Daily Love

By sugarkoovi

406K 39.1K 2.4K

√ drable series √ baku √ bxb/boyslove Yoongi yang over protektif, posesif, dan pencemburu punya pacar Jimin... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35.😂
35
36
37
38
39
40
42
43
44
hoseok's
45
Q&A
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

41

5.9K 564 80
By sugarkoovi

Accepted??
=_=















"Kalau kau memang serius, maka aku akan melepas satu tanganku untuknya. Aku dan Taehyung tahu betul apa yang dialami Jimin selama kau tidak ada. Dia murung, tidak mau makan, pendiam, dan bersikap seolah dia baik-baik saja meskipun kami tahu dia menangis diam-diam setiap tengah malam datang. Menangisi lelaki yang meninggalkannya, menangisi lelaki yang tega mencampakkannya tanpa mau mendengarnya. Aku dan Taehyung berusaha sekuat tenaga untuk setidaknya membuat Jimin dekat dengan Namjoon dan Hoseok. Bukan agar dia selalu ingat padamu, tapi aku ingin dia sadar bahwa ada kami yang selalu berada dibelakang ketika dia lelah dan terjatuh."





Serentetan kalimat panjang yang disampaikan Jin semalam setelah Yoongi mengantar tidur Jimin adalah hal yang dia renungkan sepanjang sisa malam yang berlalu.

Jadi dia sekejam itu?
Jadi separah itu efek yang timbul karena ulahnya?
Jadi sebesar itu Jimin mencintainya?
Jadi sedalam itu luka yang dia gores pada hati lelaki manisnya?

Min Yoongi menghela napas. Masih terbaring ditempat tidur dan langsung teringat hal itu lagi. Dia bahkan baru saja membuka mata, entah pukul berapa tadi dia terlelap. Disebelahnya sudah kosong, lalu matanya melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul delapan saat seseorang mengetuk pintu.

"Masuk!" suara serak bernada malas itu menggema, mempersilahkan tamu.

Pintu terbuka, Jimin menghampiri dengan senyum manis di bibir, berbalut sebuah kaus abu-abu berlengan panjang serta celana pendek selutut. Yoongi tebak Jimin baru saja mandi, tampak dari rambutnya yang masih setengah basah.

Lelaki pasi itu mengulurkan tangan yang disambut baik oleh Jimin, menariknya agar duduk ditepian yang kosong. "Selamat pagi, Baby."

"Pagi, Hyung." Jimin menjawab sambil mengelus pipi Yoongi yang direspon dengan senyum tipis yang cukup membuat Jimin berdebar. "Mandi dan sarapan. Omong-omong, hari ini aku libur."

"Kode agar aku mengajakmu berkencan?"

Jimin terkikik, "tidak kok. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dirumah saja untuk istirahat."

"Jadi kau mau mengurungku disini seharian penuh, begitu?"

"Tidak juga." Jimin menggeleng polos. "Memangnya kau tidak bekerja?"

"Hei, panggil aku Hyung! Sopan sekali kau memanggilku seperti itu." Yoongi berpura protes ketika Jimin tidak menggunakan embel-embel Hyung saat bicara dengannya.

"Tidak mau. Kalau seperti itu aku akan tampak seperti adik yang manja untukmu." Dan tentu saja Jimin selalu memiliki alasan tersendiri untuk semua tingkahnya. Untung saja Yoongi tidak keberatan.

"Memang kau siapa?" nah, senyum penuh ejekan itu sukses menggantung di bibir tipis Min Yoongi. Harinya terasa lebih indah dari sebelum-sebelumnya.

Jimin mendengus, melepaskan genggaman Yoongi tapi lelaki itu tidak mengizinkan, justru semakin erat menggenggam. "lepas, aku bukan siapa-siapa. Aku hanya mahasiswa baru jurusan seni tari."

Mau tidak mau Yoongi tertawa, menarik tangan mungil Jimin yang dia genggam untuk dikecupi punggung tangannya. "Kau 'kan belum memberiku jawaban yang pasti."

"Begitu ya? Kalau begitu kita berteman saja."

"Teman seumur hidup."

"Ya tentu saja, seperti aku dan Taehyung, Jin Hyung, juga Jungkook. Kami akan berteman sampai mati." dalam hati Jimin menggerutu, dia tidak sebodoh itu membuat Yoongi puas menggodanya. Jangan harap.

"Aku tidak mau disamakan dengan mereka. Kedudukanku jelas lebih tinggi."

"Cih, memang kau raja?"

"Ya, tentu saja. Dihatimu."

