Mencintai Tanpa dicintai [SEG...

By windiesti

33.5K 1.6K 1.6K

[Harap follow dulu sebelum membaca!] Gladisa Nada Nadira gadis polos yg mengidolakan mantan ketua osis, Army... More

💞MENGAGUMI DARI KEJAUHAN💞
💞PERTEMUAN TAK DISENGAJA💞
💞SURAT UNTUK SANG IDOLA💞
💞SEBUAH HARAPAN💞
💞KESALAHAN💞
💞JURANG KEPEDIHAN💞
💞PERBEDAAN YANG KONTRAS💞
💞SISI BAIK💞
💞 MENCOBA MELUPAKAN UNTUK MENERIMA💞
💞PERGI UNTUK KEMBALI💞
💞SEIRING KEBERSAMAAN💞
💞MEMBUKA HATI💞
💞WAKTU BERSAMA💞
Obrolan Ken & Gladis (edisi kangen)
Mohon dukungannya
Rilis Project Ramadhan
Pengumuman

💞 RUPA YANG TAK JAUH BEDA💞

1.6K 111 67
By windiesti

Perlahan Gladis membuka matanya. Kepalanya masih terasa sakit. Pandangannya mengabur untuk beberapa saat, tak lama pandangannya kembali jelas.

Gladis mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan bercat biru itu. Ruangan ini terasa asing baginya. Di sekelilingnya terlihat Army, Santi, dan .... Hah siapa pria di samping Army itu? Wajahnya mirip dengan Army. Gladis belum pernah melihat pria itu sebelumnya.

"Alhamdulilah. Kamu udah siuman, Dis," lirih Army tersenyum lega.

"A ... aku di mana, Kak?" tanya Gladis pelan

"Kamu di rumah Army, Dis," jelas Santi tersenyum. "Ini diminum dulu." Santi membawa teh hangat untuk Gladis. Kemudian ia membantu Gladis untuk duduk. Gladis meminum teh hangat itu untuk memulihkan tenaganya.

Sesekali Gladis melirik pria di samping Army. Benar pria itu memang mirip dengan Army.

"Dis, kita keluar dulu ya. Kamu di sini sama Ken. Ken temenin Gladis ya," ucap Army. Jadi dia Ken? Ken yang ingin dijodohkan Army untuk bersama Gladis itu? Ken menarik kursi di sebelah Gladis lalu mendudukinya.

"Hai Gladis, Gue Kenzo. Panggil aja Ken. Gue adiknya Army." Ken mengulurkan tangannya.

"Hai, Ken." Gladis menyambut tangan Ken.

Penampilan Ken sangat berbeda dengan Army yang modis.

"Lo masih pusing, Dis?"

"Udah mendingan. Kamu kelas berapa, Ken?" tanya Gladis penasaran dengan pria di hadapannya itu.

"Kelas sepuluh. Sama kaya kamu, Dis."

"Sekolah di mana?" tanya Gladis seperti polisi yang mengintrogasi seorang terdakwa.

"Lo nggak tau gue? Gue Kenzo Ardika Nadewa, anak sepuluh ips dua yang paling bandel seantero sekolah MERAH PUTIH. Lo serius nggak tau?" tanya Ken tak percaya. Gladis menggelengkan kepala. Pantas saja ia mendengar nama Ken beberapa kali. Namun ia bukanlah orang yang update. ia tak peduli dengan trouble maker di sekolah. Baginya itu tak penting.

"Gue nggak tahu, Ken. Apalagi soal lo adiknya Kak Army. Soalnya Kak Army nggak pernah cerita kalo dia punya adik."

"Semua orang juga nggak percaya kalo gue adiknya Kak Army." Ken tersenyum sinis. Namun tatapannya terlihat sendu." Lo nggak takut sama gue?" tanya Ken menyindir dirinya sendiri.

"Kenapa gue harus takut? Gue yakin kebandelan lo itu ada penyebabnya." Gladis terlihat serius.

"Kamu satu-satunya orang yang percaya sama aku. Makasih, Dis."

Tanpa disadari Ken menyentuh tangan Gladis. Gladis merasa canggung namun ia membiarkan supaya Ken sendiri yang melepas tangannya. Tatapan Gladis kembali sendu saat ia mengingat Army dan Santi yang sudah pacaran.

"Jangan sedih lagi, Dis," ucap Ken membuat Gladis tergagap.

"Da ... darimana lo tau kalo gue sedih?" tanya Gladis.

"Gue tau kalo lo patah hati karena Kak Army udah jadian sama Kak Santi," tutur Ken.

"Siapa yang ngasih tau lo, Ken?" Gladis mulai menatap mata Ken. Tatapan pria itu terlihat tulus.

