Dua hari berselang setelah fauza menemui citra di cinema kini dia terbaring lemas di tempat tidur akibat daya tahan tubuhnya yang berkurang
bundanya sudah berkali kali membujuknya untuk pergi kedokter namun dia terus menolak
dia hanya ingin lebih tenang dengan beristirahat dirumah
Di luar terdengar rame sekali,
lalu bunda fauza menemuinya dikamar
"nak, di luar ada teman teman kamu, temui mereka ya" ujar bundanya sambil merapikan rambut anak tertuanya itu
fauza mengangguk pelan sambil merapikan pakaian nya dan bergegas keruang tamu
disana ada citra, sarah dan teman teman klsnya yang lain, namun tidak disana tidak ada jonatan, ataupun elo memang beberapa hari terakhir
mereka jga tidak masuk sekolah karna harus persiapan bertanding di kejuaraan basket antar sekolah
"gima ke adaan mu za"? ujar meraka hampir serentak
fauza memasang senyumnya dan ikut duduk sambil berbincang bincang dengan mereka
hingga haripun sudah semakin petang dan merekapun pada pamit pulang hanya tersisa citra, dan sarah yang masih setia menemani fauza
"bukannya hari ini tim sekolah kita tanding ya?" ujar fauza
"emmm, iya" sahut citra
"kalian nga ikut mendukung elo? kasian dia klo nga ada diantara kita yang kasih dia semangat" ujar fauza
"iya tapi kan kamu lagi sakit za, kami disini aja temanin kamu " sahut citra
"aku nga apapa kok kalian pergi aja, emang tempat nya dimana?"
"sma sebelah" sahut sarah
mendengar itu fauza menghela nafas panjangnya menatap mata citra yang hampa fauza paham betul citra tidak akan ikut kesana karna itu adalah sekolahnya aji, dan aji juga akan ikut bertanding
bagaimana bisa dia datang kesana dengan sarah
"aku nga enak badan jadi aku disini saja ya za" ucap citra dengan nada melemas
"citra kamu nga apapa?" ujar sarah
"ngapapa kok, hanya kecepean aja butuh istirahat, boleh kan za gwe istirahat disini" lanjutnya
"ya, tentu saja, jadi sarah kamu mau kan ngasih dukungan buat elo?"
"hufff... ya sudah lah, harusnya kita sama sama kesana tapi apa boleh buat kalian nga enak badan juga"
"bilangin ke elo nanti ya sar, kami nga bisa datang"
"iya, gwe pamit ya" ujar sarah sambil bergegas meninggalkan rumah fauza
sedangkan teman teman yang lain juga ikut berpamitan pulang
sekarang hanya tersisa citra duduk di sofa sambil mengobrol dengan yana, adiknya fauza
beberapa saat kemudian bi siti masuk
"non fauza tadi didepan ada yang ngasih ini buat non fauza" ujar bi siti sambil menenteng sepaket buah buahan
"siapa bi?" tanya fauza penasaran
"laki laki katanya teman non fauza"
bergegas fauza keluar namun terlambat lelaki itu sudah terlanjur pergi, namun meskipun begitu fauza bisa mengenalinya dengan motor satria FU biru hitam yang beberapa waktu dulu sering datang kerumah itu
bergegas di periksanya paketan buah buahan itu, namun tidak ada apa apa disana
"siapa za?" tanya citra
"nga tau cit" ujar fauza berbohong
"oh, dari jonatan kali" timpal citra
"ya mungkin" gumam fauza
gadis itu tampak berfikir dalam darimana jeksen tau kalo dia sedang sakit, dan setelah sekian lama dia menjauh ternyata dia masih sama seperti jeksen yang baik dan perhatian
di raihnya hp yang terletak di atas meja, barangkali hanya untuk mengucapkan terimakasih
"hai jeks" ah nga.... tulisan itu kambali dia hapus
"jeksen terimakasih" tulisnya yg pada akhirnya kembali di hapusnya
dia meresa sangat binggung harus mulai dari mana
dan akhirnya dia memberanikan diri untuk menuliskan satu kata
"terimakasih"
dan tak lama jeksen membalasnya
"terimakasih untuk apa?"
"ya, terimasih untuk buahnya"
"hahaha salah orang za, itu bukan dari aku tapi dari jonatan aku hanya mengantarkan"
fauza terdiam sambil menggelang dia yakin jeksen berbohong, mana mungkin dari jonatan sedang lelaki itu tidak tahu kalo dirinya sedang sakit, setidaknya jika dia tahu dia pasti nelpon atau setidaknya kirim pesan
"oh iya, tau kok, makasi sudah mengatarkannya"
"iya, hari ini jonatan bertanding"
"juga tau, aku akan kesana untuk memberi dia semangat, kamu ngak ikut"
"maunya sih, tapi ngak bisa aku kerja, kamu lagi sakit za, mending istirahat aja di rumah"
"aku udah enakan kok, lagian aku udah janji sama dia, aku sayang sama dia jeks aku ngak mau buat dia kecewa"
terdiam sejenak....
fauza pun tak mengerti kenapa dia bisa mengatakan hal seperti itu, entah kenapa dia merasa demikian akan lebih baik antara dia dengan jeksen agar tidak ada genggaman yang akan terlepas
"aku tahu, tapi kamu juga harus jaga kesehatan sebentar lagi kan mau ujian"
"sebentar lagi ujian? apa hanya aku yang harus jaga kesehatan"
"maksudnya?"
"bukan aku yang jarang masuk sekolah dan lebih memilih untuk bekerja"
kembali terdiam
"yasudah hati hati di jalan"
fauza kehabisan kata kata karna jeksen sudah menutup pembicaraan mereka
entah mengapa dia merasa hampa saat dia menunjukankan bentuk cintanya terhadap jonatan kepada jeksen
menghela nafas dalam dalam dan menyenderkan kepalanya ke dinding
"kenapa za?" tanya citra heran
"ngapapa cit, aku akan pergi"
"apa? tapi za...." komentar citra kaget
"aku baik baik saja, aku mau memberi jonatan semangat citra, aku sudah janji padanaya" jelas fauza
"kalo begitu aku ikut, aku nga mungkin membiarkan kamu pergi sendirian, kalo nanti di jalan kamu pusing atau kenapa napa gimana" lanjut citra
"tapi itu hanya akan menyakiti persaan mu, aji ada di sana, sarah juga ada disana. apa kamu akan membuang buang perjuangan mu selama itu hanya demi aku?"
citra terdiam dia tidak bisa bebuat banyak,
fauza bersiap siap lalu menganbil jaket nya "kamu istirahat saja disini ya, aku hanya sebentar" ujar fauza meyakin kan
"tapi kalo nanti bunda pulang dan nanyain kamu, aku bilang apa?" ujar citra panik
"bilang aja yang sebenarnya bunda bakal ngerti kok, aku pamit ya" ujarnya sambil keluar meninggalkan rumah
baru beberapa saat fauza pergi, tiba tiba jeksen menghubungi citra
"citra apa fauza jadi pergi ke pertandingan?" ujar nya
"iya jeks, baru saja pergi aku sudah memcoba menahannya tapi dia tetap kekeh mau pergi"
hembusan nafas jeksen terdengar hampa
"aku memang tidak berhak melarangnya tapi dia harus memikirkan kesehatannya juga" ucap jeksen dalam hati
"hallo, hallo jeks..
"oh, iya yasudah cit makasi ya" lanjut jeksen menutup telfonnya
dan kembali melanjutkan pekerjaannya,
jam yg melingkari tanngannya sudah menunjukan pukul setengah lima sore pekerjaannya akan segera selelesai