MAGALI

By afinyulia

1.2K 118 112

Bertahun-tahun lamanya Magali sendirian. Bukan karena tak ada yang menginginkan, akan tetapi banyak pria lang... More

SATU (Bagian 1)
SATU (Bagian 2)
DUA (Bagian 1)
DUA (Bagian 2)
TIGA (Bagian 1)
TIGA (Bagian 2)
EMPAT (Bagian 2)
LIMA (Bagian 1)
LIMA (Bagian 2)
ENAM (Bagian 1)
ENAM (Bagian 2)
TUJUH (Bagian 1)
TUJUH (Bagian 2)

EMPAT (Bagian 1)

76 7 4
By afinyulia

Setahun kemudian, pukul 19.00. Hall tempat pesta pernikahan Rachel Knight, sosialita sekaligus putri pengusaha terkenal dilangsungkan.

Val baru saja datang saat menyaksikan siapa yang ada di seberang. Pria itu alasannya untuk pulang. Pria tegap dengan kulit kecoklatan terbakar sinar, berambut ikal melewati kerah leher, mengenakan jas rapi, dengan wajah diliputi cambang lebat yang sepertinya sudah lama tidak bertemu pisau cukur.

Ia lupa kapan tepatnya menyukai pria itu. Ralat, jatuh cinta padanya. Yang jelas lima belas tahun lalu saat ia melihat Preston Bailey untuk pertama kali di rumah Liz, ia sudah terpesona. Ia memiliki pembaawaan menyenangkan. Baik, ramah, dan jelas–jelas tampan. Kata Liz, kakaknya disukai banyak gadis. Tapi sang kakak sepertinya acuh-acuh saja. Tidak terlampau meributkan perhatian yang tertuju padanya.

Val tersenyum membayangkan hari ketika ia menekan bel pintu rumah Liz dan melihat pria itu membukakan pintu untuknya.

"Halo, kau mencari siapa?"

Val mendengarnya namun ia terlampau terpesona. Berdiri mematung, ia menatap pemuda yang menjulang di depannya. Ia seperti pangeran yang selama ini kerap masuk ke dalam mimpi-mimpinya. Pangeran yang akan membawanya pergi berkeliling dunia, berdua saja. Tidak ada lainnya. Dan mereka akan hidup bahagia selamanya. Happily ever after!

Otaknya masih diselimuti oleh khayalan manis itu kala pemuda itu berkata untuk kedua kalinya ,"Halo? Kau mencari siapa?"

Val geragapan, malu-malu ia menyahut ,"Liz."

"Oh, masuklah," balasnya lalu menoleh ke belakang dan berteriak keras ,"Liz, ada temanmu disini!"

"Siapa?" teriak seorang gadis muda, terdengar tidak sabar.

"Taylor!"

Mendengar nama pertama cowok yang disukainya disebut Liz segera meluncur dari sudut membaca kesukaannya, dekat jendela dimana siapapun yang duduk disana bisa melihat taman samping rumah yang apik.

Liz segera tahu sang kakak hanya menggodanya begitu mengetahui siapa yang ada di depan pintu rumah mereka. Dengan muka sebal ia mendengus melewati sang kakak, lalu tersenyum manis pada Val.

"Hai, Val! Ayo masuk!" Liz menarik tangan gadis jangkung dengan mata biru besar itu ke dalam rumahnya.

Val menurut saja. Sementara matanya diam-diam mengekori pria muda yang tadi.

"Siapa dia?" tanya Val ketika sampai di kamar milik Liz. Kamar itu bernuansa klasik dengan seluruh perabotan berwarna putih.

Liz mengerutkan kening, kurang paham siapa yang Val maksudkan.

"Itu tadi yang membukakan pintu," jelas Val.

"Kakakku. Orang paling jahil sedunia."

Kakakmu? Ulang Val dalam hati. Aduhai, tampan sekali! Kenapa baru sekarang aku mengetahuinya? Kemana saja aku ini?

"Sekolah dimana dia?"

Liz tertawa. "Sekolah? Dia sudah kuliah, Nona."

"Oh ...." Val tersipu karena kesalahannya itu.

"Sudah punya pacar?" Kalimat itu terlontar begitu saja. Sulit dibendungnya.

Liz tersenyum kecil. "Kenapa kau bertanya begitu?"

"Ah, tidak. Ingin tahu saja."

Liz mengedikkan bahu tak acuh. "Entahlah. Yang suka sama dia banyak. Cuma dia nggak pernah menyebutkan satu pun yang disukainya."

Val mendengarnya. Dalam hati ia berkata ,"Kelak akulah dia."