"Gue selalu ngawasin lo dari kejauhan, Dis. Dari awal kita masuk sekolah. Waktu lo maju mewakili siswa baru saat itu gue udah mulai penasaran sama lo. Terlebih lagi saat pulang sekolah lo nolongin nenek-nenek di jalan. Gue salut sama jiwa simpatik lo. Lo pinter dan menjadi suri teladan di kelas. Gue suka sama lo jauh sebelum lo suka sama Kak Army, Dis." Ken berbicara dengan tulus. Gladis melongo mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh Ken. Ken mengukir senyum. Senyum itu nampak manis karena di lengkapi lesung pipi di pipi sebelah kiri Ken.

"Jadi lo yang selama ini ngikutin gue?"

Ken menggangguk lemah.

"Enggak, Ken, ini salah. Mungkin Lo salah mengartikan perasaan lo itu. Kita gak saling kenal sebelumnya. Maafin gue." Gladis pergi meninggalkan Ken yang mematung.

Gue tau Dis, gue emang nggak pantes dapetin cinta lo,batin Ken

     ******

Pagi itu Gladis berjalan ke kelas dengan novel di tangannya. Luka di hatinya sudah pulih seiring berjalannya waktu. Itu dikarenakan Gladis tak pernah bertemu Army. Army sibuk belajar karena sebentar lagi UN. Dari kejauhan samar-samar terdengar dua orang yang berdebat di kelas X IPA 1. Gladis menghentikan langkah di ambang pintu ketika tahu Chaca dan Ken yang sedang berdebat.

"Kenapa lo nemuin Gladis sih, Ken? Lo tau kan Gladis orangnya penakut." Nada bicara Chaca terdengar meninggi.

"Dia nggak takut sama gue, Cha. Justru dia percaya sama gue," bela Ken.

"Lo tau resikonya Gladis deket sama lo? Otomatis dia akan kena bahayanya, lo mikir dong, Ken." Chaca mengacak rambutnya dgn frustasi.

"Gue tau Cha, gue bukan cowok yang baik. Gue sadar." Ken menundukkan kepalanya.

"Yah, lo itu bandel, tukang bikin onar, dan nyusahin banyak orang!!" cela Chaca tersenyum sinis.

"Tapi apa salah kalo gue cinta sama Gladis? Gue juga punya rasa cinta, Cha."

"Cinta nggak salah, Ken. Tapi lo yang salah karena udah masuk dalam kehidupan Gladis!" bentak Chaca.

"Gue cuma pengen hibur Gladis, Cha." Ken menatap Chaca. "Gue nggak tega liat dia patah hati."

"Wajah lo emang nggak jauh beda sama Kak Army, Ken. Tapi etika dan moralitas lo seratus delapan puluh derajat dari Kak Army." Chaca menunjuk muka Ken. Ken hanya mampu terdiam dihina oleh sepupunya itu.


"Gue ingetin sekali lagi ya, Ken. Lo harus jauhin Gladis," perintah Chaca dengan nada mengancam.

"Gue nggak bisa, Cha. Sorry. Gue udah terlanjur mencintai Gladis."

"Gue nggak peduli. Pokoknya lo harus jauhin Gladis."

Bruk!

Gladis menjatuhkan novel yang ada di genggamannya. Secara bersamaan, Chaca dan Ken menengok ke sumber suara.

Mereka tersentak saat mengetahui Gladis yang berada di ambang pintu.

"Gladis, lo udah dari tadi?" Chaca menghampiri Gladis.

"Gue mau lo pergi dari sini." Gladis menunjuk Ken.

"Tapi, Dis ....." Ken sangat berat untuk meninggalkan Gladis.

"Tolong, Ken. Lo pergi. Please." Gladis terlihat datar namun terdengar sangat tegas.

Dengan berat hati Ken meninggalkan Gladis. Gladis beralih menatap Chaca dengan gurat kekecewaan di matanya.

"Dan lo Cha, kenapa lo rahasiain ini dari gue?" introgasi Gladis.

"Lo tau soal Ken. Tapi kenapa lo nggak kasih tau gue? mau lo itu apa sih, Cha." Gladis mengacak rambutnya dengan kasar.

"Dis ... gue nggak mau lo kena masalah. Ken itu anaknya tempramen. Gue nggak mau lo kena masalah karena dia."

"Cha, apa yang dilakuin Ken itu pasti ada penyebabnya. Nggak mungkin ada asap tanpa ada api." Gladis berbicara dengan serius. Chaca terusik dengan apa yang dikatakan Gladis.

"Gue minta maaf ya, Dis." Chaca mengalihkan topik.

