di belakang Niko.

"Mau ke mana?" tanya Lalisa masih ditarik Niko, dan kali ini matanya terbelalak saat Niko masuk ke dalam kamarnya. "Anjir! Lo mau ngapain?! Gue hajar, lo ya!" ancam Lalisa.

Niko tidak menjawab, ia tetap jalan walaupun Lalisa memberontak. Dan, laki-laki itu menghentikan langkah kakinya saat berada di balkon kamar Lalisa.

Gadis itu masih diam, dan tangannya sudah dilepas oleh Niko. Kemudian Niko membalikkan tubuhnya, hingga mereka berdua berhadapan.

"Gue gak pernah bohong, kok. Tadi nyokap lu emang ngomong Revan ada di depan, kan? Sekarang lu liat," Niko menarik Lalisa untuk melihat ke bawah balkon. "Liat, kan? Ada Revan di depan." kata Niko.

Yaps, gadis itu melihat laki-laki yang dulu sangat dekat dengannya dan selalu membangunkan Lalisa tiap pagi agar ia tidak kebo. Revan sedang memanasi motornya dan ia sudah memakai seragam lengkap, seperti siap berangkat sekolah.

Diam-diam gadis itu terhanyut dalam pemikiran. Ia masih memandangi Revan dengan seulas senyuman kecil.

"Revan, kenapa Revan gak pernah main lagi sama Lalis?" pertanyaan itu keluar dari bibir kecilnya dan lebih terdengar seperti lirihan. Namun, Niko tetap mendengarnya hingga ia menoleh memandangi wajah gadis itu dari samping. Yaps, Lalisa sedih.

Dan, seperti mendapat radar. Tiba-tiba Revan menengadahkan kepalanya, dan mata mereka berdua bertemu dari atas. Revan tersenyum ramah pada gadis itu sambil melambaikan tangannya. "Pagi, Lalis." ucapnya sedikit berteriak.

Lalisa pun membalas senyuman Revan juga lambaiannya. "Pagi juga."

"Gue duluan ya. Bai," pamit Revan sambil menaiki motornya, kemudian kembali melihat ke atas. "Bro, duluan. Jagain Lalis." kata Revan pada Niko.

Niko pun tersenyum simpul sambil mengangkat jempolnya sebagai jawaban ia akan menjaga Lalisa. Lalu, Revan melajukan kendaraannya tanpa melihat ekspresi Lalisa selanjutnya yang memelas.

Niko beralih lagi melihat Lalisa. "Jadi ini alasan lu wangi banget? Karena Revan?"

Lalisa menoleh dengan kedua mata yang terbelalak. "Apa? Enggak! Gue emang wangi setiap hari." tukasnya.

Niko tersenyum miring dengan alis yang dinaikkan sebelah, seperti tengah meledeknya. "Udah gitu dandan sampe bibirnya merah banget."

Lalisa melotot lucu dan menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan. "Serius?! Eh, btw ini bukan lipstick tapi liptint. Tolong bedain, ya." ia kembali membuka tangannya.

Niko mengangguk. "Bodo dah, namanya apa. Intinya kalo lu di hukum guru bp, jangan minta bantuan gua!" ancam Niko.

Seketika Lalisa menepuk jidatnya. "Oiya! Kan, tiap hari ini selalu dicek ya? Astaga, Lalis!" ia mengutuk dirinya sendiri sambil mengelap-elap bibirnya dengan kasar.

"Ilang gak?" tanya Lalisa pada Niko seraya memperlihatkan lagi bibirnya.

Niko menggeleng sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. Sontak, gadis itu semakin panik dan mengambil kotak tisu di atas meja, namun ia baru ingat jika tisu itu habis. "Ya, abis... Ah gimana nih? Ini sih gara-gara nontonin drakor yang sedih." menggerutu sendiri menatap sendu kotak tisu.

Yaps, Lalisa selalu nonton drama korea tiap malam di laptopnya. Kemudian, Niko berjalan mendekati Lalisa dan berdiri di hadapannya.

"Tisu segitu banyaknya abis?" tanya Niko, padahal kemarin ia baru lihat tisu itu masih banyak sekali.

Lalisa mengangguk dengan wajah yang memelas seperti anak kecil. Lalu gadis itu kembali mengelap bibirnya pakai tangan, kali ini lebih kasar. Sontak, Niko menghela nafasnya berat kemudian menarik lengan Lalisa hingga gadis itu mendongak menatap wajah Niko yang entah sejak kapan jaraknya cukup dekat.

"Nanti bibir lu rusak, kalo ngelapnya kasar gitu." Niko menarik dasi bawahnya dan mengelus lembut bibir Lalisa, berniat menghapus liptint yang tebal itu.

Lalisa bergeming, lengannya masih dipegang tangan Niko yang sebelah lagi. Sementara laki-laki itu masih fokus mengelap, dan alangkah terkejutnya Lalisa saat mata Niko naik menatapnya yang ketahuan sedang memperhatikan wajah laki-laki itu. Sontak, gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat juga gugup.

