Kelas A [End]

By Lina_Dianita

1.7M 171K 9.3K

Vlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang ba... More

Cuplikan
Vlo, Egha dan Kelas A
Kelas A dan Masalah di Dalamnya
Vlo dan Teman-teman Barunya
Lintang, Olivia dan Kursi Vlo
Kelas A dan 'Dare or Dare'
Vlo, Egha dan Mereka
Lintang, Alfin dan Teman Semejanya
Alfin, Lintang dan Galang
Perasaan Galang dan Perasaan Alfin
Vlo, Egha dan Hubungan Mereka
Egha, Vlo dan Rencana Olivia
Putra, Ketua dan OSIS
Anggota Baru Kelas A
Lintang, Alfin dan Ibunya
Egha, Vlo dan Masa Lalunya
Alfin dan Rahasia Masa Lalu
Putra, Alfin dan Tantangan Galang
Kelas A, Putra dan Strateginya
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Lintang, Galang dan Alfin si Pendiam

45.3K 4.6K 162
By Lina_Dianita

"Apa kita baru saja ketahuan?" tanya Egha selanjutnya.

Tak hanya mengejutkan Vlo, juga mengejutkan Olivia. Bagaimana tidak, Egha baru saja menyiratkan kalau ia dan Vlo memang pacaran. Vlo rasakan tangan Egha meremas lengannya, berharap Vlo tidak menampakkan wajah seterkejut itu untuk bisa meyakinkan kebohongannya.

Vlo mengerjap dan menenangkan diri. Diakui Egha sebagai pacar membuat jantungnya berdebar hebat. Sulit untuk tidak terkejut dan bersikap biasa.

"Dari mana mereka tahu kalau kami pacaran?" tanya Egha menatap Olivia penuh selidik.

Shock yang diderita Olivia nampaknya serius. Dia membuka mulut tapi satu kata pun tak terucap dari sana.

"Kau mengatakannya pada seseorang?" tanya Egha kini menatap Vlo.

Vlo cepat saja menggelengkan kepala.

"I-itu karena kalian kelihatan terlalu dekat sebagai teman biasa," jawab Olivia akhirnya berhasil mengatakan sesuatu.

"Begitu ya," gumam Egha manggut-manggut seolah paham.

"Sudah ku bilang, sebaiknya kita tidak keluar kelas sama-sama kalau tidak ingin ketahuan," kata Vlo membuat Egha tercengang.

Egha lalu tersenyum, senang Vlo ikut membantu menambahkan bumbu pada sandiwara ini.

"Ya sudahlah, aku juga lelah menyembunyikannya. Lagi pula apa salahnya anak seumuran kita pacaran?" lanjut Egha tersenyum pada Vlo dengan penuh arti.

Vlo membalas senyumnya dan mengangguk saja menyetujui.

"Jadi kalian...."

Egha langsung mengangguk sebelum Olivia sempat menyelesaikan pertanyaannya.

Olivia terdiam. Egha menarik Vlo agar berdiri di saat Olivia masih mencoba untuk menerima kenyataan.
"Ayo masuk!" katanya.

Vlo menurut, ia berdiri dan mengikuti Egha yang menggandeng tangannya.

"Waah, kita harus berterima kasih pada orang yang menyebarkan gosip itu," gumam Egha saat melewati Olivia.

Vlo ingin tertawa mendengarnya. Sindirannya keras sekali. Entah apa yang dirasakan Olivia sekarang. Kecewa, marah, atau menyesal? entahlah.

"Kau ikut klub teater atau semacamnya?" tanya Vlo setengah berbisik saat telah melewati pintu kelas.

Egha menggeleng.
"Kenapa?" tanyanya.

"Serius?" tanya Vlo tertawa memukul dadanya pelan. "Tapi aktingmu keren, kau berbakat," puji Vlo.

Egha tertawa saja mendengarnya.

"Wah, sepertinya gosipnya benar," gumam seorang anak di meja depan. "Mereka bahkan lebih manis dari Rubi dan Putra," jawab satu lainnya.

Dada Vlo bergejolak mendengarnya. Bagaimana ini? Gosipnya semakin menjadi. Vlo baru mau menarik tangannya saat Egha sudah menggenggamnya lebih kuat. Vlo menatapnya bingung. Egha tak bergeming, menariknya sampai tempat duduk. Baru melepas saat sudah sampai.

"Ingat saran Rubi?" tanya Egha tersenyum simpul.

Vlo tak ingat, saran yang mana? Tiba-tiba otaknya buntu.

"'Tak usah pedulikan!'," kata Egha mengingatkan.

Rupanya saran yang itu. Baru Vlo ingat, Rubi bilang pacaran ataupun tidak, tak ada urusannya dengan mereka. Jadi tak perlu peduli dengan pendapat dan pandangan mereka.

