Vampire Wars [Completed]

By Aiolios24

571K 37.9K 3.4K

(18+) BOOK 2 OF MY PRINCE VAMPIRE SERIES ✔ Berawal dari kehidupan sulit yg di alami kakak dan adik. mereka be... More

Prolog
Chapter 1 : Zee & Zea
Chapter 2 : Kerajaan Lioncourt
Chapter 3 : Hutan Vampire
Chapter 4 : Penasaran
KARAKTER
Chapter 5 : Kotak Musik
Chapter 6 : Menyelidiki Pergerakan Musuh
Chapter 7 : Berkumpul Bersama
Chapter 8 : Flashback One
Chapter 9 : Flashback Two
Chapter 10 : Pasangan Sempurna
Chapter 11 : Kakak Terhebat
Chapter 12 : Perdebatan Kecil
Chapter 13 : Party Di Castel Del Monte
KARAKTER
Chapter 14 : Penjelasan
Chapter 15 : Bertemu Mate
Chapter 16 : Air Mata
Chapter 17 : Kecerobohan Irish
Chapter 18 : Mencari Keberadaan Irish
Chapter 19 : Tangisan Yang Berakhir Bahagia
Chapter 20 : Langkah Awal
Chapter 21 : Zea & Irish Di Culik
Chapter 22 : Misi Bunuh Diri
Chapter 23 : Bertemu Wanita Iblis
Chapter 24 : Amarah Kebencian
Chapter 25 : Penyesalan
Chapter 26 : Terbangun
Chapter 27 : Mengukir Kehangatan Bersama
Chapter 28 : Gairah Cinta
Chapter 29 : Jeritan Hati Dan Kejujuran
Chapter 30 : Danau Tersembunyi
Chapter 31 : Permainan Gila
Chapter 32 : Rundingan
Chapter 33 : Pergerakan Musuh
Chapter 34 : Wahana Permainan
Chapter 35 : Fighting
Chapter 36 : Pengorbanan
Chapter 37 : Antara Hidup Dan Mati
Chapter 38 : Teka-Teki Petunjuk
Chapter 39 : Pertualangan Di Mulai
Chapter 40 : Penyerangan Musuh
Chapter 41 : Menjalankan Misi
Chapter 42 : Lautan Darah Dan Mantra Terlarang
Chapter 43 : Terjebak
Chapter 44 : Perubahan Irish
Chapter 45 : Teka-Teki Sialan!
Chapter 46 : Pilihan Sulit
Chapter 47 : Darah Pengganti Dan Munculnya Pohon Kembar.
Chapter 48 : Sebuah Harapan
Chapter 49 : Kembalinya Sean Dan Zea
Chapter 50 : Batu Jiwa Tak Bertuan.
Chapter 51 : Selubung Rindu.
Chapter 52 : Berlebihan.
Q & A
Chapter 54 : Kehebohan Di Istana Lioncourt.
Chapter 55 : Makhluk Aneh
Chapter 56 : Akankah Semuanya Berakhir?
Chapter 57 : Musuh!!
Chapter 58: Perbedaan Kekuatan
Chapter 59: Tamat

Chapter 53 : Bersamamu!

8.7K 493 58
By Aiolios24

Warning! Adengan romantis yg bisa bikin baper. Buat kalian yg di bawah umur menjauh ya. Ini cerita ada adegan dewasanya, dikit sih 😂 tapi tetep gak boleh.

Aku buat chap ini, khusus buat kalian para pengemar Zee dan Irish. Aku harap kalian suka 😉

Lagian, suasana ceritanya lagi mendukung banget nih buat Zee dan Irish yg terpisah beberapa hari. Jangan lupa kasih voment dan kasih penilaian buat chap ini 🤗

●●●🌷●●●

" Mau ikut bersamaku? " Zee mengulurkan tangan kanannya kepada Irish. Dengan senyum malu-malu, Irish menerimanya.

Wajahnya memerah padam. Irish tak tahu bersikap seperti apa. Zee selalu bersikap dingin kepadanya. Sekalipun Zee telah menerimanya hanya saja, sikapnya masih datar dan dingin seperti dulu. Memang terkadang pria itu akan bersikap lembut kepadanya. Tetap saja Zee sosok pria yg sulit untuk bersikap romantis.

