Daily Love

By sugarkoovi

406K 39.1K 2.4K

√ drable series √ baku √ bxb/boyslove Yoongi yang over protektif, posesif, dan pencemburu punya pacar Jimin... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35.😂
35
36
37
38
39
40
41
43
44
hoseok's
45
Q&A
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

42

5.8K 605 59
By sugarkoovi









Masih ingat kalian dengan perjanjian Yoongi dan Jimin tentang taruhan yang mengharuskan Jimin mengenalkan Yoongi pada Lay Guanlyn? Nah, jika kalian lupa maka tidak dengan Yoongi. Meski sebenarnya lelaki itu pun ingat karena melihat lelaki menjulang tersebut tengah merangkul mesra bahu kesayangannya.

Namun, sepertinya Jimin tidak menyadari jika dirinya sedang diperhatikan. Sudah dikatakan, Jimin berubah. Be-ru-bah.

Oh, tentang traumanya? Ini juga sebagai terapi. Jimin sedang mencoba memberanikan diri untuk bersentuhan dengan siapa pun, tapi dengan catatan dalam keadaan ramai. Dan, Jimin tidak perlu takut Lyn akan melecehkannya di tempat seramai taman kampus ini. Mereka tidak hanya berdua, ada Taehyung juga.

"Jim," Taehyung mengedikkan dagu, menunjuk arah kiri.

Jimin spontan menoleh dan tersenyum sambil melambaikan tangan dengan polos. "Hyung, sudah selesai kuliahnya?"

Yoongi tidak menjawab, hanya berdiri angkuh dengan satu tangan meremat tali ransel yang tersampir di bahu kiri dan tangan lainnya mengusal di dalam saku jena belelnya. "Hei, anak muda, singkirkan tanganmu dari sana."

Lyn sedikit membeku, melirik kearah Taehyung yang balas menganggukkan kepala cepat. Aura Min Yoongi pekat sekali, seperti kopi. Hitam dan pahit. Lyn segera melepaskan rangkulannya, mencoba tersenyum untuk beramah tamah dengan lelaki yang sama pucat sepertinya.

"Halo, Sunbae, aku Lay Guanlyn. Jurusan bisnis, salam kenal."

"Min Yoongi, Jimin's only." Yoongi berkata dengan ekspresi datar dan tatapan tajam lurus menatap Lyn, membuat Lyn kehilangan senyum dan meneguk ludah kesusahan. Kemudian, Yoongi melirik Jimin sekilas yang masih sempat mengulum bibir untuk menahan senyum. "Ini terakhir aku melihatmu menyentuhnya. Tidak ada lain kali."

"Maaf, ya. Dia memang sedikit menjengkelkan." Jimin menepuk bahu Lyn pelan sebelum pergi menyusul Yoongi.

"Astaga, jadi lelaki pucat itu yang selama ini berhasil membuat Jimin jadi melankolis? Aku jadi heran, apa yang Jimin sukai dari lelaki dingin dan posesif seperti Min Yoongi itu?" Lyn bergumam heran sambil menatap Jimin yang berlari kecil untuk membujuk Yoongi.

Serius, bocah lucu dan imut seperti Jimin harus jatuh pada manusia seperti Min Yoongi yang menyerupai raja penguasa kutub? Lyn bergidik. Kemudian dia menoleh pada Taehyung yang sudah menyumpal telinga menggunakan headset, matanya terpejam, dan kepala mendongak dengan dua tangan sebagai penyangga.

Taehyung membuka mata ketika kabel headsetnya ditarik paksa, tapi bukan lagi sosok Lyn yang duduk disampingnya, melainkan mantan kekasihnya. Jeon Jungkook.

"Hai," Taehyung mengulas senyum tipis, mencoba menutupi segala rasa sakit yang setiap saat menggerogotinya jika berhadapan dengan lelaki tampan ini.

Jungkook sendiri juga melakukan hal yang sama. Ya, dia memang mengusir teman sekelasnya agar bisa menghabiskan waktu berdua dengan Taehyung. "Kau sudah selesai?"

Taehyung mengangguk pelan. Rasanya masih sulit merelakan Jungkook, tapi dia sendiri masih belum siap menghabiskan waktu hanya berdua seperti ini. Semua itu membuatnya mengingat masa lalu mereka sekaligus luka yang sengaja atau tidak Taehyung berikan untuk lelaki rupawan disebelahnya. Maka jangan berharap taehyung bertahan berlama-lama duduk ditempat.

"Mau kemana?" spontan, Jungkook mencekal pergelangan tangan Taehyung.

"Ke perpustakaan, ada buku yang harus kukembalikan."

Jungkook tidak langsung menjawab, memilih menatap Taehyung dalam-dalam. "Kau tidak sedang menghindariku kan, Tae?"