"Hey, aku serius. Apa digosipkan jadi pacarku memang seburuk itu?" tanya Egha membuat Vlo tertawa.

Egha tersenyum.
"Aku serius. Dari kemarin kau cuma tertawa, apa memang buruk?" tanya Egha lagi.

Vlo menghentikan tawanya. Tersenyum menatap Egha.
"Masalahnya bukan padamu,"jawab Vlo. "Hanya saja, kau tahu rasanya seperti dituduh. Tentang sesuatu yang kita tidak melakukannya," jelas Vlo.

Egha kelihatannya mengerti maksud Vlo. Ia tersenyum manis dan mengangguk.

"Kurasa sebaiknya aku mentraktirmu lagi untuk yang barusan," gumamnya.

Vlo tertawa dan mengangguk saja.

🌠

"Pagi Lintang," sapa Galang mengejutkannya.

Lintang menatapnya beberapa saat, kesal karena dibuatnya terkejut. Lalu menjawab
"Hm" dengan dingin seperti biasanya.

"Kau selalu berangkat sepagi ini?" tanya Galang menilik wajah Lintang dengan ceria. Niatnya ingin menularkan keceriaan itu. Tapi sedikit pun tak berkesan pada Lintang.

"Hm," jawab Lintang lagi, tak balas menatapnya.

Galang berhenti berjalan. Menahan Lintang agar ikut berhenti juga dan lalu menatapnya.
"Apa kau selalu sedingin ini pada teman-temanmu?" tanya Galang khawatir.

Lintang menghela nafas pelan. Sudah sering mendapat pertanyaan itu dari orang-orang yang baru mengenalnya.

"Ya, aku selalu seperti ini," jawab Lintang sedikit jengkel.

Dia sudah bosan ditanyai begitu. Lintang sadari dirinya dingin, apalagi dengan orang yang memang tidak disukainya. Dia akan bicara sedikit kasar dan menyakiti hati. Dan pada orang yang ia sukai, dia akan bersikap baik dengan caranya sendiri. Seperti pada Vlo misalnya.

Itu mempermudah hidupnya. Karena tanpa perlu repot, orang yang tidak ia sukai akan menjauh dengan sendirinya. Seperti Olivia misalnya.

Dan terkadang memang ada jenis orang-orang keras kepala yang menyebalkan. Yang ia sikapi dingin namun tetap saja dekat-dekat dengannya. Seperti Alfin dan Galang ini misalnya.

"Menjauhlah kalau memang tidak suka!" kata Lintang kembali berjalan.

Galang tersenyum menatapnya, benar-benar tak habis pikir ada gadis seperti Lintang. Sejujurnya sikap Lintang itu justru membuatnya merasa tertantang.

Galang mengejarnya dan lalu merangkul Lintang.
"Tidak. Aku tetap suka," katanya.

Lintang berhenti berjalan. Berpikir lancang sekali laki-laki ini berani merangkulnya. Baru mau ia lepaskan rangkulan itu saat seseorang sudah lebih dulu melepaskannya. Dan tapi ia gantikan dengan rangkulan lain.

Alfin merangkul Lintang dan membawanya pergi dari sana tanpa mengucapkan satu kata pun. Mengejutkan Galang dan Juga Lintang yang menatapnya penuh tanya.

Lintang menatap Alfin dengan bingung beberapa saat. Heran ada apa dengan Alfin. Tatapan matanya kelihatan serius.

"Kau pikir apa yang kau lakukan ini?" tanya Lintang menatap Alfin sama kesalnya dengan saat dirangkul Galang tadi.

Alfin diam saja, dan lalu Lintang berhenti berjalan. Alfin melepaskan rangkulannya, tetap berjalan meninggalkan Lintang di tempatnya. Membuat Lintang semakin heran, apa yang terjadi dengan anak itu sebenarnya. Manusia satu itu benar-benar tak bisa ditebaknya.

_______

Esoknya...

Vlo berhenti di depan kelas saat ia ragu apakah akan masuk kelas atau tidak. Apakah pagi ini Olivia duduk di kursinya atau tidak?

"Kenapa tidak masuk Vlo?" tanya Juni muncul mengejutkan Vlo.

Vlo tersenyum saja sambil menggeleng.

Juni mengernyit melewati Vlo dan masuk ke kelas. Sesaat kemudian ia muncul kembali.

"Tenang Vlo, tidak ada siapa pun di kursimu," katanya.

Vlo tak percaya, ia melongok ke dalam untuk memastikannya. Dan ternyata Juni tidak bohong. Olivia duduk di kursinya sendiri. Jadi dia benar-benar percaya dengan kata-kata Egha kemarin?