Jantung Irish seakan-akan ingin meledak. Ia memperhatikan Zee yg menggenggam erat tangannya, Terasa hangat dan nyaman. Irish merasa terlindungi. Ia selalu saja mengagumi sosok pria berwajah datar dan dingin di hadapannya.

Terkadang Irish tak mengerti dengan sikap Zee yg selalu saja berubah-ubah. Kadang kala pria itu akan bersikap lembut, manis dan penuh kasih sayang. Kadang kala ia juga akan bersikap dingin, datar, cuek dan tak peduli. Tetapi ia yakin bahwa Zee mencintainya.

" K-kita mau kemana? " cicitnya. Irish menggigit bibir bawahnya, gugup. Sesekali ia memilin ujung dress kuning yg di kenakannya. Ia takut jika Zee akan memarahinya.

Bungkam! Zee terus menariknya menuju jendela. Hembusan angin malam yg menusuk kulit putinya membuat bulu kuduknya berdiri. Irish mendongak, menatap langit penuh bintang-bintang dan sinar cahaya bulan yg menerangi bumi.

" Akh! " pekik Irish saat tiba-tiba kakinya tak lagi menginjak tanah.

Dengan tiba-tiba, Zee mengangkat tubuhnya dan membawanya naik ke jendela kamar Irish yg terbuka lebar. Zee melirik Irish sekilas. Ia lalu mengeratkan rengkuhannya.

" Pegangan yg erat atau kau akan jatuh! " bisiknya kepada Irish. Zee kembali bersikap dingin dan Irish benci itu.

Dengan degup jantung yg kian menggila, Irish mengalungkan kedua tangannya ke leher Zee. Setelah itu, Zee melesat keluar dari kamar itu melalui jendela.

Zee mengendong Irish ala bridal style. Entah kemana tujuannya yg pasti malam ini ia ingin bersama dengan gadisnya. Menghabiskan waktu berdua saja setelah insiden yg tak terduga, membuat mereka tak bertemu untuk beberapa hari.

Lagipula, udara malam ini sangat mendukung kebersamaan mereka berdua. Zee melesat dengan cepat memasuki hutan. Ia berulang kali meloncati pohon satu ke pohon yg lain.

" Hmm... hangatnya. " gumam Irish yg semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Zee. Terasa hangat dan nyaman sekali. Irish merasa terlindungi hanya jika ia berada di samping Zee. Membuat Irish enggan jauh-jauh darinya.

Senyum tipis terukir di bibir Zee. Ia berhenti di batang pohon besar yg ia pijak. Zee menatap lurus ke arah depan, sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya pada Irish. Di lihatnya wajah gadisnya yg berada di dekapannya. Degup jantung Irish terdegar sangat jelas di telinganya.

" Dingin huh? Kau mau kembali? " Zee bertanya dengan nada suara dingin dan datarnya. Irish justru menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak tawaran Zee. " Eratkan pelukanmu di tubuhku. Aku akan memberimu sedikit kehangatan. "

Irish mendongak, menatap Zee dengan mata sayu. " Kenapa kau berkata hanya sedikit. Tidakkah kau memberikanku kehangatan yg sesungguhnya? " cicitnya lirih.

Seketika itu juga, Irish merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seberani itu. Zee bahkan menatapnya aneh dan hal itu membuat Irish salah tingkah. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Malu? tentu saja dan tanpa pikir panjang, ia membenamkan wajahnya di dada bidang Zee dan ia enggan menatap wajah pria itu.

Zee terkekeh. Pria itu menunduk untuk melihat wajah Irish yg bersembunyi di dada bidangnya. " Kau mau kehangatan lebih dari ini huh? Jika itu yg kau inginkan, aku bisa memberikannya. Tentu saja dengan tubuhku yg menyatu dengan tubuhmu! " bisiknya tepat di puncak kepala Irish. Sedangkan Irish, wajahnya sudah memerah.

" Mesum!!! "

Zee tertawa dengan tangannya yg masih menahan tubuh gadianya agar tak terjatuh. Irish sendiri tak mau mengangkat wajahnya dari dada bidang Zee karena malu dan sekali lagi ia kembali mendengar tawa yg sangat ia rindukan. Hari-harinya tanpa adanya Zee seakan terasa hampa.

