Daily Love

By sugarkoovi

406K 39.1K 2.4K

√ drable series √ baku √ bxb/boyslove Yoongi yang over protektif, posesif, dan pencemburu punya pacar Jimin... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35.😂
35
37
38
39
40
41
42
43
44
hoseok's
45
Q&A
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

36

5.4K 583 35
By sugarkoovi

Boy in Luv
•﹏•











Lalu kemudian waktu berlalu. Jimin menyimpan banyak pertanyaan dikepala tepat ketika dia melihat Yoongi mengekori Seojoon di bandara. Namun, secara tiba-tiba Jimin ingat jika ayah Yoongi pun tinggal di Jepang, maka jika mereka tidak sengaja bertemu itu mungkin saja.

Yang Jimin herankan, kenapa Seojoon yang biasanya menolak sebuah bantuan kali ini menerima? Jimin khawatir jika Yoongi menyogok atau memaksa kakaknya agar mau diajak kompromi.

Yah, Jimin tidak tahu saja kalau semua itu memang sudah diatur sedemikian rupa.

Seojoon bahkan betah mengobrol ditaman belakang bersama Yoongi setelah mereka makan siang bersama. Jimin ingin menyela, ingin mengusir, tapi dia takut kakaknya akan mengomel. Dia tidak mau merusak momen, karena kakaknya mulai jarang menengok dirinya, entah memang sibuk atau ada alasan lain.

Jimin masih betah berdiri dibalik tembok, mengintip sekaligus mencuri dengar percakapan dua orang itu, sampai pada akhirnya Yoongi beranjak setelah menerima telpon.

"Maaf, Hyung, aku harus pergi. Rekan kerjaku diagensi membutuhkanku."

"Apa besok kau sibuk?" Seojoon menimpali tanpa basa-basi.

"Aku kuliah pagi dan siangnya bekerja. Mungkin senggangku saat makan malam. Ada apa?"

Jimin segera beranjak dari tempat saat Yoongi dan Seojoon memasuki rumah, berlari kecil menuju sofa dan berpura-pura sibuk dengan acara kartun di televisi tanpa menutup telinga.

"Makan malam disini kalau begitu. Kalau tidak keberatan, masih banyak yang ingin kubicarakan."

Yoongi melirik pada Jimin yang tampak fokus pada layar televisi, kemudian menatap Seojoon lagi. "Akan aku usahakan."

"Jiminie," panggil Seojoon yang direspon pemilik nama dengan tatapan sok polos.

"Ya, Hyung?"

"Yoongi mau pergi, antar dia sampai depan. Hyung ingin mandi."

Jimin mengernyit tidak suka, berniat protes tapi Seojoon lebih dulu memelototinya. "Hati-hati, Hyung, nanti bola matamu menggelinding." ujarnya sambil lalu.

"Hei!" Seojoon menatap punggung adiknya yang berjalan menuju pintu keluar, mendengus tidak percaya. "Astaga, apa benar dia adikku? Kemana sikap manisnya yang selalu membuatku rindu?"

Yoongi terkikik. "Kau tahu, Hyung, dia selalu seperti itu padaku sejak pertemuan kami lagi. Dia dulu juga sangat manis, tapi adikmu yang seperti ini justru menurutku semakin manis."

"Dasar bocah! Sudah sana pergi! Dan, jangan coba macam-macam, aku mengawasimu dari dalam. Aku hanya ingin membuktikan apakah adikku masih menyukaimu atau tidak."

"Kenapa begitu?" Yoongi bertanya dengan alis menukik.

Kedua bahu Seojoon mengedik santai. "Kalau tidak dia akan kujodohkan dengan lelaki lain, tentu saja."

"Hei, Hyung, kau sudah berjanji akan membantuku kenapa-"

"Begitu saja sewot." cibir Seojoon. "Kau pikir aku akan semudah itu berkata iya meski pun kau sudah meminta restu pada orang tuamu? Aku 'kan juga perlu pertimbangan dari adikku. Itu baru adil."

"Hyung-"

"Pergi sekarang atau aku benar-benar akan menjodohkan-"

"Baiklah-baik. Aku pergi. Sampai besok, Hyung!"

Yoongi melangkah keluar rumah, disambut Jimin yang menatapnya penuh selidik dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Apa?"