Juni tersenyum melihat keheranan Vlo, lalu menariknya supaya bisa masuk bersama. Vlo tersenyum sungkan kepadanya.

Egha tersenyum antusias saat melihat Vlo datang dengan Juni. Dia melambaikan tangan, ingin Vlo lebih cepat sampai.
"Cepat," katanya membuat itu lebih jelas.

"Ya ampun, kalian manis sekali," gumam Juni tersenyum.

Vlo tersenyum canggung padanya. Agak bingung juga, ada apa dengan Egha. Apa yang membuatnya begitu bersemangat pagi-pagi begini.

"Ada apa?" tanya Vlo saat duduk dan meletakkan tasnya.

"Tadi Olivia duduk di sini," kata Egha memulai.
"Tentu saja aku tak menyangkanya, setelah apa yang kita katakan padanya kemarin. Masa dia masih mencoba mendekatiku? Bukankah itu menakutkan?" kata Egha.

Vlo tak sengaja tertawa mendengar Egha mengatakan Olivia gadis yang menakutkan.
"Lalu apa yang kau lakukan?" tanya Vlo.

*
Egha menatap Olivia saat gadis itu duduk di sampingnya, dan tiba-tiba saja Egha berdebar. Bukan berdebar karena cinta, tapi karena takut. Tadinya ia pikir Olivia sudah akan menyerah setelah ia katakan dia dan Vlo benar-benar pacaran. Namun sepertinya tak semudah dugaannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Egha heran.

"Duduk," jawab Olivia tersenyum dengan manis.

Egha berpikir sesaat. Kini ia tahu memang gadis ini ambisius dan sedikit licik. Ia menarik nafas dalam, lalu pura-pura ia edarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas.

"Dengar!" kata Egha berusaha terdengar serius. "Aku tahu kau mungkin hanya ingin berteman, tapi... Semua orang di kelas sudah tahu kalau aku dan Vlo pacaran. Aku tidak mau ada salah paham dan sampai dicap sebagai lelaki playboy. Jadi bisakah kau kembali ke kursimu saja?" tanya Egha berusaha tetap sopan.

"Kau kenapa?" tanya Olivia setengah tertawa. "Kita kan tidak melakukan apa pun, cuma ngobrol biasa," lanjutnya.

Egha menghela nafas, ia merasakan kesulitan menghadapi sanggahan itu. Sepertinya tidak akan mudah membuatnya menyerah dan pergi dari sana.

"Kembalilah saja," kata Egha hati-hati, tetap tak ingin menyinggung perasaan siapa pun. "Aku sedang tidak ingin membicarakan apa pun denganmu," lanjutnya.

Olivia terkejut mendengarnya tapi diam saja.

*

"Dia pergi setelah itu?" tanya Vlo memotong cerita Egha.

Egha menggelengkan kepala, Vlo terkejut dengan jawabannya. Bahkan setelah Egha mengatakan itu Olivia tidak pergi? Gadis itu luar biasa.

"Setelah itu aku katakan 'baiklah kalau begitu aku saja yang pergi' dan kemudian dia bangkit dan kembali ke kursinya," kata Egha melanjutkan ceritanya.

"Wah... Kau kejam sekali," komentar Vlo.

"Hey, jangan katakan itu. Aku juga sudah putus asa tentang bagaimana harus menyikapinya," jawab Egha nampak kesal sambil menepuk lengan Vlo. "Aku serius. Dari kesaksian Lintang, aku lihat Olivia memang menakutkan. Kau tahu mungkin dia bersikap baik di depan kita dan tapi bisa diam-diam mendorong kita ke jurang," jelas Egha.

Vlo mengangguk mengerti maksud Egha. Ia menoleh ke arah Olivia ingin tahu bagaimana keadaannya. Dan tanpa sengaja pandangannya malah bertemu dengan dia yang tengah menatap mereka dengan kesal.

Vlo melempar senyum padanya. Tapi Olivia tidak membalasnya. Pastilah ia tengah kesal setelah terserang oleh senjatanya sendiri. Kalau saja tidak ia sebarkan gosip itu maka tidak akan jadi seperti ini kan keadaannya?

"Kurasa dia sekarang menyesal sudah membuat gosip itu," gumam Vlo masih menatap Olivia.

Egha mengangguk.
"Ya, kurasa juga begitu," jawabnya menoleh menatap Vlo. Dan langsung saja terkejut.
"Hey! Jangan menatapnya seperti itu!" kata Egha menarik wajah Vlo dengan kedua tangan supaya berhenti menatap Olivia dan ganti menatapnya saja.

Dada Vlo berdebar luar biasa dipaksa untuk menatap Egha sedekat dan sejelas ini. Tubuhnya terasa dingin dan tapi wajahnya terasa memanas. Menatap wajah tampan yang benar-benar telah merebut hatinya.

