Kelas A [End]

By Lina_Dianita

1.7M 170K 9.3K

Vlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang ba... More

Cuplikan
Vlo, Egha dan Kelas A
Kelas A dan Masalah di Dalamnya
Vlo dan Teman-teman Barunya
Lintang, Olivia dan Kursi Vlo
Kelas A dan 'Dare or Dare'
Vlo, Egha dan Mereka
Alfin, Lintang dan Galang
Perasaan Galang dan Perasaan Alfin
Vlo, Egha dan Hubungan Mereka
Egha, Vlo dan Rencana Olivia
Lintang, Galang dan Alfin si Pendiam
Putra, Ketua dan OSIS
Anggota Baru Kelas A
Lintang, Alfin dan Ibunya
Egha, Vlo dan Masa Lalunya
Alfin dan Rahasia Masa Lalu
Putra, Alfin dan Tantangan Galang
Kelas A, Putra dan Strateginya
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Lintang, Alfin dan Teman Semejanya

49.9K 5.3K 129
By Lina_Dianita

Esok paginya...

Lintang baru datang saat ia melihat Vlo sedang duduk sendirian di bangku depan kelas, masih membawa tasnya. Artinya Vlo belum masuk ke kelas. Membuat Lintang bertanya-tanya.

Lintang berhenti tepat di depan Vlo. "Kau tidak masuk?" tanya Lintang dingin seperti biasanya.

Vlo mendongak melihatnya. Tersenyum setelah tahu siapa yang bertanya, lalu menggeleng saja.

Lintang mendekat ke pintu, melongok ke dalam. Benar dugaannya, Olivia sedang duduk di kursi Vlo, ngobrol dengan Egha. Jadi Vlo sedang menghindari situasi canggung seperti yang kemarin.

Lintang berjalan kembali mendekati Vlo lalu duduk di sampingnya. Lintang lihat Alfin sudah di dalam. Selain berarti Vlo akan di sini sendirian. Itu juga artinya Lintang harus mulai mendengar ocehan berisik Alfin kalau masuk sekarang. Keputusan tetap di sini bersama Vlo sudah sangat tepat baginya.

"Sejujurnya, aku tidak suka padanya," kata Lintang.

Vlo menoleh menatap Lintang.

"Olivia," jelas Lintang.

Vlo tersenyum. "Secara teknis, aku tidak menyukai perempuan. Aku suka laki-laki. Aku masih normal," jawab Vlo.

Lintang tersenyum sengit, menertawakan itu.

"Mau tukar tempat duduk denganku?" tanya Lintang kemudian.

Vlo segera saja menggeleng menolaknya.

"Kau tidak perlu khawatir. Kalau itu sudah jadi tempat dudukku, aku tidak akan kesulitan untuk mengusirnya," kata Lintang coba meyakinkan Vlo untuk berubah pikiran.

"Kalau saja teman semejamu bukan Alfin mungkin aku akan langsung menyetujuinya," jawab Vlo tidak serius sebenarnya.

Lintang benar-benar tertawa mendengar itu. Tawa yang Vlo pikir jarang terlihat.

"Rasanya aku baru saja gagal melarikan diri dari Alfin," keluh Lintang.

Vlo tertawa menanggapinya.

Rubi baru datang dan berlari ke arah mereka.
"Apa? Apa yang lucu?" tanyanya terlihat begitu penasaran.

Vlo terkejut, heran kenapa Rubi begitu penasaran.

"Vlo. Jawab!! Apa yang lucu sampai Lintang bisa benar-benar tertawa seperti tadi?" tanyanya memegangi kedua pipi Vlo.

Vlo justru tertawa setelah mengetahui Rubi begitu antusias hanya karena melihat Lintang tertawa. Rupanya benar, tawa Lintang itu tadi memang sesuatu yang langka.

"Aku bahkan tidak tahu kalau Lintang bisa tertawa," gumam Rubi menatap Lintang penuh curiga.

Lintang tidak menjawab. Wajahnya sudah kembali datar seperti biasanya.

