REPLACEMENT

sitimu46 द्वारा

96.5K 4.7K 101

Naruto, menmahina, naruhina, dewasa, hurt, mrate, ekplicitmaturecontent, fanfiction,ooc अधिक

Part 1. First Love, First Lost
Part 3. Brother In Law
Part 4. Family Man
Part 5. Griefstricken
Part 6. Distance
Part 7. Promise
Part 8. Sweet Dream
Part 9. Jealous
Part 10. Beyond The Reach
Part 11. Assaulting
Part 12. Over Protective
Part 13. Over Protective part 2
Part 14. Loosing Control
Part 15. Clouded
Part 16. Missunderstanding
Part 17. Say My Name
Part 18. Decision
Part 19. Replacement
Part 20. I Wana be With You
Bonus chapter. Thank You for The Happiness
Extra Chapter. You're My Perfection

Part 2. New Life

5.4K 261 7
sitimu46 द्वारा

*****

Hinata yang sibuk memikirkan kakak kelasnya yang tampan yang masih saja selalu dia ingat wajahnya selama tiga tahun ini. Hinata masih terus teringat pada Kak Namikazenya sambil bertanya-tanya apakah calon suaminya itu adalah Kak Namikaze-nya dulu?  

Hinata sungguh berharap hal itulah yang terjadi. Hinata terus bergulat dengan pikirannya sendiri sementara dua orang pelayan tadi berjalan memandunya dan neneknya masuk ke ruangan besar yang kalau dilihat dari deretan sofa mewah yang mengelilingi dua meja pendek adalah ruang tamu di rumah itu.

" Hinata Hyuga, Selamat datang. "

Suara seorang lelaki menyadarkan Hinata dari lamunannya. Hinata menoleh ke arah sumber suara. Di kursi yang berada di salah satu sofa tampaklah seorang pemuda tampan menatapnya sambil tersenyum. Apakah benar dia orang yang akan menikahi dirinya? Ternyata dirinya tidak seberuntung itu bisa menikah dengan orang yang sangat dia cintai dan dia rindukan selama ini. Harapan Hinata bahwa calon suaminya adalah Namikaze Naruto langsung musnah dalam sekejab. Mungkin mulai saat ini, Hinata harus benar-benar merelakan Kak Namikaze-nya yang sudah pergi menghilang dengan meninggalkan secuil kenangan cinta pertama yang pernah dimiliki Hinata dalam hatinya. 

Seorang pemuda tampan berambut hitam dan mempunyai sepasang mata beriris biru yang langsung mengingatkan Hinata pada Namikaze Naruto, kakak kelasnya yang merupakan cinta pertamanya yang masih terus diingatnya hingga sekarang, berdiri sambil tersenyum padanya. 

" Selamat datang calon istriku. Aku harap perjalananmu lancar. " ucap pemuda tampan itu sambil meraih tangan Hinata dan mencium punggung tangan Hinata. Hinata merona malu dibuatnya.

" Te-Terima kasih. " ucap Hinata gugup.

" Kau sungguh cantik, Hinata. Jauh lebih cantik dari fotomu. " ucap pemuda Namikaze itu sambil menatap Hinata.

Hinata kembali tersipu malu mendengar pujian pemuda tampan di hadapannya itu. Saat Hinata memandang wajah pemuda berambut hitam itu, Hinata terpesona dengan mata biru pemuda di hadapannya. Posisinya yang berdiri berhadapan dengan pemuda itu membuat Hinata bisa melihat dengan jelas sepasang mata biru jernih seindah lautan milik pemuda di depannya. Mata yang sama dengan mata milik pemuda dari masa lalunya yang telah membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Hinata jadi bertanya - tanya, apakah semua orang yang bermarga Namikaze mempunyai mata beriris biru jernih yang sangat indah seperti itu? Dan Hinata kembali terjatuh dalam pesona mata biru yang sama, meski dimiliki oleh orang yang berbeda. 

" Aku tahu aku sangat tampan, tapi... Bisakah kau tidak menatapku dengan tatapan penuh cinta seperti itu atau aku tidak bisa mengendalikan diriku dan menyerangmu, Hinata? " ucap pemuda Namikaze yang membuat Hinata tersadar dari keterpesonaannya.

" Maaf.. Maafkan aku.. " ucap Hinata.

Gadis itu menundukkan wajahnya yang terasa panas karena terlalu malu. Bisa-bisanya dia menatap orang yang baru pertama kali dijumpainya dengan cara tidak sopan seperti itu. Hinata benar-benar malu pada dirinya sendiri.

" Tidak apa-apa. Aku malah senang kok. Aku pikir kau akan menolakku karena kita akan langsung menikah padahal belum saling mengenal. " ucap Namikaze muda itu sambil tersenyum.

" Setelah melihat sikapmu itu, bolehkah aku berpikir bahwa kau juga menyukaiku. Karena terus terang, aku sudah jatuh cinta padamu sejak melihat fotomu di daftar wanita single di biro jodoh itu. "

Hinata mengerjab kaget mendengar ucapan pemuda Namikaze itu. Fotonya ada di daftar di biro jodoh? Tapi dirinya tidak merasa telah mendaftar di biro jodoh. Dirinya, meskipun tidak punya pacar atau pun calon suami, tidak akan mungkin mendaftarkan diri ke biro jodoh. Pasti Nenek Kaguya yang melakukan tindakan memalukan itu. Hinata jadi sangat malu mengetahui kenyataan itu. Apakah nenek Kaguya begitu ingin Hinata segera meninggalkan rumahnya hingga melakukan hal seperti itu? Tanya Hinata dalam hati sambil menatap neneknya itu.