Begitu sederhana dan itu sukses membuat Jimin terbungkam dengan kedua alis menukik. Kesal karena Yoongi menyerangnya tepat sasaran. Dan meskipun dia kesal, tetap saja pipinya bersemu malu.

"Ah, sudahlah. Aku akan menunggu diluar. Jin Hyung dan Namjoon Hyung akan berangkat ke cafe. Taehyung entah pergi kemana. Jadi lekas bangun sebelum-"

"Aku mengurungmu dikamar ini bersamaku seharian."

Yoongi terkikik lagi, satu tangannya masih menggenggam jemari mungil Jimin yang segera beranjak dari posisi duduk. Lucu sekali kalau si mochi ini sedang gugup.

"Hyung, lepas. Aku masih ada pekerjaan." Jimin mencoba lepas, tapi sepertinya Yoongi belum puas mengganggu kekasih hatinya ini.

"Jangan membual, kau mengatakan ingin istirahat seharian ini, jadi jangan katakan kau memiliki pekerjaan untuk diselesaikan."

"Hyung, aku akan menendangmu dari jendela itu kalau kau tidak melepaskanku!"

"Yakin mau dilepaskan? Kita padahal baru saja kembali. Kenapa kau plin-plan sekali?"

Astaga...

Jimin menghela napas, mencoba sabar. Sebenarnya ada apa dengan Min Yoongi? Kenapa mendadak mulutnya berkeju seperti itu?

"Min Yoongi, aku tidak main-main dengan ucapanku. Lepas atau aku benar-benar akan menendangmu keluar dari sini sekarang juga!"

"Oke oke, baik. Begitu saja marah." Yoongi mengalah. Dia tidak mau Jimin merajuk, dia masih ingin bermanja-manja dengan mochi ini. "Tapi sebentar,"

Jimin diam saja ketika Yoongi beranjak, ikut berdiri di depannya. Menatap Jimin lurus-lurus dengan serius. Membuat Jimin mengernyit bingung sekaligus was-was.

"Apa?" tanya Jimin kemudian.

Cup!

Sebuah kecupan diiringi lumatan ringan dicuri Yoongi dari bibir Jimin yang sedikit terbuka.

"Terimakasih untuk sapaan paginya." Yoongi segera berlari kecil menuju pintu, menoleh sekedar untuk menggoda Jimin yang terbengong kaget. "Bernapas, Jiminie. Kau tidak boleh pingsan hanya karena sebuah kecupan."

Mendengar suara Yoongi yang menegur, Jimin sertamerta sadar dan menoleh kesal ke arah pintu yang baru saja tertutup. "Min Yoongi!!!"

"Iya, aku juga mencintaimu, Baby!!"

Dan sahutan yang tidak kalah keras sekali lagi membuat pipi Jimin merona. Yah, sekesal apa pun toh dia suka kalimat itu.






=_=






Sudah dikatakan, Park Jimin bukan lagi makhluk polos menggemaskan yang lemah dan tidak berani melawan. Berkat sugesti yang dia terima selama satu bulan penuh dari Baekhyun, Jimin kini menjadi cukup pemberani. Salah satu contohnya adalah memusuhi Min Yoongi.

Ah, tidak, itu berlebihan. Jimin tidak memusuhi, sebab itu tidak mungkin. Si imut itu hanya sedang menghukum Yoongi yang mencuri kecupan di bibirnya tadi pagi dengan cara mengabaikan serta mendiamkannya. Itu cukup ampuh, meski awalnya Yoongi pun biasa saja.

Jelas 'kan? Yoongi itu manusia super dingin yang nyaris tidak peka terhadap keadaan sekitar. Maka ketika sarapan dia sendiri dan ditinggal Jimin mengerjakan pekerjaan rumah yang lain dia santai saja. Yoongi memilih merebahkan punggung di sofa ruang tengah sambil bermain game, memanfaatkan waktu liburnya dengan sebaik mungkin. Sampai pada makan siang, Jimin memanggilnya untuk makan bersama. Pun, si imut itu masih bungkam. Tidak berkata apalagi mengajaknya mengobrol. Dari situ Yoongi mulai curiga.

Puncaknya tiba dihari menjelang sore tepat pukul tiga lewat lima belas. Jimin duduk bersandar di karpet dengan kaki berselonjor sambil membaca novel. Entah apa Yoongi tidak mau tahu. Jimin memang suka membaca. Sedang dirinya sendiri tidur di sofa panjang, tepat disamping Jimin. Menatap Lamat wajah serius itu.