Cukup lama Niko memandangi wajah Lalisa, dan itu membuat hatinya tiba-tiba sedikit berdesir padahal sebelumnya ia tidak pernah merasakan walaupun sedekat ini dengan Lalisa. Namun hari ini berbeda.

Seketika Niko melepas cekalannya dan mundur dua langkah. Ia tidak lagi menghapus liptint dari bibir Lalisa, hingga gadis itu menoleh. "Udah?" tanyanya.

"Capek." jawab Niko, membuat Lalisa menautkan kedua alisnya. "Hah?"

"Belum ilang, tapi gue capek ngelapnya." jawab Niko.

"Terus gimana dong?" Rengek Lalisa. "Dihukum dong gue."

"Ya, makannya lu itu jangan medok-medok! Mana kita bakalan telat lagi." Niko memutar bola matanya sebal.

Lalisa pun mengerucutkan bibirnya. "Yaudah sih! Marah-marah mulu. Ini juga kan salah lo!" Lalisa menyalahkan Niko atas kejadian ini.

"Yaudah, gue minta maaf. Lagian, lu make atau enggak tetep aja bakalan dihukum. Orang kita udah telat," ucap Niko namun tetap santai mengetahui dirinya pasti akan dihukum.

"Ya, sia-sia dong makeup gue. Nanti keringetan, bau, ewh... Untung biasa dihukum, tapi kan kali ini gue dandan coy." cerocos Lalisa.

"Ayo, berangkat." Niko menarik tangan Lalisa, dan jalan keluar kamar. Sedangkan gadis itu mengikut saja di belakang. "Lagian lu dandan gak dandan juga tetep sama kok."

"Cantik?" tanya Lalisa membinarkan matanya dengan penuh harap. "Bawel."

Sontak saat mereka sedang menuruni anak tangga, Lalisa langsung memukul punggung Niko pelan. "Gak ada hubungannya. Ngeselin!" galaknya mulai kembali lagi, dan Niko hanya terkekeh tanpa menoleh.

Ia memang senang meledek gadis di belakangnya itu.

🔥

Di tempat berbeda, seorang murid laki-laki yang memang terkenal berandal itu tengah dimarahi guru di tengah lapangan.

"Satria, Satria. Setiap hari kamu te....lat... mulu!" guru itu menggelengkan kepalanya pusing, karena setiap hari ia bertemu dengan laki-laki ini di lapangan upacara.

"Ya elah bu, yang penting saya masuk." nyeleneh. Hanya itu yang digambarkan guru-guru bila ditanya murid bernama Satria.

"Ast-"

"Permisi bu," guru itu berbalik badan, sementara Satria langsung mengernyitkan alisnya saat melihat gadis yang melihatnya dengan ekspresi takut serta sebal.

"Kenapa?!" tanya guru itu ketus. "Telat juga?" ia melihat dua murid yang masih memakai tas.

"Iya, kita disuruh ke sini sama guru piket." kata Lalisa menunduk.

"Hm... Sepertinya kali ini Satria akan punya temen. Yang satu suka telat, yang satu suka bolos upacara." sindir guru itu.

Sontak Niko dan Lalisa melihat Satria yang tengah tersenyum devil pada keduanya. Tengil.

"Tunggu! Lalisa?" Lalisa menoleh pada guru yang tengah melihatnya intens.

"Kenapa, bu?" tanya Lalisa bingung.

"Kamu pakai liptint?!"

Skakmat.

Lalisa terbelalak kemudian menunduk sambil mengulum kedua bibirnya. Sementara Niko diam saja, ia bingung bagaimana menyelamatkan gadis di sebelahnya itu yang sudah ketahuan.

"Bener-bener, ya Lalis!" bentak guru itu. "Sekarang kalian berdua berdiri di sebelah Satria sampai istirahat! Dan, hukuman tambahan buat Lalisa juga Satria setelah istirahat bersihkan seluruh koridor sekolah ini!"

"Bu, gak bisa gitu dong." potong Niko. Dan, membuat semua menoleh kepadanya. "Kan, saya juga telat bareng Lalisa tapi kenapa dia dihukum lebih parah?" tanya Niko tak terima.

"Karena dia sudah melanggar peraturan dua kali!" kata guru itu tegas.

"Tapi kenapa harus barengan sama Satria?" Niko masih bertanya dan tajam melirik Satria yang tengah menampilkan raut wajah menantang.

"Karena dia setiap hari telat terus." jawabnya.

"Cemburu kali bu, dia sama saya. Secara saya kan menawan." sela Satria dengan nada sombong.

"Cih." Gumam Niko berdecih tak kalah songong wajahnya dari Satria.

Guru itu langsung menoleh ke belakang dan memelotot. "Diam kamu!" titahnya kemudian beralih melihat Niko juga Lalisa.

Sementara Lalisa masih menunduk. "Sekarang kalian berdua berdiri di sana. Dan, jangan lupa hukuman tambahan buat kamu Lalis!" kemudian melenggang pergi meninggalkan mereka bertiga di lapangan.

Mata Niko dan Satria kembali bertemu dengan tatapan sengit, masih ada kesal di dalam hati Niko jika melihat wajah Satria yang memang menantangnya. Kemudian laki-laki itu mengeratkan jemarinya pada Lalisa, hingga gadis itu mendongak karena terkejut.