"Kau pasti melakukan sesuatu pada kakakku 'kan?"

"Kalau iya, masalah untukmu? Itu urusanku." timpal Yoongi kelewat santai dan sukses membuat Jimin terdiam, lalu ketika lelaki manis itu akan mendebat, Yoongi segera menyela. "Hei, Jiminie,"

"Apa?"

"Kapan terakhir kita bertemu?"

Pertanyaan bernada serius itu direspon dengan tatapan bingung oleh Jimin. Namun, tetap saja dia meladeni. "Tiga hari yang lalu, kurasa."

"Benarkah?" tanya Yoongi dengan kerutan dikening. "Serius?"

"Apa sih? Kau tidak jelas. Sudah bertanya, dijawab, kau juga yang tidak percaya."

"Bukannya aku tidak percaya." omong-omong, mereka berdua berdiri di depan pagar rumah tepat disamping pintu mobil Yoongi.

"Lalu?"

"Hanya.. kenapa rasanya rindu sekali??" Yoongi mengulum senyum, menahan kedut ditiap sudut bibirnya ketika melihat Jimin memerah dan salah tingkah. Lelaki mungil itu gelagapan dan menurut Yoongi itu imut sekali. "Aku suka melihatmu tersipu."

"Diam, brengsek!"

"Bahasamu, Baby." tegur Yoongi, dia selalu risi ketika mendengar Jimin berucap kasar. Meski tidak dielak jika Jimin yang ganas justru makin mempesona. "Kau boleh menjadi kuat dan pemberani, tapi kau harus ingat kalau mulutmu terlalu manis untuk bersarkas seperti itu. Kurasa kau harus lebih pintar memilih teman."

"Tidak usah sok mengatur." menghadapi Min Yoongi memang selalu butuh kesabaran ekstra. "Pergi sana, bukankah kau sibuk?"

Satu alis Yoongi terangkat tinggi. "Mengusirku?"

"Menurutmu?"

Sebenarnya Yoongi gemas tiap kali melihat sikap sinis Jimin, tapi sekali lagi itu justru membuatnya semakin menarik. Kemudian tanpa tahu malu, Yoongi melangkah mendekat. Jimin sendiri dengan sigap menghindar lalu merasa bodoh sebab lupa jika dibelakang punggungnya ada mobil. Astaga, dia terperangkap lagi.

"Jangan macam-macam, di dalam ada kakakku. Kau bisa habis dihajar olehnya kalau kau berani berbuat aneh-aneh."

Lagi-lagi Yoongi hanya bisa terkekeh halus. Menatapi dengan lamat wajah Jimin yang lebih manis dari terakhir dia lihat. "Aku tidak mau berbuat macam-macam, cukup semacam saja. Contohnya seperti-"


Cup!


"-kecupan dipucuk hidung." kata Yoongi diiringi senyuman gusi yang selalu sukses membuat Jimin terpesona. Tangan besarnya mengusap pipi yang merona itu dengan lembut. "Ayo bertaruh lagi?"

Mendengar itu Jimin lekas menepis tangan Yoongi yang bertengger manis di pipi kirinya. Balas menatap tidak setuju, sebab Jimin yakin Yoongi hanya akan mempermalukannya seperti terakhir kali. "Tidak mau."

"Ini soal kakakmu." timpal Yoongi, masih belum menjauh dari tempat. Memilih berlama-lama menghabiskan waktu untuk menatapi wajah Jimin yang sore ini tampak menggemaskan karena tersipu sekaligus kesal.

Jimin mendecak jengah. "Apa lagi sekarang? Kau mau mengatakan jika kakakku menginginkanmu menjadi iparnya, begitu?"

"Apa kau cenayang? Atau kau bisa membaca pikiranku?" Yoongi berucap sok serius dan berakhir dengan seringai dibibir tipisnya. "Aku bahkan berani menjamin seratus -ah, tidak- seribu persen jika kakakmu tidak menginginkan siapa pun untuk jadi adik iparnya selain aku."

"Percaya diri sekali." cibir Jimin menutupi keraguannya. Karena jika Seojoon sudah bersikap begitu manis pada seseorang maka itu tandanya Seojoon mau membuka pintu kesempatan. Dan Min Yoongi yang Jimin kenal adalah tipikal manusia yang tidak segan memanfaatkan kesempatan. "Seojoon Hyung tidak akan melepaskanku begitu saja, apalagi pada manusia sepertimu."