"Eh???" pekik Rubi baru menyadari kalau Lintang dan Vlo masih menggendong tas masing-masing. "Kalian belum masuk ke kelas?" tanya Rubi dengan heran.

"Kami hanya sedang mencari udara segar," jawab Vlo melengkungkan senyum.

Lintang mengangguk menyetujuinya. "Berada di kelas membuat kami gerah," tambahnya.

Vlo tertawa mendengarnya. Membuat Rubi jadi menyangsikan jawaban itu. Pelan-pelan Rubi berjalan ke pintu lalu mengintip ke dalam.

"Vlo di sini karena ada Olivia di kursinya. Tapi Lintang?" gumam Rubi saat kembali mendekati dua temannya itu.

"Aku sedang mencoba bernegosiasi," jawab Lintang datar.

Lagi-lagi membuat Vlo tertawa. Wajah Lintang yang datar saat mengucapkan lelucon membuat itu justru semakin lucu bagi Vlo.

"Apa? Negosiasi?" tanya Rubi heran.

Sebentar kemudian bel masuk berbunyi. Lintang berdiri, menepuk pundak Rubi saat berjalan melewatinya.

"Aaargh... Lihat saja! Besok aku akan berangkat pagi dan menunggui kalian di sini. Aku tidak akan ketinggalan apa pun lagi besok," gerutu Rubi.

Vlo tersenyum menggandeng  dan mengajak Rubi masuk kelas.

"Vlo, kau kesiangan?" tanya Alfin memutar duduknya saat Vlo mau duduk.

"Dia duduk di depan, sengaja tidak masuk ke kelas," jawab Lintang.

Alfin dan Egha kompak menatap Vlo. Terkejut mendengar keterangan Lintang. Vlo tersenyum saja jadi canggung.

"Memangnya kenapa?" tanya Alfin yang kemudian mendapat pukulan keras di kepalanya dari Lintang.

"Apa itu masih perlu ditanyakan?" tanya Lintang dengan jengkel.

Alfin memegangi kepalanya. "Aaaw... Kau ini kenapa?" gerutunya.

"Kau masih berani bertanya 'kenapa'?" tanya Lintang sudah mengangkat tangan siap memukul kepala itu sekali lagi.

"Tidak," jawab Alfin cepat-cepat melindungi kepalanya dengan lengan.

Vlo tertawa pelan melihat mereka. Sedangkan Egha nampak tengah sibuk melamun.

"Ini serius. Lintang Apa kau memang menyimpan dendam padaku?" tanya Alfin.

Lintang diam saja.

"Atau jangan-jangan...," kata Alfin nampak terkejut dengan ntah apa yang ada  di pikirannya. "Jangan-jangan kau justru menyimpan rasa padaku," kata Alfin menatap Lintang dengan tak percaya.

Lintang lebih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tak habis pikir bagaimana bisa Alfin menyimpulkan seperti itu.

"Oh. Ayolah... Katakan saja! Aku lelaki yang terbuka kok," kata Alfin mengejapkan sebelah mata sambil mendekatkan wajah.

Lintang mendorongnya pelan. "Kau membuatku merinding," katanya. "Aku tidak bisa mengerti jalan pikiranmu. Aku serius, kita harusnya mulai menjaga jarak sekarang," kata Lintang nampak jijik.

Vlo kembali tertawa.

___

Pelajaran baru dimulai saat Alfin berbisik pelan.
"Lintang," panggilnya.

"Hm?" jawab Lintang tanpa mengalihkan pandangan dari papan.

"Jadi, sejak kapan kau mulai menyukaiku?" tanya Alfin.

Lintang menghela nafas pelan berusaha bersabar, agar tidak sampai meneriaki Alfin karena ini jam pelajaran.

"Itu tidak akan pernah terjadi," jawabnya tak tertarik. Ia yakin Alfin tidak benar-benar berfikir begitu. Alfin hanyalah berisik seperti biasanya.