Taehyung membuang wajah, menggigit pipi dalamnya. Otaknya diperas untuk alasan yang lebih masuk akal, tapi dia tidak menemukannya. Dari pada semakin tertekan, Taehyung kemudian menoleh lagi dan tersenyum meyakinkan. "Kenapa aku harus menghindar? Bukankah kita sepakat untuk tetap berteman?"

Status teman nyatanya menyakiti keduanya. Tidak dipungkiri, Taehyung bisa melihat binar sendu dinetra sepekat jelaga milik lawan bicaranya. Namun, dia sendiri pun tidak bisa berbuat apa pun. Hanya ada rasa bersalah tiap kali dia melihat Jungkook. Bagaimana mungkin lelaki ini dengan terang-terangan- bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dengan mereka? Seolah mereka masih menjadi sepasang kekasih sedang fakta menghatam mereka begitu telak?

"Tapi-"

"Jungkook!"

Keduanya menoleh, Lisa -gadis cantik keturunan Thailand dengan rambut cokelat terang- setengah berlari menghampiri teman sekelasnya. Taehyung mengambil kesempatan ini untuk beranjak dan melepaskan diri.

"Lisa, ada apa?"

"Kau lupa? Kita sudah janji akan belajar bersama. Eh, apa aku mengganggu?"

Taehyung lekas menggeleng, tersenyum kalem. "Tidak, aku juga akan pergi."

"Tunggu," lagi, Jungkook mencegah Taehyung, "Taehyung ini Lisa, dan Lisa ini Taehyung."

"Kim Taehyung, salam kenal ya, Lisa." dia lebih dulu mengulurkan tangan pada gadis cantik ini. Pada akhirnya mereka berkenalan. Kalau Lisa adalah pengganti dirinya, sepertinya Taehyung rela saja. Selain cantik, Lisa juga sepertinya gadis yang ramah dan baik.

"Panggil saja Lisa, salam kenal juga, Taehyung. Ah, kau manis sekali." Lisa gemas melihat Taehyung yang tersenyum malu. Sedikit menundukkan kepala dengan lidah yang menjilat bibirnya singkat.

"Terimakasih, kau juga tidak kalah manis." kemudian jabat tangan itu terlepas. Sekali lagi Taehyung mengulas senyum, kali ini lebih lebar. "Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa."

Lisa tahu ada yang salah, terlalu jelas di mata Jungkook saat menatap kepergian Taehyung. "Kalian bertengkar?"

Jungkook menoleh, mengulas senyum getir. "Tidak. Hanya saja-"

"Kau ditolak?"

Semakin hambar saja gurat wajah Jungkook. Dia memang ditolak 'kan? "Apa menurutmu begitu?"

Lisa mengerutkan kening. "Hei, katakan -eh, tunggu, aku seperti tidak asing dengan wajahnya. Dia itu -ah, dia lelaki manis yang waktu itu menghampirimu di kelas 'kan?" mendadak saja Lisa merasa bersalah, "astaga, Jeon Jungkook, terjadi sesuatu diantara kalian?!"

Jungkook menghela napas berat. Menatap kosong tanah hijau disekitarnya. "ya, terjadi sesuatu dan aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Ayo, teman-teman yang lain pasti sudah menunggu."

Lisa hanya bisa menganguk. Mengekori Jungkook yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya. Lalu, secara tiba-tiba gadis itu meraih lengan lelaki September itu sampai menoleh. "Bukankah kita teman? Aku siap mendengarkan jika kau mau cerita."

Bibir tipis itu tersenyum, "terimakasih, tapi sepertinya aku belum siap membawa orang lain ke dalam duniaku bersama Taehyung."






=_=






Yoongi agaknya menyesal karena telah mengabaikan Jimin selama sisa perjalanan pulang. Lelaki manis yang sedari tadi membujuknya agar tidak merajuk sudah putus asa. Berbalik arah memusuhi serta mendiamkannya. Kalau sudah begini, Min Yoongi ‘kan jadi lemah.

"Jiminie," mereka masih di dalam mobil, niat Yoongi adalah membawa Jimin ke apartemen. "Baby,"

Jimin diam saja, menatap keluar jendela. Dia kenal dengan area apartemen ini, apartemen milik Yoongi yang dulu pernah dia singgahi. Sedikitnya dia merasa gugup, tapi dia sedang kesal.

"Oke, aku akui salah, maaf."

Pada akhirnya Jimin menoleh, tapi tampangnya masih sinis. "Kalau kau mengulangi hal seperti ini lagi aku benar-benar akan menghukummu, mengerti?"

"Apa menurutmu tindakanku salah?" Yoongi bertanya dengan polosnya.

"Salah tidak, tapi kau berlebihan. Lyn temanku, sahabatku sejak kami SMA. Bahkan dari pada kau, aku lebih dulu mengenalnya."

"Aku tidak mempermasalahkan seberapa kalian saling mengenal, aku tidak suka dia menyentuhmu secara berlebihan." Pada akhirnya Yoongi mendengus kesal.