"Hei, Jiminie," Yoongi memanggil, tangannya terulur untuk memainkan surai Jimin iseng.

"Hng?" Jimin hanya mendengung tanpa menoleh sedikit pun.

"Kenapa diam saja dari tadi?"

"Sibuk."

Nah, Yoongi memicingkan mata. Beringsut semakin membaringkan tubuhnya kesamping. "Kau mengabaikanku seharian ini."

Jimin tidak menjawab.

"Jiminie, kau benar-benar kesal karena aku menciummu? Yang benar saja?!"

Ketika suara Yoongi sedikit naik, Jimin hanya merespon dengan menjauhkan sedikit kepalanya tapi tidak menyahut sama sekali.

"Jiminiiiiiiiiiiee~" lelaki itu merengek kali ini. Serius dia diabaikan? Astaga, dia baru sadar. "Oke, maaf kalau begitu."

Sebenarnya Jimin sedikit kasihan mendengar rengekan serta nada lesu dikalimat terakhir Yoongi, tapi dia tidak boleh lemah. Bisa saja 'kan Yoongi hanya berpura-pura untuk menarik perhatiannya?

Lelaki Maret itu mendudukkan diri, menatap Jimin kosong, tapi jangan kira otaknya diam. Dia sedang mengorek-ngorek cara untuk mendapatkan kembali perhatian Jimin.

Sepuluh menit lewat begitu saja dan Yoongi mulai muak.

"Aku lupa kalau aku ada pekerjaan. Aku pergi dulu."

Jimin mengangkat wajah, mematai punggung Yoongi yang menjauh menuju kamar tamu lalu keluar dengan jaket kulit tersampir di bahu kanan. Jimin menunggu untuk dihampiri, tapi Yoongi tidak melakukannya. Lelaki itu pergi begitu saja tanpa pamit.

"Apa-apaan itu?!" Jimin mendesis sengit. Segera beranjak untuk menyusul Yoongi yang sedang mengutak-atik ponsel di samping pintu mobilnya.

"Apa?" nada datar itu meluncur begitu mulus dari bibir tipis Yoongi ketika ada tangan mungil yang menghalanginya membuka pintu mobil.

"Hyung mau kemana?"

"Agensi."

Kalau sudah irit bicara, berarti Min Yoongi sedang naik darah. Jimin cemberut.

"Kau bilang tidak ada pekerjaan?!" nada bicaranya sedikit naik dengan tatapan sengit yang tidak menyeramkan sama sekali -bagi Yoongi.

"Mendadak." bahu mengedik santai, tangan kembali menjulur untuk membuka pintu tapi Jimin menyusup disana. Menghalangi pintu dengan tubuhnya. Yoongi dibuat menghela napas, "Ji-"

"Apa-apaan dengan helaan napasmu itu?" masih, Jimin bicara dengan nada sinis.

"Sebenarnya apa maumu? Dari pada aku diabaikan untuk apa aku disini? Kau pikir hanya kau yang bisa mengabaikan?"

Mendengar kalimat terakhir Yoongi membuat Jimin mendadak diam. Hanya berkedip-kedip menatap tidak percaya. Lalu, dia tertawa gamang setelahnya. Merasa lucu sekaligus miris. Mereka baru berbaikan dan harus bertengkar lagi, begitu? Menggelikan sekali. Benar-benar menggelikan dan.. menyedihkan.

"Benar, nyatanya kau bisa mengabaikanku berbulan-bulan." Jimin menunduk, mengatur napas karena mendadak saja dadanya seperti ditimpuk ribuan ranjau. "Pergilah, maaf sudah membuang waktumu."

Yoongi terserang panik ketika mendengar Jimin berucap lirih. Sialan! Makinya dalam hati pada dirinya sendiri. "Hei, hei, Jiminie, tunggu sebentar," segera Yoongi mencegat Jimin, berdiri menjulang didepan si terkasih. "Aku-"

"Salah memang kalau aku mengabaikanmu, aku tahu. Aku paham, tapi apa sebatas itu sabarmu untukku? Lalu jika sekarang kau mengabaikanku, untuk apa kau mengajakku kembali?" Jimin mendongak, menatap lurus pada netra lelaki Min. Matanya memang merah, tapi dia tidak bisa lagi menumpahkannya. Jimin sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi kuat dan tidak lemah terhadap sosok Min Yoongi.