Tak lama kemudian, Zee kembali melanjutkan perjalanannya. Irish mengeratkan pelukannya kepada tubuh Zee. Rasa cemas dan takut menyeruak di hatinya ketika Irish berniat melontarkan pertanyaan.

" Eum... bolehkan aku bertanya? " cicitnya takut. Zee bergumam tak jelas. Pandangannya terlalu fokus terhadap jalan yg ia lewati. " Apa kau mencintaiku? " pertanyaan yg tak terduga meluncur begitu saja dari mulutnya. Lagi-lagi Irish tak mampu mencegah rasa ingin tahu di dalam dirinya.

Dan seketika itu juga langkah kakinya terhenti di sebuah batang pohon besar yg ia pijak. Perlahan, Irish mendongakkan wajahnya. Ia menatap Zee dengan kegelisahan yg menyelimuti dirinya. Zee tiba-tiba saja menurunkannya. Mata tajamnya menatap Irish dengan pandangan yg sulit di artikan dan itu sungguh membuat Irish takut.

Dengan kasar, Zee mendorong tubuh Irish ke batang pohon yg ada di belakang Irish. Zee lalu, menghimpitnya dan menahan kedua tangan Irish di atas kepala gadis itu. Jarak di antara mereka terlalu dekat, bahkan nyaris tak ada jarak sedikitpun. Pandangan mata Zee menajam dan sangat menakutkan. Irish bahkan telah memejamkan matanya menunggu hukuman apa yg akan ia dapat.

" Apa kau meragukanku? " bisik Zee tepat di depan bibir Irish yg mengatup rapat karena takut. " Perasaanku kepadamu, apa kau meragukannya hem? Jawablah! "

Diam! Hanya itu yg di lakukan Irish. Entah kenapa gadis itu tak bisa menjawab pertanyaan Zee.

Cup!

Sebuah benda kenyal, lembut dan dingin menempel di bibir ranum Irish. Zee menciumnya? Irish yg tak siap menerima serangan tiba-tiba Zee, justru terbengong tanpa kata. Irish tak merespon ciuman itu. Sedangkan Zee dengan kasar menciumnya. Seolah-olah pria itu ingin menujukkan seberapa besar ia menginginkan gadis yg berada di bawah kungkunagannya. Irish bahkan kewalahan menerimanya.

Melumat, menyesap dan sesekali mengigit bibir gadisnya hingga berdarah. Zee menjilat darah yg keluar dari bibir gadisnya. Lalu, ciumannya turun di ceruk leher gadisnya dan tanpa aba-aba Zee menancapkan taring tajamnya di kulit leher gadisnya tanpa permisi terlebih dulu. Irish terkesiap dan mencoba menahan rasa sakit di lehernya. Tangannya mencegram kemeja hitam yg di kenakan Zee.

Dengan perlahan, Zee melepaskan cengramannya pada tangan Irish. Tangan kirinya menahan tengkuk Irish, memperdalam ciumannya. Sedangkan tangan Zee yg satunya lagi, ia gunakan untuk menahan pingang Irish dan membawanya semakin mendekat ke tubuhnya.

Zee menggigit bibir bawah Irish agar gadis itu memberikannya akses masuk dan setelah berhasil. Zee langsung saja menelusupkan lidahnya masuk untun menyesap setiap rongga mulut Irish. Hening, tak ada yg bersuara selain hanya terdengar decakan lidah yg saling beradu intens.

Saat di rasa puas, Zee melepaskan tautan bibir di antara mereka dan ia lalu kembali menyeruakkan wajahnya di ceruk leher gadisnya. Mencoba menghirup aroma tubuh gadisnya yg memabukkan. Aroma yg membuatnya candu setiap saat ketika berdekatan dengan pemilik aroma tersebut. Sedangkan Irish, masih terengah-engah akibat ulah Zee yg tiba-tiba saja menciumnya.

" Apa ciuman itu tak mampu menjawab keraguan di hatimu? Kau tak perlu bertanya dan kau hanya perlu percaya bahwa hati ini memang telah memilihmu! " jelas Zee kepada Irish yg terisak kecil. Gadis itu menangis dalam dekapan hangat Zee yg mampu menenangkan hatinya. Dekapan yg selalu membuatnya nyaman.

●●●🌷●●●

" Wah... indahnya! " pekik Irish girang. Matanya berbinar-binar menatap pemandangan yg ada di depannya. " Aku kembali kesini lagi. Berasa sudah lama kita tak berkunjung kemari! " serunya.