"Hey. Jangan bilang begitu!" kata Alfin menatap Lintang kesal, kelihatan serius. "Kita kan tidak pernah tahu," lanjutnya  mengembalikan pandangannya ke papan.

Lintang menatapnya, heran kenapa Alfin jadi serius begitu. Apa yang salah dengan si berisik itu?

"Ini perasaanku, jadi aku tahu," jawab Lintang mengembalikan pandangannya ke papan tulis juga.

Alfin menatap gadis di sampingnya dengan tak percaya. Lintang tak peduli. Mengacuhkan Alfin begitu saja.

🌟

Guru pelajaran ke empat sudah keluar dari kelas. Vlo merapikan buku dan alat tulisnya. Mengeluarkan kotak makan. Bersemangat akhirnya bisa seperti teman-temannya. Tapi jadi bingung saat Egha berdiri dari kursinya.

"Kau kesiangan lagi?" tanya Vlo mendongak menatap Egha. "Mau aku temani ke kantin?" lanjut Vlo.

Egha tersenyum manis seperti biasanya. Tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak kesiangan," katanya. "Kemarin kau juga di sana, kan? Saat aku bilang akan menemani Icha berkeliling," jelas Egha.

Benar. Vlo baru ingat. Jadi Egha akan keluar lagi hari ini. Vlo agak kecewa, tadinya mengira ia akan makan satu meja dengan Egha hari ini.

Sesaat kemudian Vlo melihat Icha sudah sampai. Menunggu Egha di depan kelas mereka.

"Oh. Itu Icha sudah sampai," kata Vlo menunjuknya.

Egha menoleh memastikan. Lalu kembali melihat Vlo dan tersenyum.
"Aku pergi dulu," katanya berpamitan.

Vlo mengangguk berusaha untuk tersenyum walaupun hatinya membenci ini. Egha membalas senyumnya lalu berjalan keluar kelas.

Lintang memutar duduknya. Membawa serta kotak makanannya. Setelahnya Rubi pun memboyong kotak makannya, duduk di kursi Egha. Vlo tersenyum pada keduanya, senang tidak harus makan sendirian.

Alfin membawa kotak makannya, duduk di kursi Rubi. "Apa kau kesepian?" tanyanya menyapa Putra.

Satu orang lagi menghampiri meja Egha. Olivia.

"Rubi, Apa kau mengenal dia?" tanya Olivia menunjuk Icha yang masih bicara dengan Egha di depan kelas.

Jadi Olivia pun mulai khawatir. Sepertinya dia menyadari Icha memang saingan berat baginya.

Rubi dan Lintang kompak menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang dimaksud Olivia.

"Yang sedang bersama dengan Egha," tambah Olivia.

Vlo diam saja walaupun dia tahu siapa yang ditanyakan Olivia. Karena memang bukan dirinya yang ditanyai olehnya. Lagi pula Rubi juga mengenalnya, Rubi pun pasti bisa menjawabnya.

"Eh??? Bukannya itu Icha?" tanya Rubi terkejut.

"Iya, itu dia," jawab Lintang dengan tenang. Lintang mengembalikan tatapan pada makanan di depannya. Tidak tertarik, seperti biasanya.

"Aku tidak tahu kalau dia sekolah di sini," kata Rubi masih heran.

"Dia bilang, dia baru pindah semester ini," kata Vlo.

Lintang dan Rubi terkejut Vlo menjawab itu. Menatapnya penuh tanya.

"Kau mengenal Icha?" tanya Rubi.

"Baru kemarin kami berkenalan," jawab Vlo tersenyum tipis.

"Oh...," gumam Rubi manggut-manggut.

"Jadi siapa sebenarnya si Icha itu? Apa hubungannya dengan Egha?" tanya Olivia melihat ketiganya bergantian. Nampak masih cemas dan penasaran.

"Hm.. Secara teknis, Icha itu mantan pacarnya Egha," jawab Rubi mengusap dagu.

Disetujui Lintang dengan anggukan.

