MESS UP

De grstlps_

5.6K 582 155

Jimin punya pacar. pacarnya cantik sekali. rambut coklat dengan kaki jenjang dan badan indah. Jimin suka paca... Mais

01 : Bertemu
03 : Chivalry Is Dead
04 : Getah Pohon Akasia
05 : Persimpangan

02 : Namjoon itu..

1.2K 161 28
De grstlps_

"Jim, sudah kuliah?"

Jimin sedang duduk di lantai, membuka kardus-kardus Namjoon yang masih berjajar tak tersentuh sedari kemarin.

"Sudah, ini semester empat." Katanya dibarengi suara sobekan plester. Kardus Namjoon isinya kayu, ada yang berebentuk dan ada yang benar-benar hanya balokan kayu.

"Tidak kuliah hari ini?" Jimin menggeleng, menggeser kotak itu lalu mengambil kotak lain. Dibuka, lagi-lagi isinya kayu.

Namjoon melirik, merasa lucu saat menangkap gerutuan Jimin tentang isinya hanya kayu.

"Isinya kayu semua. Aku tukang kayu." Katanya. Jimin menoleh, Namjoon sedang berusaha makan mi dengan tangan kiri. Dia pura-pura tidak menganggap itu lucu, berdeham untuk menetralkan tawa. Lalu dia menggeser kotak itu lagi, membuka kotak-kotak lainnya.

"Mau ditaruh dimana, kayunya?"

"Hngg.. nggak usah repot-repot, nanti Taehyung kemari, dia yang akan membantuku."

Jimin menggeleng, menopang dagu dengan tangan yang ditaruh diatas kardus kayu.

"Abang hanya akan bunuh diri lagi. Aku bisa kok, nyeret kardus sampai gudang."

Bagi Namjoon, kalimat Jimin lebih terdengar seperti gerutuan. Terdengar seperti aku sebenarnya malas tapi kau bisa mati jadi aku akan menolongmu dalam bahasa yang lebih halus.

"Nggak.. serius, kau tetangga baruku, ini nggak benar."

Untuk beberapa saat Jimin diam, menggaruk pipinya yang untuk beberapa alasan, Namjoon benar-benar ingin menggigitnya!

"Tapi barusan abang sudah menyuruh tetangga baru ini membuat mi instan," katanya, lalu tersenyum dengan jenaka. "Jadi tunjukkan dimana gudangnya! Jangan tanggung-tanggung untuk memerintah tetangga baru ini."

Namjoon mendengus, sedangkan dihadapannya Jimin tertawa dengan girang. Daerah flat mereka tidak terlalu terkenal, itu sesutu dengan fasilitas pas-pasan dan tidak tampil di iklan televisi senin malam, jadi kebanyakan orang yang tinggal disini adalah seorang pegawai atau pengangguran yang tidak pernah bersosialisasi.

Bahkan semenjak Jimin pindah dan menetap, Namjoon adalah tetangga pertamanya.

"Aku suka, aku nggak punya tetangga sebelum abang pindah kemari."

Namjoon berhenti memakan minya, dia berdeham, lalu menggosok mulutnya dengan punggung tangan.

"Mau bantu aku memindah kardus sialan ini?" Katanya, berdiri lalu dengan sok-sokkan bergaya meregangkan pinggang. Jimin tertawa, mengangguk lalu mengangkat satu kardus dengan bersemangat.

"Ayo!"

.

.

.

.

.

Sore harinya, saat Jimin baru saja selesai menggosok rambut basahnya, seseorang mengetuk pintu.

Itu Namjoon, dengan wajah dan tubuhnya dipenuhi tepung. Jejak kakinya disepanjang koridor bahkan terlihat jelas, tepung.

"Anu.. aku berencana menunggu Taehyung pulang untuk mandi tapi ini benar-benar keadaan darurat." Katanya.

Jimin untuk beberapa saat hanya diam, lalu dengan tiba-tiba terbahak begitu kencang. Dia mengusap wajahnya dan dengan bersemangat mendorong punggung tetangga barunya masuk kedalam rumah yang diselimuti tepung putih. Benar-benar kacau.