Irish merentangkan kedua tangannya sembari berputar-putar, menikmati hembusan angin yg menerpa wajahnya setiap kali ia berputar. Zee sendiri hanya terdiam dengan tangannya yg di masukkan ke dalam saku celana jeannya.

Mata tajamnya tak pernah lepas dari kegiatan gadisnya. Sungguh bahagia rasanya ketika matanya melihat binar keceriaan di wajah Irish. Pilihannya untuk datang ke tempat itu tak ada salahnya. Zee tersenyum tipis ketika mengingat kembali kenangan antara mereka berdua di masa lalu. Dimana saat itu ia pertama kali mengajak Irish ke suatu tempat bernuansa ungu.

Tempat misterius yg berhasil ia temukan bersama adiknya, Zea. Ya, Zee membawa Irish ke danau tersembunyi yg ada di kedalaman hutan. Tempat terindah yg selalu mampu membahagiaan gadisnya.

" Lihatlah, bahkan airnya masih tetap sama seperti dulu! " teriak Irish kepada Zee. Tangannya ia masukkan ke dalam air danau itu.

Jika di perhatikan, air danau itu terlihat berwarna ungu. Tapi saat ketika Irish menangkup air danau itu menggunakan tangannya jelas terlihat bahwa air itu berwarna sama seperti air pada umumnya.

" Mau mencobanya? " bisik Zee tepat di belakang Irish. Jemarinya mengusap tengkuk leher samping kiri gadisnya. " Mandi bersamaku, kau mau? " tubuh Irish menegang seketika itu juga. Suhu tubuhnya tiba-tiba saja naik. Ada gejolak yg mengelitik perutnya. Terasa aneh tapi sangat menggoda hasratnya.

Tak ada jawaban. Zee melihat Irish yg memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut jari-jemarinya. Di malam hari, danau itu seakan bersinar. Pantulan cahaya bulan membuat danau itu tampak lebih indah dan bersinar ungu. Sungguh suasana yg sangat mendukung kebersamaan mereka berdua.

Dengan tiba-tiba, Zee menarik jemarinya dari tengkuk Irish. Zee berjalan menjauhi Irish. Perlahan Zee mundur sedikit demi sedikit sembari melepaskan kemeja yg di kenakannya. Hanya celana jeans yg masih menempel di tubuhnya.

Setiap pergerakannya tak pernah lepas dari mata gadisnya. Mereka saling menatap dalam diam. Irish masih tetap tak bergeming dari tempatnya beriri. Pergerakan Zee bagaikan sebuah magnet yg terus menarik perhatiannya. Seolah tak memberikannya izin hanya untuk sekedar berpaling sejenak. Lalu, Irish melihat Zee yg mengulurkan tangan ke arahnya. Menyuruhnya untuk segera bergabung bersama.

" Kemarilah! " mata tajam itu tak pernah terlepas dari wajah cantik Irish yg terkena pantulan cahaya bulan di dalam air. Tampak indah dan bercahaya. " Lepaskan semua baju yg melekat di tubuhmu! Kau tak mau berakhir telanjang ketika pulang nanti, bukan? " katanya yg sukses membuat Irish terbelalak.

Wajahnya memerah, merona malu. Zee terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan gadisnya. Sedangkan Irish mendengus dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Tetapi detik berikutnya Irish memilih menuruti perintah Zee.

Jemari lentiknya perlahan melepaskan dress kuning yg membalut tubuhnya sampai ia telanjang bulat, tanpa sehelai benang. Sebenarnya ia enggan telanjang hanya saja semuanya seakan sia-sia jika ia menolak permintaan pria yg sangat di cintainya. Meskipun begitu tak ada keraguan lagi di hatinya.

Irish mencoba melirik apa yg tengah di lakukan Zee. Tenyata pria itu sedari tadi justru tengah menatapnya intens. Tatapannya menusuk dan bagaikan mata sang elang yg tengah serius mengintai mangsanya. Sedetik kemudian ia tersadar dan buru-buru menutupi bagian tubuhnya yg penting. Zee yg gemas terhadap tingkah Irish, segera keluar dari dalam air dan mendekati Irish. Dengan tiba-tiba Zee menarik pergelangan tangan kiri Irish dan membuat tubuhnya terhuyung ke depan, membentur tubuh kekar Zee yg tak memakai atasan. Hanya tersisa celananya.