"Sepertiku?" ulangnya, "memang aku ini seperti apa? Tampan, mapan, dan idaman?"

Jimin menjulurkan lidah, berpura mual. "Yang benar itu kau manusia brengsek, jahat, tidak tahu diri, dan angkuh! Ah, satu lagi, egois!"

Percayalah, Yoongi sama sekali tidak tersinggung. Dia justru tertawa kecil, matanya berbinar penuh goda. "Ya, aku akui aku memang jahat, brengsek, tidak tahu diri, egois, dan keburukan lain yang mungkin tidak bisa kau ungkapkan," lalu telunjuknya menunjuk pucuk hidung Jimin yang menatapnya tidak suka. "Tapi bocah mungil dan menggemaskan di depanku ini, yang dulu selalu bertingkah manis pada lelaki yang memiliki sejuta kenakalan ini justru menyukainya. Kalau aku yang bejat saja kau suka apalagi aku yang baik?"

Jimin menggeritkan gigi, kenapa dia tidak bisa menyanggah? Mendadak saja ilmu perdebatan yang diajarkan Baekhyun untuk melawan Yoongi lenyap tidak bersisa. Dia tidak suka Yoongi menang, dia tidak suka melihat Yoongi terang-terangan menggoda dan memutar balikkan kata yang sayangnya semua itu fakta. Ini memalukan! Harga diri Jimin tercoreng!

"Sudah tidak usah cemberut begitu. Akui saja apa susahnya? Toh, semua sudah baik-baik saja." Yoongi menggenggam tangan Jimin halus, menariknya agar menyingkir dari pintu.

"Apa?" tanya Jimin saat Yoongi bukannya masuk ke dalam mobil, lelaki pucat itu justru merentangkan tangan rendah.

"Karena aku sedang baik aku akan mengizinkanmu memelukku, takutnya kau rindu karena kita jarang bertemu."

"Tidak, terimakasih."

"Astaga, kau masih malu? Baiklah, kalau begitu aku saja yang memelukmu."

Tepat setelah kalimat itu selesai Yoongi merengkuh tubuh Jimin dalam pelukan. Mengelus kepala lelaki manis itu halus. Yoongi tersenyum, yakin jika usahanya tidak akan sia-sia. Ah, satu hal yang membuat Yoongi bahagia; Jimin masih memiliki respon yang sama setiap kali mereka berdekatan. Bukan, bukan tentang episode, tapi tentang bagaimana lelaki mungil itu terkejut lalu kemudian pasrah menerima perlakuannya.

"Sudah kukatakan kau boleh memelukku." Yoongi tahu Jimin ingin membalas, tapi lelaki itu terlalu gengsi. Merasa diabaikan, Yoongi pun mengurai pelukan mereka. Memilih mengecup pucuk kepala Jimin beberapa saat sebelum akhirnya mengusak rambut hitam itu dan masuk ke dalam mobil.

Jimin tidak bergerak. Hanya diam pasrah dan menatapi Yoongi yang duduk di dalam mobil. Tersenyum padanya ketika kaca diturunkan. Ah, senyum manis itu yang selalu Jimin rindukan.

"Aku pergi. Sampai jumpa, Jiminie."

Dibalik jendela rumah, Seojoon tersenyum tipis. Sepertinya Yoongi memang benar-benar menginginkan adiknya ya?

"Dasar, anak muda." kemudian gorden kembali ditutup, bibirnya bersiul-siul berjalan menuju kamar. Sepertinya dia harus bicara pada adiknya setelah ini.


Fin!
•﹏•

Belahan dadanya omg! 😱😱😱

Awas diterkam mamas nnti!

Tolong, ini knp Jimin cancie bgt huweeee 😭😭

Gmn mamas nggak makin sayang cobaa??

Nah, jd inget bv ep 2 kmren waktu milih kamar, itu waktu Jimin jongkok duduk fiatas kasur sblm Jin masuk,
Aku gemeeesss!
Jimin kiyowo sekaliiii 😭😭

Udah cukup, see you next chap yaw





GIGI
SEPTEMBER 28, 2018

Continue Reading

You'll Also Like

42.8K 8.7K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
46.9K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
616K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...