"Ini kecelakaan, serius."

Jimin hanya tertawa, pipinya sakit dan merah. Dia harus berhenti tertawa tapi itu benar-benar sulit.

"Abang benar-benar konyol."

"Dan kau benar-benar cantik. Tertawamu cantik."

Dan itu sukses membuat Jimin membisu. Pipinya lebih merah dan dia hanya terus mengalihkan pandangannya.

"Cerewet. Mandi saja, sana!"

Jimin membuang muka, berpura-pura mencari sapu sembari mengipasi pipinya yang memanas. Ini benar-benar memalukan!

"Tentu, tentu aku akan mandi, aku harus bertemu Seokjin hari ini. Tapi Jim, masalahnya gips ini nggak bisa kena air dan aku nggak tahu cara mandi yang benar tanpa kena air." Katanya. Dalam beberapa kerjapan mata, pipi Jimin kembali memerah!

"Ya?" Itu jawaban bodoh, Jimin tahu. Tapi yang bisa muncul dari mulut cupunya hanya kalimat itu saja.

"Ya."

Namjoon mengangguk yakin, tersenyum dengan begitu manis lalu merangkul Jimin, membawanya masuk pada kamar mandi didalam kamarnya.

"Aku menyesal banget, tapi aku benar-benar harus mandi sekarang." Katanya, dibarengi suara hehe yang Jimin rasa, itu tidak terdengar seperti perasaan menyesal sama sekali.

Bajingan ini...

"Aku- aku hanya bantu mencuci wajah saja. Harusnya abang bisa sisanya." Jawaban Jimin terdengar seperti gerutuan ditelinga Namjoon dan itu menggemaskan. Dia benar-benar tidak menyesal telah menghamburkan lima kilo tepung untuk hal ini.

"Tentu. Tentu. Cuci muka, menggosok dan berpakaian. Tentu."

Jimin mendengus, berusaha melepaskan rangkulan Namjoon sembari menggerutu. "Memangnya abang anak SD?"

"Nggak," Namjoon menjawab, menutup pintu kamar mandi lalu menarik kaos mulai dari punggungnya, telanjang dada di depan Jimin. "Tapi aku orang yang cacat tangannya." Katanya lagi, memberikan satu kedipan pada Jimin lalu tersenyum jenaka.

"Tahu nggak abang sekarang terlihat seperti om-om hidung belang?"

Namjoon menggeleng, lalu lagi-lagi tersenyum dengan cara sesat. Lesung pipinya cantik, Jimin serius. Tapi itu justru menambah alarm bahaya dalam otak Jimin berteriak menggebu-gebu.

"Nggak tahu. Aku nggak tahu itu. Aku cuma penasaran, celanaku, dibuka sekarang atau nanti?"

Jimin mengerjap, matanya lurus menatap pada tangan Namjoon yang bermain di kancing celananya sendiri.

"AH BAJINGAAAAAN....."

.

.

.

.

.

Setelah melewati hari yang berat berdebat dengan Namjoon tentang iya-tidaknya dia memandikan Namjoon, Jimin berakhir dilepaskan pria sesat itu setelah Jimin menggosok punggungnya.

Parah, punggung pria itu lebar sekali, Jimin iri. Namjoon benar-benar memiliki semua yang Jimin impi-impikan. Tubuh tinggi atletis dan lesung pipi. Benar-benar tidak adil. 

Harusnya dia nggak hidup di dunia manusia. pergi saja, hidup bersama berang-berang!

"Jim!"

Suara Namjoon menggelegar melewati ruang tamu, Jimin di dapur, menggenggam sekaleng kola sembari mendengus. memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa dilakukan om-om sesat yang saat ini berjarak kurang dari lima belas meter darinya.

"Jim!" lagi, Namjoon berteriak. Jimin terkekeh, lalu dengan kaleng kola yang masih dalam genggamannya dia mendekat, mengetuk pintu kamar mandi dua kali.

"apa lagi?" tanyanya, bersandar miring pada pintu yang tertutup. untuk beberapa saat yang Jimin dengar hanya suara berisik langkah kaki dan sesuatu seperti tabrakan pada lemari penyimpanan.