Olivia terkejut mendengarnya. Tentu bukan hanya dia, Vlo pun terkejut. Gambaran Vlo tentang hubungan Egha dan Icha langsung berbalik. Tadinya ia pikir sudah cukup menghawatirkan ada seorang gadis semanis Icha yang menyukai Egha. Tapi, mantan pacar? Itu artinya mereka pernah bersama, pernah saling menyukai, dan pastinya punya sedikit banyak kenangan tentang itu. Itu juga artinya mereka bisa saja masih saling menyukai.

Egha punya mantan pacar secantik Icha. Dan hubungan mereka terlihat baik-baik saja. Mereka bahkan sedang bersama di luar sana. Sepertinya benar-benar tidak ada harapan bagi dirinya, pikir Vlo.

"Cuma mantan, kan?" tanya Olivia terdengar sudah berubah moodnya.

Rubi mengangguk saja.

Olivia mendengus lalu berjalan kembali ke kursinya kelihatan kesal. Yang ada dipikirannya tentulah tidak jauh berbeda dengan yang dipikirkan Vlo. Bahkan dia mungkin lebih khawatir daripada Vlo.

"Kenapa dia jadi marah padaku?" gumam Rubi menatap Olivia dengan heran. Tertawa kecil merasa lucu melihat tingkahnya.

Lintang tersenyum sengit juga melihat tingkah Olivia.

"Apa jadinya seandainya dia tahu kalau yang baru saja dia tanyai ini juga mantan pacarnya Egha," gumam Lintang tidak mau begitu peduli. Memasukan satu suapan ke mulutnya sendiri.

Rubi mengangguk menyetujui, bergidik ngeri.

"Siapa?" Tanya Vlo terkejut mendengarnya. Menatap Rubi dan Lintang bergantian.

Lintang tersenyum kecut melihat wajah terkejut dan penasaran Vlo.
"Rubi pernah pacaran dengan Egha," jawabnya.

Vlo menatap Rubi, sungguh tak menyangka. Rubi dan Egha? Mereka memang kelihatan dekat. Tapi, wow, jarang-jarang kau melihat seseorang berteman dekat dengan mantan pacarnya sendiri sedekat mereka berdua. Lalu seperti apa sebenarnya hubungan mereka sampai bisa tetap berteman baik seperti sekarang?

"Yah... Sejujurnya tidak ada yang bisa dibanggakan dengan itu," kata Rubi. "Dia sangat membosankan. Egha sama sekali tidak cocok untuk dijadikan pacar," lanjutnya sambil bergidik.

"A-apa?" tanya Vlo setengah tertawa.

"Aku serius," kata Rubi mengangguk dengan wajah sangat meyakinkan."Tahu sendiri kan bagaimana rasanya berteman dengan Egha?" lanjut Rubi. "Dia laki-laki yang baik, peduli, ramah, pintar juga penampilanya keren. Apalagi wajahnya memang tampan. Siapa yang tidak tertarik padanya?"

"Aku," sahut Lintang sambil makan.

Vlo seketika tertawa mendengar sahutan Lintang, sedangkan Rubi nyinyir padanya.

"Yah pokoknya kau pasti tahu maksudku," lanjut Rubi.

Vlo mengangguk,benar-benar mengerti. Dia pun sejujurnya melihat Egha dengan cara yang sama.

"Secara naluri kita pasti inginkan laki-laki seperti Egha untuk dijadikan pacar. Kita berfikir laki-laki sebaik itu terhadap temannya pastilah bersikap lebih manis lagi kepada pacarnya. Lebih peduli, lebih ramah, yah pokoknya lebih," jelas Rubi yang entah kenapa jadi terlihat kesal.

"Tapi pada kenyataannya dia tidak berubah sedikitpun. Se-di-kit-pun," kata Rubi menekankan. "Dia memperlakukanku sama seperti sebelumnya, sama dengan cara dia memperlakukan gadis lainnya. Bukankah itu menyebalkan? Aku merasa hanya status kami saja yang pacaran, tapi sebenernya dia hanya menganggapku teman biasa," cerita Rubi nampak benar-benar jengkel mengingatnya.