Zee menunduk dan berbisik tepat di depan bibir Irish. " Kenapa kau menututupi keindahan tubuhmu saat hanya berdua denganku. Kau malu hem? " Irish mendundukkan wajahnya malu. Ia hanya sanggup mengangguk kecil. " Aku suka kau telanjang! " Zee mengusap lembut kulit mulus Irish dari bahu turun ke legan. Zee mendekatkan wajah tampannya ke tegkuk gadisnya. Ia menghirup aroma candu yg selalu membuatnya melayang.

Di ciumnya tengkuk leher Irish sesekali menjilat, menghisap dan meninggalkan tanda kepemilikan disana. Irish mengeliat tak tenang di pelukan Zee. Irish merasa geli dan panas, mendominasi dirinya.

" Eghhh... " desahan nikmat itu lolos dari bibir mungilnya. Zee tersenyum di sela-sela tengkuk leher Irish. Tanpa melepaskan cumbuannya, Zee bergerak naik ke atas melewati rahang Irish dan berakhir tepat di bibir gadisnya.

Cup!

Zee menciumnya lagi. Irish tak dapat menolak ciuman panas yg di berikan Zee. Ia hanya pasrah dan menerima perlakukan pria itu pada tubuhnya. Bibir mereka saling bertautan, menyecap satu sama lain dan mencari kepuasan.

Angin malam yg berhembus menusuk kulit telanjangnya. Di tambah lagi ciuman panas serta dekapan hangat tubuh kekar Zee melengkapi semuanya. Irish telah terbuai akan setiap sentuhan yg di berikan Zee terhadap tubuhnya dan itu sungguh memabukkan.

Irish tiba-tiba saja merasa Zee menarik tangan kanannya dan membawanya tepat ke bagian bawah tubuhnya. Matanya sontak terbelalak. Ia dapat merasakan benda keras tak bertulang yg ada di balik celana jeans itu. Tak lama kemudian, Zee melepaskan tautan bibir mereka. Irish buru-buru menarik tangannya dari benda itu hanya saja Zee menahannya agar tetap berada disana. Irish melihat ke dalam manik mata Zee yg kini sudah berkabut akan gairah.

" Tenaglah... aku tak akan bertindak lebih jika itu yg kau takutkan. Aku hanya memintamu melepaskan kain yg ada di bawah sana! " jari telunjuknya mengarah ke celana jenas yg di kenakannya.

Irish kembali di buat merona. Zee benar-benar pandai membuatnya salah singkah. " K-kenapa kau tak melepaskannya sendiri? " ujarnya kepada Zee.

" Aku lebih suka jika kau yg melepaskannya dan meloloskan pusaka yg tersembunyi disana! " goda Zee kepada Irish. Matanya melotot garang dengan wajahnya yg merona malu.

" Dasar mesum! " teriaknya kesal. Irish memukul dada bidang Zee dan membuat Zee tertawa keras.

" Baiklah! Aku akan menunggu sampai kau mau membukanya. "

Irish melotot. Kenapa Zee jadi seperti ini. Apakah kemesuman paman Sean menularinya? Batin Irish heran. Zee tahu apa yg di pikirkan gadisnya. Dengan tiba-tiba pria itu mengetuk dahi Irish dan membuat Irish mengaduh.

" Aww... sakit!! "

" Jangan samakan aku dengannya. Aku tak segila dia! Kau tak tahu seberapa berbahayanya aku jika pusaka di bawah sana terbangun dan aku mau kau melepaskannya! " tegas Zee memaksa Irish agar ia mau melepaskan celana jeansnya. " Akan sangat nikmat jika jemari lentikmu yg membukanya Irish! "

Irish mendengus. Zee tetaplah Zee dan pria itu masih tetap sama, tak berubah. Zee selalu membuatnya bingung dengan semua sikapnya yg sering kali berubah-ubah. Pria itu seolah memiliki keberibadian ganda. Irish menghela nafas berat dan pada akhirnya Irish terpaksa menuruti perintah Zee tanpa bisa menolak.

Dengan tangan bergetar serta wajah merona. Irish membuka perlahan-lahan celana jeans Zee dan meloloskan benda pusaka yg ada di balik celana itu. Buru-buru ia menjauhkan dirinya dari Zee.

