Innefable Pain [hiatus]

By aitsuraya

1.1K 581 476

-Cover by me- Yang satu terjatuh, yang satu lagi ada untuk menopang agar yang satu bangkit. Yang satu lelah... More

1.) Pertemuan Pertama
3.) Satu Luka
4.) Gossip
5.) Arjuna
6.) Batas Waktu
7.) Gadis Aneh
8.) Cerita dalam senja

2.) Markas

164 103 95
By aitsuraya

"lo nggak mabuk sama sekali." Dengan napas terengah-engah, Raya perlahan mendekat dan duduk di kursi depan irana.

"Gue nungguin lo." Irana menyodorkan satu gelas minuman ke hadapan Raya.

"Jangan buang-buang waktu di tempat sampah kayak gini Ran."

"Ran? Ran siapa? Gue Ana! Gue masih ana yang dulu. Dan lo masih Angkasa yang cinta sama Ana!" Irana membentak Raya.

"Jangan panggil gue kalau ngak benar-benar penting, jangan buang-buang waktu gue buat hal ngak guna kayak gini lagi, dan lo ... lo udah lama jadi hal yang ngak penting bagi gue, Ana udah lama hilang dari hidup gue Ran," setelah mengatakan hal itu Raya langsung beranjak pergi meninggalkan Irana.

"Ngapain sih ke sini kalau ujung-ujungnya pasti cuma pesan es teh dong?"

"Emang kenapa? Lo ngak suka ya kalau gue ke sini? Atau jangan jangan lo mau gue ikutan joget kayak orang kesetanan yang ada di sana hah?!"

Langkah Raya terhenti mendengar suara seseorang yang sepertinya tidak asing baginya, Raya mencari asal suara dan menemukan seorang gadis yang terbungkus piyama sedang berbincang-bincang dengan seorang barista.

"Hahaha gue bercanda kok, gue senang lo di sini karena setidaknya gue jadi punya teman bicara, bukan cuma ngeliatin orang yang kayaknya udah capek hidup kayak mereka-mereka itu," jelas barista itu sambil menunjuk ke keramaian pengunjung club yang sebagian sedang asyik melupakan masalah hidup mereka dengan minum dan sebagian lainnya yang berjoget ria seakan itu hari terakhir mereka hidup dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Raya stop! Gue belum selesai ngomong, Angkasa kembali!" teriakan Irana yang mulai histeris mengalihkan perhatian gadis dan barista itu.

"Kenapa dia?" tanya gadis itu.

"Palingan juga mabuk. Udah biasa kok ada yang seperti itu jadi tenang aja, lagian kalau ada kenapa-kenapa ada gue di sini kok," celetoh barista itu asal sambil matanya tak lepas menatap gadis itu. Tapi gadis itu sedang mencari ke mana arah pandangan mata pengunjung yang tadi berteriak itu dan matanya menangkap sosok Raya yang saat itu sedang menatapnya juga. Mata mereka bertemu satu sama lain untuk beberapa saat sebelum akhirnya Raya memutuskan untuk berbalik pergi dan tidak menghiraukan teriakan Irana lagi.

Dhira...?

***

F4nt4stic four (4)

Ryann
Kalian di mana? Gue udah dari
tadi nunggu sama Kevin

Kevin97
Lama.

AngksRaya
Sabar. Udah hampir sampai kok
Iya gue tau lo kangen gue vin.

Kevin97
Jijik

Raya memarkirkan motornya di depan rumah Ryan lalu kemudian berjalan menuju ke 'markas besar' mereka berempat yaitu tepat di rumah pohon di halaman belakang rumah Ryan yang bisa dibilang cukup luas. Raya berjalan perlahan ke arah rumah pohon yang mereka bangun bersama dua tahun lalu sambil menikmati keasrian taman yang memang ditumbuhi banyak tanaman hijau, menikmati kenangan indah satu tahun lalu bersama Ryan, Dimas dan Kevin sebelum kepindahannya ke Jakarta.

"Raya woy cepetan sini! Kevin kangen tuh," teriak Ryan tiba-tiba dari atas rumah pohon yang berada tepat di tengah-tengah taman

Raya langsung berjalan rumah pohon itu lalu menaiki tangga kayu yang juga mereka buat sendiri untuk bisa sampai ke rumah pohon.

"Dimas mana?" tanya Raya saat sudah berhasil naik ke rumah pohon tapi tidak menemukan keberadaan Dimas di sana.

"Bener kan gue bilang kemarin, pasti dia telat. Palingan masih tidur sambil ileran di kamarnya sama si Nana," celetuk Kevin dengan wajah polos dan matanya yang tidak beralih sedetik pun dari handphonenya.