Mengetahui temannya terdiam, Liz menggamit. "Kau ini kenapa? Kok bengong saja? Sini taruh tasmu disini," tunjuknya di sudut kamar, dimana sofa bercorak bunga yang nyaman ditempatkan.

"Tinggal tiga orang lagi yang belum datang—Ashley, Kat, dan Helene. Ah, pasti pesta piyama kita nanti malam akan berlangsung menyenangkan." Liz bertepuk tangan. Bayangan serunya lima gadis bersama-sama dalam satu ruangan, bergosip tentang berbagai hal sungguh menyenangkan!

"Nona Liz, ketiga teman anda datang," ujar Bibi Rose, asisten rumah tangga di rumah Liz.

Liz menaikkan kedua belah alisnya. Lalu menggeret kembali Val keluar dan menemui ketiga temannya. Malam itu kelimanya bersukaria, asyik ngobrol ini itu sembari menikmati panganan kecil yang disediakan oleh Mama Liz. Satu orang yang terlihat tidak terlalu bahagia, orang itu adalah Val yang kecewa karena tak bisa menemukan kakak Liz dimana-mana.

"Kemana sih dia? Apakah dia sedang bersama seorang di luar sana?" gusarnya.

Pukul tiga pagi saat ia kehausan dan memutuskan untuk turun ke dapur mencari minum, pemuda yang dicarinya itu duduk disana. Tengah berdiri bertelanjang dada, hanya mengenakan celana sedengkul, seraya mengaduk-aduk sesuatu di penggorengan. Val berdiri diambang pintu mengagumi pemandangan tersebut. Ia berharap waktu berhenti dan membekukannya, hingga ia bisa lebih lama menikmatinya.

Waktu tentu tak menuruti harapan Val. Ia terus melaju, dan dalam sepersekian detik pemuda itu menatapnya. Mimik mukanya menampilkan keterkejutan yang mereda sekejap kemudian.

"Kukira kau hantu."

Terdengar tawa mengikuti kalimat tersebut. Empuk, hangat. Begitulah Val mendeskripsikan tawanya.

"Kau mau apa gadis kecil? Apa kau lapar juga sepertiku?"

Haus. Val hampir saja mengatakannya, tetapi mendengar pertanyaan di belakangnya mendadak ia mengubah haluan. "Ii ... iya, lapar," sahutnya gugup setengah berharap kakak Liz menawarinya makanan setelah mendengar jawabannya. Sangat.

Ia hampir bersorak sewaktu pemuda itu berucap ,"Kalau begitu duduklah, aku akan memasakkan sesuatu untukmu."

Val menurut. Ia segera menarik salah satu kursi makan, sangat hati-hati sedikit kecerobohan akan mengakibatkan gangguan. Lalu duduk disana dengan tenang. Di bawah cahaya lampu di dapur diawasinya segala tindak-tanduk Kakak Liz dengan cermat. Matanya hampir tak berkedip kala mengikuti pemuda itu mengocok telur, membumbuinya dengan sejumput garam dan lada, memberi sedikit susu, lalu menuangnya di wajan. Diaduknya telur itu hingga matang, baru kemudian dituang dalam piring lebar. Setelahnya ia menggoreng sosis dan bacon, yang segera mendampingi telur orak-arik tadi setelah matang.

"Ayo," ajaknya riang.

Tanpa bersuara, Val menghadapi makanannya. Telur itu agak kurang garam dan terlalu banyak lada. Baconnya baik-baik saja, sementara sosisnya sedikit gosong. Tapi, entah kenapa rasanya luar biasa! Ia bahkan hampir menangis saat suapan terakhir masuk ke dalam mulutnya.

Melihat mimik Val, Kakak Liz bertanya agak cemas ,"Apa tak enak?"

Val menggelengkan kepala. "Tidak. Ini sangat lezat!"

Ujaran Val membuat pemuda dua puluh tahunan itu tersenyum lebar. Pikirnya, gadis kecil ini benar-benar sopan. Enggan mencela masakannya yang serba kurang. Kalau saja yang duduk didepannya Liz, pasti mulutnya sudah mengomel habis-habisan.

"Lain kali aku akan memasakkan untukmu kalau kau lapar." Preston nyengir lucu.

Ucapan itu terdengar menjanjikan. Ia berdoa semoga mendapatkan kesempatan berikutnya. Segera.


Source images :

First picture : https://www.buzzfeed.com/mackenziekruvant/and-the-oscar-goes-to-dramatic-pause-beards?utm_term=.ftPd7ApnP#.saNLQDWvN

Second picture : https://www.hollywoodreporter.com/gallery/henry-cavills-career-tudors-nobility-565710/1-laguna-2001

Continue Reading

You'll Also Like

5M 37.2K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
1.2M 17.5K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.5M 274K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
396K 15.7K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...