" Kenapa kau memalingkan wajahmu hem? Apa kau tak mau melihatnya? " Zee mencoba untuk menggoda gadisnya lagi dan Irish semakin memalingkan wajahnya.

" Kenapa kau berkata begitu? Aku sama sekali tak ingin melihatnya dan kenapa juga kau menyuruhku telanjang seperti ini? Aku bahkan bisa berenang menggunakan baju dalam saja. " gerutu Irish gemas.

Zee kembali terkekeh. " Tapi kau menuruti apa yg aku perintahkan bukan? Jadi, bagian mana yg kau protes hum? " Zee bersedekap di dada. Matanya terpejam sejenak.

Ia kembali berjalan ke arah danau dan langsung masuk ke dalam air. Sedangkan Irish masih tetap tak bergeming dari tempatnya. Irish bahkan masih menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya.

" Apa kau tak ingin bergabung denganku hem? Tak perlu cemas. Tempat ini hanya aku, Zea, Sean dan kau yg tahu. Tak akan ada yg mengintipmu berenang selagi kau bersamaku. " Zee menjulurkan tangan kanannya ke arah Irish yg tengah mengintipnya dari balik telapak tangannya. " Kemarilah!! "

" Haish! Kenapa kau sulit sekali untuk di tolak. Tak bisakah kau berhenti menyuruhku ini dan itu. Maksudku, berhenti menyuruhku yg tidak-tidak. Jika aku masuk ke dalam situ, nanti itu-- eum... anu- b-bersentuhan. Kau tahu bukan, apa yg ku maksud? " Ia gelagapan menjelaskan perkataannya. Zee menaikkan alisnya menunggu apa yg ingin di sampaikan gadisnya.

" Kau bahkan sudah terlanjang. Jadi, apa yg kau cemaskan. Ck, bisakah kau diam dan menurut! " serunya gemas. Sedangkan Irish menundukkan kepalanya takut.

Sebenarnya Irish tak bermaksud membantah, hanya saja ia malu dan tak tahu harus berbuat apa.

Zee menghela nafasnya berat. " Mendekatlah, Irish atau kau ingin aku yg mendekatimu! Jika kau hanya berdiam diri disana, aku bisa lebih jelas menikmati setiap lekuk tubuhmu. Sangat menggoda dan mengiurkan! " Zee tersenyum miring dan membuat Irish segera berlari, masuk ke dalam air atau Zee akan semakin menggodanya.

Begitu Irish masuk ke dalam air. Zee tiba-tiba menarik pingangnya dan membuat tubuh mereka saling menempel, mengikis jarak di antara mereka. Zee menggeram tertahan ketika bagian sensitifnya menyentuh pangkal paha Irish. Ia bahkan bisa merasakan tubuhnya mulai terbakar gairah. Sedangkan Irish hanya bisa terdiam sembari memejamkan matanya, mencoba menikmati sentuhan di tubuhnya.

" Kau merasakannya hem? " Zee berkata dengan suara seraknya. " Benda itu hanya akan bereaksi jika berdekatan denganmu Irish. "

Irish mendongak menatap manik mata Zee. Jemarinya terulur, menentuh rambut hitam Zee yg terbang ke sana kemari terkena angin. Tak terasa rambut pria yg di cintainya kini mulai panjang. Irish tersenyum manis, teringat ketika dulu Zee bahkan tak mau berdekatan dengannya ataupun hanya sekedar menyentuhnya. Tapi sekarang Zee membiarkan jemari lentiknya menyentuh tiap jengkal tubuhnya sesuka hatinya.

" Apa jika kau berdekatan dengan wanita lain, benada itu juga akan bereaksi? " tanyannya hati-hati. Ia takut Zee marah. " Bagaimanapun juga kau laki-laki dan ada banyak wanita di dunia ini. Bukankah yg di bawah sana akan bereaksi jika berdekatan dengan para wanita. "

Zee terkekeh dan menarik jemari kanan Irish. Dengan sengaja, Zee mengesekkan miliknya ke jemari Irish. " Hanya kau, tak ada yg lain Irish. Benda itu tak bereaksi pada wanita manapun selain kau. Aku bahkan tak yakin ada wanita lain yg bisa membuatnya menegang! "

Irish merasakan hembusan nafas Zee yg menerpa wajahnya. Mata tajam itu kembali menyorot tepat pada matanya. Bernarkah begitu? Zee tak sedang membohonginya bukan? Entah kenapa kehangatan itu mulai menyelimuti hatinya. Ia sendiri bertanya-tanya kebenaran akan perkataan Zee, hanya saja ia tak berani bertanya. Tetapi sejak dulu, sikap pria itu kepada wanita terkenal dingin dan datar. Seperti halnya ketika mereka bertemu. Ia bencoba mempercayai perkataan Zee dan sekali lagi ia menegaskan kepada dirinya bahwa ia percaya.