"Lo nggak salah, Cha. Lo nglakuin itu karena lo sayang sama gue dan nggak pengen gue kenapa-napa. Maaf tadi gue udah ngintrogasi lo." Raut penyesalan kentara di mata Gladis

"Iya, Dis. Lo jangan deket-deket ma Ken ya. Gue nggak mau mau lo kena masalah." Chaca memeluk Gladis.

"Tenang aja, Gue bisa jaga diri." Gladis terdengar mantap

      ******

Gladis menuang air putih ke dalam gelas. Ia meminum air itu untuk menghilangkan rasa dahaganya.

"Udah pulang, Sayang?" Amira, Mama Gladis mendekati putrinya itu.

"Udah, Ma. Mama udah pulang? Gimana keadaan Tante Rika, Ma?" tanya Gladis.

"Tante kamu udah pulang dari rumah sakit. Mama baru aja pulang. Papa kamu kemana?" Tanya Amira mengedarkan pandangannya.

"Papa ada sidang, Ma. Itu yang kasus korupsi empat tahun penjara," ungkap Gladis

"Oh ... pak Sandi," gumam Amira.

"Ya udah Ma, Gladis mau ke kamar dulu. Ganti baju." Gladis pergi ke kamarnya.

Gladis menghidupkan ponselnya. Ah! ternyata baterainya lobat. Ia mencari chargernya di laci.

Brukk!

Sebuah buku berwarna ungu jatuh ke lantai. Gladis menatapnya sesaat lalu mengambilnya. Hati Gladis kembali teriris melihat buku diarynya itu. Ia mulai membukanya. Air matanya kembali mengalir melihat foto-foto Army yang di koleksinya. Gladis membuka Halaman selanjutnya.

Dear Diary
                           
                        Senin, 8-01-2018

Hari ini aku sangat bahagia dear. Kenapa? Untuk pertama kalinya aku jalan sama Kak Army. Kamu tau Dear? Aku nerveous di depan Kak Army. Mungkin lebih tepatnya norak sih. Kata Chaca aku itu lebay. Harapanku untuk selanjutnya ... semoga aku bisa lebih deket sama kak Army.

Gladisa Nada Nadira


Air mata telah membanjiri pipi gadis itu. Kini harapannya untuk barsama Army telah pupus. Gladis merasakan perih saat ia mengingat Army telah memiliki pacar. Wajar saja karena Army adalah cinta pertama dalam hidupnya. Segera saja Gladis menghapus sisa air mata dan mecharger ponselnya. Gladis membuka halaman kosong di buku itu. Ia ingin mencurahkan isi hatinya.

Dear Diary

                           Selasa, 03-04-2018

Dear!! Aku telah melupakanmu untuk sesaat. Kamu tau Dear? Untuk pertama kali aku merasakan patah hati. Patah hati cinta pertama. Sangat mengenaskan bukan? Yah ... memang. Kak Army orang yang ku sayangi,cinta pertamaku telah dimiliki orang lain. Tapi aku bersyukur karena Kak Santilah gadis pilihanku. Kak Santi orang yang baik dan sangat serasi dgn Kak Army, Dear. Tapi aku nggak bisa ngelak kalo hatiku sakit mengingatnya. Patah hati membuat hidupku dalam kegelapan.

Namun seberkas cahaya itu datang. ketika aku mengenal Kenzo. Kenzo Ardika Nadewa. Dia adiknya Kak Army. Wajahnya hampir mirip sama Kak Army.

Namun aku tak memiliki rasa apapun padanya. Tapi setidaknya dia menjadi energi baru untukku. Dia dikenal siswa paling bandel di sekolah, Dear. Aku akan coba mencintainya kalo perlu. Tapi saat ini kurasa itu tak perlu. Aku ingin mengetahui faktor penyebab kebandelan Ken. Aku ingin merubahnya menjadi lebih baik. Dan aku penasaran kenapa kepribadian Ken 180 derajat berbeda dengan Kak Army.

Gladisa Nada Nadira


Kini Gladis merasa lebih lega menuangkan isi hati di buku diary itu. Walau itu belum bisa menyembuhkan luka di hatinya namun ia tetap sudah lega. Tiba-tiba wajah Ken terlintas di benak gadis itu. Ken? Tidak salah? Entahlah.

Gladis menuju balkon. Ia duduk di kursi balkon kamarnya itu. Gladis merenung sejenak. Semua kejadian yang dihadapinya akhir-akhir ini terasa menguras pikiran.