"Siapa yang masih tidur sambil ileran hah?! I'm hereee!" seru Dimas yang tiba-tiba sudah sampai di rumah pohon dengan napas terengah-engah.

"TERUS SIAPA YANG TIDUR SAMA SI NANA HAH? NANA ITU BONEKA ADEK GUE!" teriak Dimas sambil menatap tajam ke arah Kevin, sementara Ryan dan Raya hanya tertawa karena kevin sama sekali tidak memedulikan Dimas tapi masih tetap fokus dengan game di handphonenya.

"Kalian kangen gue kan?" tanya Raya pada ketiga temannya dengan memasang wajah sok imutnya.

"Jijik Ray, si dimas tuh kangen katanya." balas Kevin sambil tersenyum jahil. Sementara Dimas yang masih marah hanya memasang wajah cemberutnya sambil menatap Kevin tajam.

Jreng...

Ryan mulai memetik gitarnya yang memang berada di rumah pohon mereka.

"Oh jadi lo kangen gue ya Dim?" tanya Raya lagi ikut-ikutan menjahili Dimas.

"Adanya lo yang kangen sama Irana kan? Jadi cepet-cepetan balik ke sini sebelum sekolah, lo pengen ketemu dia kan?" tebak Dimas asal. Kevin yang sedari tadi hanya fokus pada handphonenya tiba-tiba berhenti menggerakkan tangannya, berusaha mencuri dengar ke mana arah pembicaraan Raya dan Dimas.

Jreng jreng

Ryan masih berusaha memainkan gitarnya dengan memetiknya asal-asalan sehingga nada yang dihasilkannya jadi terdengar aneh

"kemarin malam gue ketemu dia," balas Raya pelan.

"Eh serius? Malam? Di mana? Ngapain? Siapa yang ngajak ketemu duluan?" Dimas yang penasaran akut berusaha mengorek informasi lebih dalam lagi.

"Iya malam, di club."

Jreng jreng jreng...

"Aduh sakit Dim woy!" Ryan berseru heboh karena Dimas tiba-tiba melemparnya dengan botol plastik kosong dan membentur kepalanya.

"Lo sih ribut, kalau ngak tau main ya udah diam aja sana ganggu tau!" Balas Dimas tak kalah heboh.

"Terserah gue lapar." Ryan yang memang sudah lapar akhirnya menyerah karena sedari tadi perutnya sudah memulai perang duluan.

"Gue juga." Kevin langsung turun duluan dari rumah pohon menuju rumah Ryan.

"Gue kangen masakan Tante Sarah!" Raya juga langsung menyusul turun dari rumah pohon meninggalkan Dimas sendirian.

"Tunggu woy gue juga lapar!" Dimas akhirnya juga berhasil turun dan mengejar ketiganya yang sudah masuk duluan ke rumah Ryan.

"Wah Raya udah lama banget ngak ke sini, makin tinggi aja, Tante kangen" Sambut Tante Sarah, ibu Ryan saat mereka baru masuk ke rumah Ryan.

"Pake hak tinggi dia tuh jadi tinggi gitu Tante," celetuk Dimas asal.

"Sama anak sendiri ngak kangen nih?" tanya Ryan sambil berjalan lebih cepat pura-pura marah tapi malah duduk duluan di meja makan.

"Setiap hari ketemu kamu ngapain kangen? Mama malah jadi pusing tiap liat kamar kamu yang berantakan," balas Tante Sarah yang diikuti oleh tawa Raya, Dimas, dan Kevin tapi Ryan tidak peduli, dia tetap asyik dengan makanannya sendiri.

"Ray, gimana sekolahnya di sana?" tanya Tante Sarah membuka pembicaraan di sela-sela makannya.

"Baik kok tante, seru," balas Raya sambil mengunyah makanannya.

"Ngak tante, palingan di sana dia di bully jadi balik lagi ke sini karena ngak tahan," dimas menyela tiba-tiba.

"Ngak bakal ada yang berani ngebully seorang Angkasa Raya kayak gue. Anak kecil diam aja sana," balas Raya membuat yang lain tertawa karena lagi-lagi Dimas memajukan bibirnya karena marah.

***

"Saya temannya Dhira yang baru pindah di rumah itu," jelas Raya kepada Bibi Ratna sambil menunjuk rumahnya sendiri. Memang setelah dari rumah Ryan dia tidak langsung pulang ke rumahnya, tapi singgah dulu ke rumah Dhira hanya untuk memastikan sesuatu.