Lalisa bingung mengapa tangannya dipegang sangat erat, namun belum bertanya ia sudah dibawa Niko untuk mendekati Satria dan berdiri di sebelahnya.

Kini Lalisa berada di tengah. Ia tiba-tiba menjadi gugup saat berdiri di sebelah Satria, lebih ke takut. Apalagi ketika Satria mendekatkan tubuhnya dan berbisik, "Mba, pacarnya posesif banget ya. Masa cemburu sama gua." sindirnya lalu menjauhkan lagi tubuhnya dengan seringaian nakal.

Niko yang melihat pun langsung menatap tajam Satria. "Gak usah deket-deket! Ancaman gua waktu itu masih berlaku." Niko mengingatkan dengan nada menusuk.

"Oke, oke." Satria mengangkat kedua tangannya di udara, dan menghadap ke depan. Sementara Lalisa hanya diam, tiba-tiba kebawelannya hilang. Di tambah, aura panas menyelimutinya ketika berada di tengah-tengah dua laki-laki sengit itu.

Mereka bertiga saling diam, bahkan tidak ada suara sama sekali selama tiga jam. Dan, keringat pun mulai mengalir di tubuh ketiganya karena terik matahari tepat di atas kepalanya.

Niko menoleh pada wajah gadis yang berkeringat itu. Setiap menit, laki-laki itu memastikan jika Lalisa akan baik-baik saja walaupun cuacanya sangat panas saat ini. Dan, diam-diam Niko tersenyum kecil melihat betapa kuatnya gadis si sampingnya itu. Bahkan, tidak ada tanda-tanda Lalisa ingin pingsan atau kelelahan. Ia bersyukur, gadis manja ini tidak selemah yang dibayangkannya.

Kring...
Kring...

Bell istirahat berbunyi, membuat semua murid keluar kelas dengan senangnya. Dan, mereka bertiga jadi pusat perhatian anak-anak yang berlalu lalang di koridor melewati lapangan.

Guru yang tadi bertemunya di pagi hari datang lagi dan berhadapan lagi. "Niko, kamu boleh ke kelas sekarang. Sementara Lalis dan Satria gak boleh ke mana-mana dulu! Saya akan bagi tugas buat kalian." titah guru itu.

"Tapi bu-"

"Apalagi Niko?!" guru itu menatap tajam Niko.

"Saya mau dihukum bareng mereka aja." kata Niko.

"Lalis pacar kamu?" tanya guru itu, sontak Lalisa dan Niko langsung mengalihkan pandangan. Kedua bola mata mereka kembali bertemu, sebelum akhirnya Niko memutus untuk beralih melihat gurunya.

Baru ingin membuka suara, tiba-tiba gurunya menyela. "Kamu itu jangan cemburu sama anak nyeleneh kaya dia. Lalis juga gak suka, kan ya?" guru itu menoleh pada Lalisa yang cukup kaget mendengarnya.

"Eh, i-iya. Hehe," Lalisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Siapa yang cemburu sih. Rasanya Niko ingin berkata seperti itu, namun ia tahan mengingat jika mereka harus berpura-pura pacaran di depan Satria yang daritadi memperhatikan Lalisa juga Niko.

"Sekarang kamu ke kelas!" perintah guru itu tegas.

"Baik, bu." Niko mendesah pelan, dan dengan berat hati ia membiarkan Lalisa bersama dengan laki-laki begajulan seperti Satria. Kemudian beralih melihat Lalisa yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, seperti tidak mau ditinggalkan.

"Tas lu sini." titah Niko. Lalisa pun melepaskan tasnya dari punggung dan memberikannya pada Niko.

"Nih, makasih." ucap Lalisa.

Niko mengangguk sambil menenteng tas Lalisa di tangannya. Ia diam sejenak melihat Lalisa yang raut wajahnya ketakutan. Laki-laki itu tidak tega meninggalkannya.

"Niko buruan!" guru itu menyuruhnya.

"Sebentar, bu." kemudian Niko mendekatkan wajah ke telinga Lalisa, dan berbisik. "Lu tenang aja, jangan takut! Gue pastiin gue jaga lu dari kejauhan." kata Niko menenangkan, membuat gadis itu sedikit melegah dan menundukkan kepalanya.

Niko menjauhkan wajahnya dan berbalik menghadap gurunya. "Saya permisi," izin Niko lalu pergi.

"Dasar abg jaman sekarang." guru itu hanya menggeleng. "Oke, Lalis kamu ngepel lantai, dan Satria ngelap kaca seluruh kelas." ia membagi tugas keduanya.

"Baik, bu."
"Iya,"

Mereka berdua kompak menjawab, walaupun yang satu tetap nyeleneh.

🔥

Segitu dulu ya, tangan aku pegal uhh 😂

Comments dan Vote sebanyak-banyaknya yaa, yang bawel kalo bisa:v

Continue Reading

You'll Also Like

265K 25.1K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
977K 14.5K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
303K 18K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
489K 53.3K 23
( On Going ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bay...