"Yang lebih parahnya, dia tidak mau aku merangkulnya seperti ini," Kata Rubi merangkul lengan Vlo untuk mempraktekkannya. "Atau seperti ini," lanjutnya menyandarkan kepala di pundak Vlo. "Apalagi seperti ini," sambung Rubi kini melingkarkan kedua tangannya di pinggang Vlo.

"Bayangkan itu Vlo!!" kata Rubi kesal. Kini melepaskan tangannya dari Vlo.
"Aku pacarnya dan dia tidak menginjinkan aku menyentuhnya. Apa itu wajar? Kurasa dia benar-benar tidak paham dengan apa yang dimaksud dengan pacaran," kata Rubi mengakhirinya dengan jengkel.

Vlo heran mendengarnya. Egha memperlakukan pacarnya seperti itu? Itu memang aneh. Rasanya Egha tidak secupu atau sepolos itu sampai tidak tahu bagaimana cara mainnya(?).

"Dan itu juga terjadi pada Icha," tambah Rubi.

Vlo kembali terkejut mendengarnya. Kepada Icha juga? Jadi mereka mantan pacar tapi tidak punya kenangan apa pun? Seperti Rubi? Situasinya jadi sangat lain sekarang.

"Menurutku dia hanya sedang menolakmu secara halus," komentar Lintang.

"Sepertinya memang begitu," jawab Rubi manggut-manggut menyetujui kemungkinan itu juga. "Tapi bagaimana dengan Icha? Egha menolaknya juga?" tanya Rubi penasaran.

"Entahlah. Mungkin sejak awal Egha memang tidak tertarik pada perempuan," jawab Lintang tersenyum sengit membayangkannya.

Rubi tertawa keras dan mengangguk menyetujui itu. Namun sesaat kemudian ia dan Lintang kompak menatap Vlo yang terdiam, tidak ikut tertawa.

"Kalian ini yang benar saja! Aku sampai merinding membayangkannya," kata Vlo menatap lengan, yang bulu-bulunya sudah berdiri. Benar-benar takut kalau Egha memang seperti yang mereka berdua katakan.

Lintang dan Rubi menertawai Vlo dengan puas.

Setelah itu mereka menyelesaikan makan sambil beberapa kali bercanda. Rubi dan Alfin kembali ke kursinya masing-masing saat bel masuk berbunyi. Dan Vlo jadi berpikir macam-macam saat melihat Egha kembali. Ini gara-gara Lintang dan Rubi.

Egha memberikan sepotong roti pada Vlo saat dia duduk. Roti yang sama dengan yang diberikan Nathan kemarin. Vlo baru mau bertanya saat Egha sudah lebih dulu berkata
"Bisakah kalau kau tidak usah bertanya alasannya?" katanya sambil tersenyum manis.

Vlo menelan lagi kata-kata yang sudah mencapai ujung lidahnya.

Egha tertawa melihat Vlo benar-benar melakukan permintaannya.

____________

Vlo sampai di rumah. Seseorang mengetuk pintu depan saat Vlo baru saja selesai memakai baju setelah melepas seragamnya.

"Tunggu sebentar!" seru Vlo berjalan cepat.

Dia membuka pintu dan mendapati Alfin ada di teras rumahnya. Vlo terkejut, jantungnya jadi berdebar mengetahui Alfin serius main ke rumahnya. Jadi bimbang, apakaj tidak apa jika menyuruhnya masuk.

"Ayo main ke tempat Egha," kata Alfin tersenyum sumringah.

Vlo cukup lega mendengarnya. Akhirnya mengangguk. Setelah kembali ke dalam mengambil dompet, Vlo keluar dan mengunci pintu. Lalu ia dan Alfin berjalan menyusuri komplek.

Beberapa ibu-ibu yang tengah melakukan konferensi menatap mereka penuh tanya. Vlo dan Alfin jadi canggung terus diawasi begitu. Keduanya kompak tersenyum dan menyapa ibu-ibu penguasa komplek itu.