Min Yoongi tidak sanggup. Segera dua lengannya mendekap tubuh mungil di depannya. Menumpu pipi dipucuk kepala Jimin tanpa melonggarkan pelukan. "Tidak, jangan memasang ekspresi itu. Aku tidak sanggup. Jangan membuatku berpikir bodoh lagi. Oke, lakukan apapun yang kau mau. Kau boleh mengabaikanku, memukulku, apa saja asal jangan menatapku dengan tatapan terlukamu. Jangan-kumohon-maafkan aku, oke?"

Serentetan kalimat panjang yang sedikit kacau serta terucap kilat itu di dengar Jimin dengan baik. Lelaki mungil itu diam-diam mengulum senyum. Dua tangannya perlahan melingkar ditubuh Yoongi lalu kepalanya mengangguk dua kali.

"Terimakasih." katanya disusul kecupan bertubi-tubi dipucuk kepala.

"Hyung," Jimin menjauhkan kepala, mendongak untuk menatap Yoongi dengan binar mata penuh rayu, seperti anak anjing yang meminta perhatian majikannya.

"Jangan menatapku seperti kucing jalanan yang minta dipungut atau aku akan menciummu sampai pingsan!"

Geraman itu dibalas kikikan geli oleh Jimin, lelaki mungil itu bahkan sampai mengusal di dada Yoongi karena tidak tahan menahan tawanya. Ternyata membuat Yoongi gemas padanya adalah sesuatu hal yang menyenangkan.

"Kenapa? Katakan apa maumu sekarang sebelum aku berubah pikiran."

Jimin kembali memberikan atensi pada Yoongi. "Boleh aku bertanya?"

"Apa?"

"Jawab dengan jujur," Jimin meneguk ludah, membasahi bibirnya yang mendadak kering. "Kau benar-benar serius ingin kembali? Apa itu berarti kau tidak akan meninggalkanku seperti sebelumnya? Atau kau hanya ingin balas dendam padaku?"

Tangan besar Yoongi menangkup wajah Jimin, "Dengarkan aku baik-baik, kau tahu aku tidak suka mengulang penjelasan."

Jimin mengangguk patuh, dua tangannya meremat sisi jaket kulit yang Yoongi kenakan. Jujur saja, jantungnya sudah tidak bisa tenang di dalam sana.

"Aku serius. Sangat-sangat serius, bukti otentikku ada pada kakakmu. Risiko yang aku tanggung tidak seringan yang kau pikirkan. Aku tidak mau menyiakan kesempatan emas yang belum tentu bisa di dapatkan oleh orang lain dari kakakmu. Satu jaminan paling berharga dan bisa kau pegang untuk menggenggam janjiku yang tidak akan meninggalkanmu sudah kuberikan pada kakakmu. Jadi-"

"Kenapa selalu kakakku? Kenapa kau memberikan semua bukti itu pada kakakku, Hyung? Kenapa-" Jimin tidak mengerti, mereka yang menjalani hubungan kenapa harus Seojun ikut terlibat?

"Jangan potong ucapanku!" Yoongi mengecup kening Jimin, merasa sudah membentak kekasih hatinya. "Maaf aku tidak bermaksud membentakmu." dia menghela napas sebelum kembali bicara, "Kau tanya kenapa? Jawabannya karena dia adalah kakakmu, satu-satunya keluarga yang kau miliki di dunia. Dia adalah orang yang paling wajib menjaga serta melindungimu setelah orang tuamu tiada. Karena dia adalah wali sahmu yang harus aku tembus untuk meminta restu. Karena Park Seojun merupakan gerbang untuk menuju duniamu sekaligus hakim yang lebih jeli serta teliti untuk memilah seseorang yang dianggap pantas mendampingimu seumur hidup."

Jimin tertegun, terharu dengan pemikiran Yoongi yang begitu rumit.

"Dan soal balas dendam,"

Jimin menahan napas, menunggu-nunggu ucapan Yoongi. Lelaki itu masih dan terus menatap lurus ke dalam matanya selama bicara.

"Benar, aku dendam padamu. Dendam pada seseorang yang dengan seenaknya masuk dan mengusik hidupku. Jadi sebagai hukuman, aku akan menjadikanmu tahananku seumur hidup."

Jimin meremang, semakin meremat jaket Yoongi ketika bibir lelaki itu menciumnya dalam-dalam. Ah, jika sudah seperti ini apa Jimin masih harus ragu terhadap keputusannya untuk menerima ajakan Yoongi untuk kembali?

Rasanya bodoh sekali.




Fin!
=_=

Komen Juseyoooooo!!
😘


GIGI
OCTOBER 11, 2018

Continue Reading

You'll Also Like

470K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
48.3K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
75.1K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
74.9K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...