"Oh, Dhira ada di atas tunggu sebentar." Bibi Ratna langsung naik ke kamar Dhira untuk memanggilnya.

***

"Dhira, lo sibuk ngak?" Tanya Raya setelah Dhira sudah berada di depan pintu rumahnya.

"Ngak kok, kenapa?" balas Dhira.

"Gue cuma mau nanya sesuatu tapi bukan di sini, di taman yang dekat danau aja mau ngak?"

"Iya."

Mereka berdua langsung pergi dari rumah Dhira menuju taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Dhira, hanya dengan berjalan kaki kurang lebih 5 menit saja mereka sudah bisa sampai. Setelah sampai, mereka lalu duduk di salah satu kursi yang memang berada di taman itu.

Hening.

Taman itu memang sedikit ramai oleh pengunjung karena masih dalam masa liburan, tapi keramaian itu tidak berarti apa-apa untuk Dhira yang pendiam duduk bersebelahan dengan Raya yang tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

"Mau ngomong apa?" tanya Dhira yang akhirnya membuka pembicaraan meski dia sama sekali tidak melihat ke arah Raya tapi hanya menunduk menatap rumput yang dipijaknya.

"Gue cuma mau nanya doang ya, kemarin malam lo di mana?" Tanya Raya hati-hati.

Dhira sebenarnya agak terkejut dengan pertanyaan Raya yang tiba-tiba, tapi dia berusaha tetap terlihat tenang. "Di rumah kok," jawab Dhira singkat.

"Oh oke."

Pasti gue Cuma salah lihat. Batin Raya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Di sini cantik ya, lo sering ke sini?" tanya Raya berusaha mencairkan suasana hening diantara mereka.

"iya," balas Dhira singkat.

"Udah sore, pulang yuk," ajak Raya yang memang ada benarnya juga karena selain tidak tahu akan membicarakan apa lagi dan memang sejak awal Raya hanya ingin memastikan suatu hal yang sejak kemarin mengganggu pikirannya, matahari memang sudah mulai tenggelam secara perlahan dan menyisakan garis orange. Mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

***

"Dhira? Dari mana aja? Ngapain sampai sesore ini? Kenapa selalu pergi ngak bilang-bilang? Bibi kan jadi khawatir. Untung orangtua kamu belum pulang jadi ngak apa-apa tapi tetap aja kan kalau mau pergi lagi harus bilang dulu ya!" Bibi Ratna langsung menyerang Dhira dengan pertanyaan begitu Dhira baru saja pulang dari taman bersama Raya.

"Ini Dhira kok. Cuma dari taman bentar aja sama anak pindahan yang tadi itu," jawab Dhira tenang kemudian langsung berlalu begitu saja menaiki tangga berniat masuk ke kamarnya.

"Dhira tunggu." Cegah Bibi Ratna sebelum Dhira benar-benar sampai di lantai dua rumahnya.

"Eh Bibi ngak maksud apa-apa ya cuma mau kasih tahu aja supaya Dhira persiapkan perlengkapan sekolahnya sekarang aja sebelum orangtua Dhira datang daripada nanti orangtua Dhira ceramah panjang lebar lagi ...."

Dhira cuma mengangguk sedikit sebelum akhirnya kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Setelah masuk ke kamarnya, Dhira tidak langsung melakukan apa yanh dikatakan oleh Bibi Ratna tapi dia hanya menatap dirinya sendiri di cermin untuk beberapa saat.

"welcome back."

***

Hari pertama sekolah di tahun ajaran baru sekaligus hari pertama Dhira di kelas 11. Karena orangtua Dhira ada tugas mendadak semalam dan baru akan pulang satu minggu lagi, itu artinya Dhira harus naik bus sekolah selama seminggu untuk bisa sampai ke sekolahnya, SMA Bumi Pertiwi yang mengharuskannya untuk jalan kaki sekitar 50 meter dulu agar bisa sampai di halte terdekat.

"Ke halte?" Raya tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Lo siapa?"

"Apa?" tanya Raya kebingungan.

"Seragam sekolah kita sama tapi gue baru pertama kali liat lo, murid baru? Salam kenal, gue Dhea." Balasnya ceria sambil mengulurkan tangan dan tersenyum hangat.

---
Terima kasih telah mampir. Jangan lupa vomment-nya, kalau suka tambahin aja ke perpus hehe. Kalau ada kesalahan penulisan dll mohon diberitahu ya^^

-f 💙

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.6M 267K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
932K 91.1K 50
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
279K 9.3K 23
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
372K 20.6K 70
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...