"Wah, Vlo sudah punya pacar ya?" tanya salah seorangnya tersenyum dengan ramah.

"Bu-bukan Bu, ini anaknya Bu Rita," jawab Vlo.

"Bu Rita?" tanya mereka heran.
Mungkin memikirkan hal sama seperti saat Vlo baru pertama diberitahu Alfin bahwa dia adalah adiknya Bang Doni. Waktu itu setahunya Bang Doni tidak punya adik.

"Iya Bu," jawab Alfin singkat saja.

Ibu-ibu itu tidak lagi mempertanyakannya. Pastilah berpikir untuk membahas itu nanti saja. Setelah Vlo dan Alfin berlalu.

"Mau kemana?" tanya yang lainnya lagi.

"Ke depan situ," jawab Alfin. "Sama keliling-keliling sekitar sini aja," lanjutnya coba tersenyum, namun tetap saja nampak canggung.

Ibu itu manggut-manggut saja.

"Permisi," kata Alfin berusaha mengakhiri percakapan mereka. Menyenggol Vlo, isyarat agar kembali berjalan. Vlo mengangguk mengerti.

"Mari Bu," pamit Vlo dengan sedikit membungkuk lalu kembali berjalan.

"Itu alasannya kenapa aku mengajakmu," gumam Alfin pelan saat mereka mulai berjarak dari kerumunan. "Kemarin aku pergi ke warung untuk membeli sesuatu. Ibu-ibu melihatku sambil berbisik satu sama lain. Aku jadi merasa tidak enak sendiri," cerita Alfin.
"Ya aku sadar sih, wajahku ini memang tampan. Wajar kalau ibu-ibu itu jadi penasaran padaku," tambah Alfin sambil terkekeh.

Vlo ikut tersenyum. Sebenarnya sedikit tahu kalau ini tidak seperti itu, ia juga tahu kalau Alfin pun sebenarnya menyadari itu. Apa lagi Bu Rita ibunya Alfin itu memang jarang di rumah, pun jarang bergaul dengan ibu-ibu lainnya. Mau bagaimana lagi, beliau single parent dan harus menyekolahkan anak-anaknya. Beliau pekerja keras, wajar kalau jarang di rumah. Alfin pun nampaknya mengerti. Vlo yakin di balik senyuman ceria Alfin itu pastilah banyak bekas luka.

"Bang Doni ke mana?" tanya Vlo.

"Kuliah," jawab Alfin singkat. Tapi kemudian menatap Vlo penuh selidik.
"Kenapa tiba-tiba saja menanyakan Bang Doni?"

Vlo tersenyum saja. Mereka sudah sampai di depan tempat kerja Egha.

"Kau tidak ada hubungan apa pun dengan kakakku kan Vlo?" tanya Alfin lagi.

Vlo tidak menghiraukannya. Selalu menyenangkan memang menggoda Alfin dan membuatnya berpikiran macam-macam begitu.

Vlo masuk dan pandangannya langsung saja tertarik pada sosok tampan dengan balutan apron, berada di balik meja pelayanan. Bukan Egha, laki-laki tinggi dengan rambut gondrong yang diikat. Tatapan matanya tajam, dengan hidung mancung dan pipi tirus.

"Selamat datang," sapanya tanpa senyuman.

Dia dingin sekali, lebih dingin daripada Putra. Dia lebih mirip Lintang versi laki-laki. Dan sebagai pelayan dia tidak ramah sedikit pun kepada pembeli. Tidak seramah Egha tapi bagaimanapun juga dia benar-benar menawan.

__________

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

58.1K 3.8K 50
Hilangnya Vella yang sedang koma di rumah sakit, membuat Altair Mahardhika mengejar-ngejar Lyra ayudia Maheswari yang mirip dengan sahabatnya itu. Al...
2.7M 233K 61
āš ļø BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
952K 50.7K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
3.2M 153K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...