"Itu sama saja kau menuduhnya yang tidak-tidak. Dia baik dan aku percaya. Jadi-"

"Aku tidak menuduhnya, Jimin. Aku hanya tidak suka milikku disentuh orang lain secara sembarangan! Kau paham atau tidak?!" Yoongi kehilangan kesabaran, kelepasan meninggikan suara yang membuat Jimin terdiam karena terkejut.

Yang lebih muda meneguk ludah kasar, menghela napas pelan-pelan. "Hyung," dia memulainya dengan pelan, "kalau kau tidak menuduhnya lalu kau menuduhku? Maksudmu aku yang kegenitan dan mau disentuh sembarangan? Atau kau mau mengatakan jika semua ucapanmu yang mengatakan kau ingin sembuh waktu lalu hanya bualan? Begitu?"

"Jimin, kau tahu bukan itu maksudku-"

"Lalu? Sampai kapan kau akan bersikap over protective dan posesif padaku? Sampai kapan kau begini dan melarangku bergaul dengan orang lain yang kubutuhkan juga untuk proses kesembuhanku?" Jimin menjeda, menatap Yoongi yang belum melunak. "Kau boleh cemburu, tapi kau tidak boleh lupa jika aku bukan sepenuhnya milikmu. Sebagian dari diriku masih milik diriku sendiri."

"Jiminie, aku hanya-"

"Kau tidak percaya padaku? Kau takut aku meninggalkanmu setelah apa yang kita lalui dan aku memutuskan untuk kembali padamu?"

"Aku percaya, tapi-"

"Tidak ada tapi ketika kau memutuskan untuk percaya pada seseorang, Hyung." Jimin mencoba sabar, memberi pengertian pada Yoongi tentang hubungan mereka yang dirasa tidak sehat.

Mulut Yoongi kelu. Kepalanya menunduk begitu dalam sambil mencengkeram setir erat-erat. Dia tidak mau kelepasan emosi, dan beruntung saat itu Jimin tiba-tiba menariknya mendekat untuk direngkuh dalam sebuah pelukan hangat.

Jimin meletakkan kepala Yoongi agar bersandar di bahunya, mengelus punggung serta kepala lelaki pucat itu lembut. "Semua akan baik-baik saja, Hyung. Kau hanya perlu percaya. Penuhi janjimu untuk sembuh demi kita. Penuhi janjimu untuk membuatku bahagia bersamamu. Tapi jika kau terus membuatku tertekan dengan sifat posesifmu yang berlebihan dan tidak sanggup percaya, aku akan sedih. Sebuah hubungan tidak akan berjalan lancar jika hanya salah satu pilar yang memegang teguh kepercayaannya. Jangan membuatku menyesal atas keputusan yang sudah kuambil untuk kembali bersamamu, Hyung. Bisa 'kan?"

Yoongi menganggukkan kepalanya pelan. Balas memeluk tubuh mungil Jimin. "Terimakasih sudah mengingatkanku. Maaf sudah membentakmu dan bersikap berlebihan."

"Aku tahu semua tidak mudah. Pelan-pelan saja, yang penting kau berusaha." Jimin mendorong bahu Yoongi, tersenyum tipis lalu mengecup kening serta pucuk hidung kekasihnya. "Terimakasih sudah menerima nasehatku."

"Apa aku akan selalu diperlakukan manis kalau aku menurut?"

Jimin tertawa pelan, gemas dengan tingkah polos serta senyum kekanakkan milik lelaki Min. "Tentu, kau bisa mendapatkannya kalau kau jadi anak baik."

"Bonus juga?" tawar Yoongi, sedikit meremat pinggul sempit si terkasih.

Kepala Jimin mengangguk, "Bonus juga. Semakin baik sikapmu maka semakin banyak bonus yang kau dapat."

"Apa pun?" bisiknya di depan bibir Jimin, menatapnya penuh minat.

"Apa pun." Jimin tertawa lagi, menahan bibir Yoongi dengan telunjuknya. "Tidak sekarang, Min Yoongi~ssi. Kau harus mengumpulkan poin dulu untuk mendapatkan bonusmu."

Min Yoongi mendecak, "aku kan sudah bersikap baik barusan?"

"Tidak semudah itu. Lagi pula kau sudah mendapatkan bonus di kening dan hidungmu." Serius, kalau begini terus, Jimin jadi gemas pada Yoongi. "Tapi kalau kau mau memasak untukku, mungkin aku bisa pertimbangkan."

“Aku akan melayanimu dengan baik. Jadi ayo turun karena aku ingin mendapatkan bonusku."

Jimin tertawa sekali lagi, turun dari mobil dan menyambut uluran tangan kekasihnya untuk di genggam. Berjalan memasuki kawasan apartemen. Ah, begini ya rasanya bahagia mesra bersama pasangan?


Fin!
=_=


Selamat hari Senin!
😘


GIGI
OCTOBER 15, 2018

Continue Reading

You'll Also Like

462K 8.6K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
47.2K 3.4K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
46.4K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
239K 35.9K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...