"Wah, manisnya. Kalian sudah benar-benar pacaran sekarang?" tanya Lintang saat duduk di kursinya.

Egha dan Vlo kompak menatapnya.

"Hm?" tanya Lintang lagi.

"Tidak," jawab Egha melepaskan wajah Vlo.
"Tapi itu yang aku katakan pada Olivia kemarin," lanjut Egha kembali antusias.

Kemudian Egha menceritakan pada Lintang apa yang terjadi kemarin. Juga apa yang telah ia katakan pada Olivia pagi tadi. Ia ceritakan dengan bersemangat sama seperti saat ia ceritakan pada Vlo tadi.

Vlo melengkungkan senyumnya dengan berat. Ia tadinya merasa istimewa Egha menceritakan itu padanya dengan akrab dan ceria. Tapi nyatanya cara Egha menyampaikan itu pada Lintang sedikit pun tak berbeda. Itu senyuman yang sama. Tawa yang sama. Juga tatapan mata yang sama. Tidak berbeda sama sekali.

Ada rasa kecewa menyiksa ia rasakan. Sikap dan keramahan Egha seringkali membuatnya salah paham dan selalu menyakitkan saat tahu kebenarannya. Vlo menghela nafas pelan.

"Waah... Sayang sekali aku tidak ada di sana untuk melihatnya," komentar Lintang selesainya Egha bercerita.
______

Lintang, Vlo, Egha dan Alfin makan bersama saat istirahat.

"Alfin," kata Vlo membuka pembicaraan. "Bagaimana pekerjaanmu di tempat Egha? Apa menyenangkan?"

Lintang menoleh menatap Alfin. Sebelumnya ia tak tahu kalau Alfin bekerja paruh waktu juga di sana. Alfin balas menatapnya.

"Ah. Apa aku belum cerita padamu?" tanya Alfin menyadari sorot mata terkejut Lintang.

Lintang tersadar, dan lalu menarik kembali pandangan pada makanan di depannya. Ia pikir itu harusnya bukan urusannya, untuk apa juga ia peduli.

Alfin tak mengerti dengan sikap Lintang itu, lalu menatap Vlo.
"Itu sangat mengerikan," jawabnya.
"Egha kejam sekali padaku. Ia berikan semua pekerjaan supaya bisa ngobrol dengan pelanggan-pelanggan yang cantik," cerita Alfin.

"Benarkah?" tanya Vlo menatap Egha tercengang.

"Kedengarannya bagus. Aku akan berkunjung kalau begitu," kata Lintang tersenyum sengit membayangkan Alfin tersiksa dengan pekerjaannya.

Egha langsung menampar lengan Alfin dengan keras. Dan lalu Alfin tertawa sambil mengusap bekas tamparan itu.

"Kapan aku seperti itu?" kesal Egha.

Alfin tertawa saja. Egha merasakan ada getaran di ponselnya, tanda ada pesan yang masuk. Ia menarik benda itu dari saku dan lalu membacanya.

Tak lama kemudian ia memekik panik.
"Bagaimana ini?" tanyanya.

Lintang, Alfin dan Vlo kompak menatapnya.
"Bagaimana apanya?" tanya Vlo.

"Icha menungguku di luar," jawab Egha menatap ketiganya bergantian.

"Apa masalahnya? Biasanya juga kau menemuinya kan?" tanya Alfin di setujui Vlo dan Lintang dengan anggukan.

"Tapi bagaimana dengan Olivia? Baru tadi pagi aku berlagak jadi pacar setia di depannya. Bukannya aneh kalau kemudian sekarang aku menemui gadis lain di jam istirahat?" jelas Egha membuat ketinganya kini mengerti apa yang ia permasalahkan.

Lalu keempatnya diam, sama-sama berpikir mencari jalan keluar.

__________

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

11.6K 1.7K 29
"Sequel Of Podcast Bian" Semua orang pasti berubah. Entah itu kehidupannya, sifatnya, atau soal kisah romantisme percintaan. Tapi yang tidak beruba...
26.2K 2.2K 34
Start: 3 Juni 2019 End: 23 November 2020 [Buku kedua Bad Boyz] hanya sepenggal kisah tentang "mereka" yang menghadapi dunia setelah masa abu abu ber...
89.8K 11.5K 36
ā€¢Araā€¢ Jika bintang bisa berbicara, sampaikan bahwa aku merindukannya. ā€¢Chikaā€¢ Jika bintang bisa berbicara, bantulah aku membuka hatinya. ā€¢Fionyā€¢ Ji...
58.7K 3.9K 50
Hilangnya Vella yang sedang koma di rumah sakit, membuat Altair Mahardhika mengejar-ngejar Lyra ayudia Maheswari yang mirip dengan sahabatnya itu. Al...