Sayup-sayup suara Adzan Ashar memggema memecah kesunyian. Gladis mendengarkan adzan dan mengambil air wudhu untuk solat ashar. Seusai solat Gladis menjerit di hati kecilnya. Ya allah jika Kak Army memang bukan untukku jauhkan dan buat hamba melupakannya. Namun bila ia tercipta untukku maka dekatkanlah kami, Ya Allah, batinnya.

Lagi-lagi kristal bening mengalir di pipi Gladis

        ******

Bel masuk telah berbunyi. Gladis mengeluarkan buku biologi. Jam pertama hari ini adalah biologi.

Pak Riki memasuki kelas dengan wibawa dan aura ketampanannya. Ia memang guru termuda di sekolah itu. Banyak siswi yang mengidolakannya.

"Selamat pagi ...."

"Pagi, Pak ...."

"Hasil ulangan sudah saya koreksi dan nilai tertinggi diraih oleh ...." Pak Riki sengaja menggantunggkan kalimatnya. "Gladis! dengan nilai sembilan puluh lima. "

Tepuk tangan bergemuruh. Tatapan mereka teralih pada Gladis yang tersenyum.

"Sesuai janji saya akan memberikan hadiah untuk peraih nilai tertinggi." Pak Riki mengeluarkan sesuatu.

"Hadiahnya apa pak!" teriak orang sekelas penasaran. Pak Riki memberikan dua buah Novel terbaru.

"Makasih, Pak Riki," ucap Gladis.

"Tingkatkan semangat belajar ya, Dis. Tahun depan kamu akan mewakili sekolah untuk ikut olimpiade," jelas Pak Riki.

******

Bu Nita memasuki kelas X IPS 2 dengan muka datar. Ia merupakan guru mapel bahasa Indonesia. Kelas yang tadi ribut menjadi senyap dalam hitungan detik.

"Selamat pagi ... silakan dikumpulkan tugas membuat puisi yang saya suruh kemarin!!" perintah Bu Nita.

"Iya bu ...."

Tidak seperti biasanya, Ken terlihat semangat untuk mengumpulkan tugas. Biasanya ia tak pernah mengerjakan semua tugas.

Bu Nita yang merasa penasaran mengecek puisi Kenzo. Mendadak muka Bu Nita memerah. "Ken, baca puisi karyamu di depan!"

📄Tugas puisi

Nama:Kenzo Ardika Nadewa
Kelas: X IPS 2

        Bu Nita, guruku

Bu Nita ...
Kau adalah guru bahasa indonesiaku ...
Guru yang selalu memarahiku
Memarahi dengan logat jawamu

Bu Nita ...
Wajahmu bulat bagai tomat
Tubuhmu yang besar ...
Suaramu menggelegar
Kau tau Bu Nita?
Andai kau tak galak
Kau akan ...
Menjadi guru idola saya

Seisi kelas ngakak mendengar puisi karya Ken itu. Puisi Ken mampu membuat mereka terhibur.

"DIAMM!!!" teriak Bu Nita murka.

"Kenzo! Kamu lancang ya. Itu namanya pencemaran nama baik." Muka Bu Nita memucat.

"Lah ... katanya disuruh buat puisi sesuai inspirasi. Bu Nita insipirasi saya. Ibu harusnya bangga. Emang salah? Tapi kalo ibu nggak suka saya buang saja puisinya." Ken hendak membuang selembar kertas itu.

"Eh jangan, Sana duduk." Bu
Nita mengambil puisi dari tangan Ken.

"Ya sudah." Ken kembali ke tempat duduknya.

"Keren banget puisi lo, Ken." Puji Firdan teman semeja Ken

"Ya dong, gue kan calon penyair."

  ***

Akhirnya selesai juga. Yang udah nunggu maaf baru bisa update. Gimana makin seru mggak? Ikuti trus ceritanya. Kutunggu vote,komennya. Semoga berkenan.
Senin,19 November 2018
Windiesti

Continue Reading

You'll Also Like

72.6K 5.2K 25
*Serendipity:Pertemuan yang tidak sengaja namun membawa keberuntungan. Lee Jeno, Istimewa! Don't forget to read the sequel, epiphany. Start:7-04-2019...
92.6K 5.9K 5
- Disaat lonceng berdentang dan azan berkumandang. Disitulah kisah kita dimulai - Namanya Aisyah Zulaikha Putri. Dia cantik, pintar membaca Al-Qur'an...
888 162 3
Gimana si rasanya berdamai dengan masa lalu? Apalagi bersama orang yang pernah bersama - sama bahkan pernah saling mencintai? Mantan , ya mantan gima...
21.3K 1.8K 45
Bukan hanya menceritakan tentang kakak kelas cool namun menceritakan tentang bagaimana rumitnya hubungan beda agama. Bagaimana rumitnya perasaan tak...