" Shhhh... " Zee mendesis ketika Irish mengusap-usap benda keras tak bertulang di bawah sana. Zee memejamkan matanya sejenak. Ia menikmati setiap sentuhan Irish. " Shit! Berhenti sayang... atau aku akan melakukan lebih dari yg kau lakukan!. " tegurnya kepada Irish.

Seketika itu juga, Irish dengan sengaja menekan benda itu dan membuat Zee menggeram sakit.

" Menyebalkan! " serunya kesal. Irish bukan kesal karena Zee melarang menyentuh benda itu. Tetapi ia kesal karena Zee baru saja memanggilnya sayang. Zee memanggilnya begitu karena ia menikmati sentuhannya di benda keras miliknya itu. Sungguh kesal, batinnya menggerutu. " Dasar tak peka! "

Sedangkan Zee hanya terkekeh geli. Bahkan ia sendiri tak sadar ketika memangil Irish begitu. Ia memang jarang sekali memanggil Irish dengan sebutan sayang. Bagi Zee, ia hanya akan menunjukkan perasaannya lewat perlakuannya. Panggilan sayang hanya sekedar manisan semata. Zee hanya ingin menunjukkan perasaannya tanpa mengucapkannya. Bukankah yg terpenting membuktikannya dari pada mengucapkannya. Tetapi yg di pikirkan Irish tenyata berbeda.

" Hhm... baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu sayang? " celetuknya tiba-tiba. Irish sontak menolehkan wajahnya, menatap Zee dengan sorot matanya yg tak percaya. " Sesuai keinginanmu? "

" B-bagaimana kau tahu? Aku tadi han-- " perkataannya terhenti saat ketika jari telunjuk Zee menempel tepat di bibirnya.

" Aku tahu semua yg ada dalam pikiran dan hatimu sayang..., " ia berbisik di telinga gadisnya. Irish membeo di tempatnya. Bukankah ini gila! Kenapa Zee bisa tahu apa yg ada di pikirannya sedangkan ia tidak? Sungguh tak adil untuknya.

" Kenapa hanya kau yg tahu sedangkan aku tidak? " tanyanya keapda Zee. " Sungguh tak adil! "

Zee mengusap puncak kepala gadisnya. " Karena ikatan darah di antara kita yg menghendaki sang pria, bukan wanita. Ketika darah kita bersatu, maka hanya sang pria yg bisa mendominasi ikatan. Bukankah kau sudah tahu bahwa para pria lebih dominan. "

Irish mendengus. " Kalau begitu, para pria akan mudah berbohong dan membodohi para wanita. Ck, bagus sekali! " dengus Irish kesal.

Zee menarik tubuh Irish dan memeluknya erat. " Hhm... kau salah, jika sudah terikat dengan perjanjian darah. Para pria akan selalu terikat hanya dengan satu wanita saja. Berbading terbalik dengan para wanita. Mereka bisa menyukai pria lain tanpa adanya hukuman atau bahkan akibatnya. " jelasnya membuat Irish terkejut. Kenapa ia tak mengetahuinya?.

Irish mengernyitkan dahinya. " Kenapa hanya satu. Bukankah kebanyakan para pria memiliki lebih dari satu wanita? Lagipula, jika ada wanita yg menyukai pria lain saat sudah terikat perjanjian darah maka prianya jelas akan tahu bukan? Lalu, jika begitu apa yg akan terjadi kepada mereka? "

Zee tersenyum tipis. Irish sangat penasaran dengan ikatan darah. " Itu hanya berlaku bagi mereka yg tidak terikat perjanjian darah. Selagi mereka tak terikat dengan perjanjian darah maka, mereka bebas menjalin hubungan dengan wanita manapun. Sedangkan bagi wanita yg melanggar maka, sudah pasti ikatan itu akan hancur dan wanita itu kehilangan takdirnya. "

Irish semakin mengernyitkan dahinya bingung. Penjelasan Zee sangat jelas dan mudah di pahami hanya saja ia masih penasaran. " Lalu, apa yg akan terjadi dengan prianya. Bukankah kau bilang, si wanita pastinya akan kehilangan takdir hidupnya. Lalu, bagaimana dengan prianya? " desaknya ingin tahu. Zee mengangguk mengerti.