"Abang?"

"um... tunggu Jim, kurasa, ini.."

lalu terdengar benturan dan suara Namjoon yang mengaduh.

"Abang?"

"ini.. tunggu sebentar.."

"kubantu? Abang sedang apa?" lalu Jimin memutar kenop pintu, pelan-pelan mengintip dan menemukan Namjoon terduduk, dua kakinya masuk pada celana jeans yang tidak terpasang sempurna.

"serius, aku juga nggak ingin kelihatan begini memalukan di depanmu." katanya, sembari menutup sebelah wajah degan satu tangan. Jimin terkekeh, berjongkok di depan abang itu sembari menopang dagu.

"nggak terlalu memalukan kok. ayo, Abang harus berdiri kalau mau pakai celana."

Jimin mengulurkan tangannya, menarik lengan Namjoon yang tidak terluka. Saat berdiri begini dekat, Jimin lagi-lagi merasakan tingkat iri dan dengkinya pada tubuh Kim Namjoon mengalir menggebu-gebu. Pria ceroboh yang tangannya sedang cacat ini tubuhnya benar-benar kurang ajar. Itu adalah tipe tubuh yang diinginkan semua pria. tubuh tinggi besar dengan otot yang nggak berlebihan.

"air liurmu, Jim."

"Aku nggak berliur!" Pipinya panas, memerah dengan cepat.

Lalu setelah mendengar beberapa kekehan Namjoon yang menyebalkan, Jimin berjongkok. Dia membuka lebar-lebar celana jeans yang gagal Namjoon pakai itu tepat di hadapan dua kaki si pria ceroboh.

"Bisa bersandar di meja itu? Aku bisa bantu Abang memasangnya."

Namjoon mendengus, tapi dengan cepat menuruti kata-kata Jimin juga. Dia bersandar, menatap Jimin yang berjengkeng di bawahnya, memasukkan kaki-kakinya pada lubang celana.

"Jangan ketawa." Katanya, satu tangannya yang masih sehat bertumpu pada bahu Jimin yang bergetar karena terkekeh.

"Nggak, bahuku cuma pegal kok." Balasnya. Lagi-lagi terkekeh sembari mendongak dan nyengir. Kelihatan sekali menikmati semburat merah muda malu-malu Namjoon.

"Anjing."

Jimin bahkan baru saja selesai menarik celana jeans itu sampai lutut Namjun saat Taehyung nyengir dengan cara menyebalkan. Bocah itu cuma geleng-geleng sambil bersiul.

"Kupikir Jimin tipe-tipe vanilla, ternyata, mantap betul!"

Jimin gelagapan, buru-buru berdiri dengan muka merah memalukan.

"Nggak! Ini nggak begitu! Abang!" Jimin menarik lengan Namjoon, menyuruh cowok menyebalkan itu membersihkan namanya.

"Aku udah coba menghentikan dia. Tapi gimana, Jimin maksa aku yang cacat ini." Namjoon menggeleng-gelengkan kepalanya, mukanya sok menyesal menyebalkan.

"Abang!"

Muka Jimin jelek sekali. Malu. Si bangsat Namjoon benar-benar bajingan!

"Nggak usah malu, Jim."

"Nggak! Ini nggak- AHH BANGSAT!"

Lalu Jimin menggerutu, jalan keluar kamar mandi setelah menendang kaki Namjoon lalu mendorong Taehyung yang terbahak. Bangsat semua. Dua kakak beradik ini bangsat semua!

Di ruang tengah ada satu pria lagi, tinggi dengan bahu lebar. Dia duduk tersenyum pada Jimin yang malu-malu menunduk untuk sopan santun. Lalu setelah satu tarikan napas, Jimin lari keluar. Menutup pintu depan Namjoon dengan suara gebrakan yang lagi-lagi membuat Taehyung cekikikan.

.

.

.

.

.

Pengen ngeloni Jimin😭

- j e j e -

Continue lendo

Você também vai gostar

56.6K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
477K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
825K 87.2K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...