Posisi mereka masih tak berubah. Zee masih memeluk Irish dengan erat dan sesekali mengusap-usap rambut gadisnya. Sedangkan Irish menyandarkan kepalanya di dada Zee, dengan kedua tangannya yg di tekuk di depan dada Zee. Posisi mereka berdua membuat sesuatu yg ada di bawah sana menempel dan saling bersentuhan. Irish tak nyaman dengan posisinya karena ada sesuatu yg semakin menekan area sensitifnya. Zee menggerang tertahan. Pria itu berusaha setabil dan menetralkan sesuatu yg telah bergejolak di tubuhnya.

" Mmhhh... berhentilah bergerak Irish. Kau membuat sesuatu yg di bawah sana berkedut! " desisi Zee menggeram sembari mencengram pinggul Irish, menahannya sekuat mungkin agar tak bergerak-gerak.

Irish menunduk. " Maafkan aku... aku hanya mencari posisi nyaman karena sesuatu di bawah sana yg membuatku tak tenang. " serunya merasa bersalah. Zee hanya diam.

Zee menghela nafas kasar. " Diam dan dengarkan penjelasanku atas pertanyaan yg kau lontarkan tadi. " Irish hanya mengangguk dalam pelukan Zee. Mereka masih tetap tak bergeming dari posisi mereka. " Jika wanita memilih menyukai pria lain sepenuh hatinya. Sudah jelas itu bentuk penentangan diri atas takdirnya. Jika ikatan darah itu hancur karena penghianatan, maka takdir pria yg terikat pada wanita itu juga hancur dan akan ada takdir pengganti untuknya. "

Irish menganggukkan kepalanya beberapa kali. Sekarang ia paham dengan penjelasan Zee. " Eumm... apa itu seperti yg di alami paman Sean? Bukankah sebelum terikat dengan Zea, paman terlebih dulu terikat dengan wanita iblis itu?! "

Ada perasaan tak suka ketika menginat wanita itu lagi. Baginya Deliora tak lebih dari wanita licik berhati iblis. Irish membencinya. Sekalipun ia tak pernah memiliki masalah dengannya. Hanya saja wanita itu sering mengganggu hubungan adik iparnya. Bahkan dulu wanita itu juga mengganggu hubungan orang tua Zee. Jelas ia membencinya. Wanita yg masuk ke dalam daftar teratas orang yg ia benci.

" Hhmm... "

Hanya gumaman itu yg menjawab pertanyaannya. Irish mendengus jengkel. " Lalu, sampai kapan kita berendam di sini? Tubuhku mulai kedinginan. " benar sekali, tubuh Irish menggigil. Entah berapa jam mereka berendam disana. Hanya saja mereka tak sadar jika sudah terlalu lama berendam di danau.

" Hmmm... "

" Haish! Menyebalkan sekali! "

●●●🌷●●●

Akhirnya selesai juga. Wahhh chap ini panjang banget lho. Aku sampek pusing mikirinnya. Gpp lha buat readers tercinta apa sih yg nggak? Wkwkwk...

Continue Reading

You'll Also Like

Elvano By gummy

Teen Fiction

1.5K 87 8
BAKALAN UP SETIAP KAMIS DAN MINGGU "KENAPA LO NIPU PERASAAN GUE?!" Vano menyia-nyiakan Lala yang sudah berpacaran dengannya hampir setahun. ia hanya...
11.5K 1.4K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)
2.4K 354 20
Mungkin cerita ini gak sebagus cerita sebelah jadi jika ingin baca baca aja jika tidak ingin silahkan menyingkir 🙂
909 126 5
Laksamana Tarung kesal karena penyamaran di Stasiun Tapops mereka sebagai Pencucian Kapal terbongkar sebelumnya mereka menyamar sebagai Laundry tapi...