" Memang aku yang mendaftarkanmu ke biro jodoh, Hinata. Anak perempuan tidak baik melajang terlalu lama. " ucap Nenek Kaguya seakan bisa membaca pikiran Hinata.

" Dan aku sangat bersyukur Nenek melakukannya. Kalau tidak, mana bisa aku menemukan calon istri secantik Hinata. " ucap pemuda Namikaze sambil tersenyum. Hinata hanya bisa memutar bola matanya mendengar gombalan pemuda Namikaze itu.

" Oya. Namaku Menma. Menma Namikaze. " ucap Pemuda itu sambil mengulurkan tangannya, mengajak Hinata bersalaman. Hinata menyambutnya.

" Aku Hinata Hyuga. Tapi kau pasti sudah tahu itu, kan? Namaku pasti juga tertulis di buku biro jodoh itu kan? " ucap Hinata sarkasm. 

Menma mengerjab kaget mendengar ucapan Hinata itu. Dia merasa sudah menyinggung Hinata. Pemuda itu jadi tidak enak pada calon istrinya itu.

" Duduklah Hinata. Kau pasti lelah setelah perjalananmu. " ucap pemuda itu pada Hinata sambil menarik tangan Hinata dan menyuruhnya duduk di salah satu sofa di dekat Nenek Kaguya.

" Jadi.. Kapan pernikahan kalian akan dilaksanakan? " tanya Nenek Kaguya tanpa basa-basi.

" Dua hari dari sekarang, Nek. Sebenarnya semuanya sudah siap, Nek. Tapi aku ingin mengundang Kakek dan Nenekku yang ada di kota lain. Aku juga ingin saudaraku yang ada di luar negeri datang dan ikut merayakan pernikahanku. Jadi akan memerlukan sedikit waktu. " ucap pemuda itu.

" Baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu. Aku akan datang saat pernikahan kalian. " ucap Nenek Kaguya sambil beranjak dari sofa yang didudukinya.

Nenek tua berambut putih itu berjalan menuju pintu keluar. Hinata kaget hingga berdiri dari duduknya karena neneknya akan pergi meninggalkannya secepat itu.

" Nenek! " panggil Hinata sambil mengejar neneknya.

" Kau tinggallah di sini , Hinata. Kau harus mulai membiasakan dirimu untuk tinggal di rumah suamimu ini mulai sekarang. " ucap Nenek Kaguya sambil membelai wajah Hinata.

" Aku baru sadar kau sangat mirip dengan ibumu.. " ucap Nenek Kaguya sambil menatap Hinata dengan mata berkaca-kaca. 

Hinata tersentak kaget melihat neneknya yang biasanya ketus dan galak itu menangis dihadapannya. Namun dengan cepat Nenek Kaguya mengusap matanya, menghapus jejak air matanya tanpa bekas.

" Jaga dirimu baik-baik dan berlatihlah menjadi istri yang baik mulai sekarang. Nenek pulang dulu. " ucap Nenek Kaguya sambil membelai kepala Hinata. Selanjutnya nenek tua itu lalu berjalan keluar dari ruang tamu mewah di rumah keluarga Namikaze itu.

Hinata hanya bisa memandang kepergian neneknya dengan perasaan bingung. Bagaimana bisa neneknya tega meninggalkannya di rumah orang asing begitu saja? Apa yang harus dia lakukan di rumah orang asing ini sekarang? Tanya Hinata dalam hati.

" Ayo aku antarkan ke kamarmu, Hinata. Kau pasti lelah. " ucap Menma mengagetkan Hinata.

Hinata menoleh dan mendapati Menma mengulurkan tangannya. Dengan berat hati, Hinata menyambut tangan calon suaminya itu yang kemudian membawanya menyeberangi ruang tamu itu dan memasuki ruang tengah yang tak kalah mewahnya dengan ruang tamu lalu terus mengajaknya masuk ke sebuah ruangan kamar mewah dan luas dengan ranjang besar yang terlihat empuk dan nyaman. Hinata sedikit kaget melihat koper yang dibawanya dari rumah tadi sudah ada di kamar itu.

" Mulai sekarang kau akan tinggal di sini sebelum pindah ke kamar utama setelah pernikahan kita. " ucap Menma sambil melepaskan tangan Hinata yang sejak tadi digenggamnya.

" Kalau ada yang kau perlukan kau panggil saja kepala pelayan dengan telpon itu di line 1. " ucap Menma.

" Terima kasih. " ucap Hinata.

" Istirahatlah. Kau akan dipanggil makan malam jam 7 tepat nanti. " ucap Menma sambil membelai kepala Hinata dengan lembut.

" Aku keluar dulu. Istrirahatlah. " ucap Menma lalu mengecup kening Hinata sesaat lalu keluar dari kamar Hinata.

Hinata terkejut Menma sudah menciumnya padahal mereka baru bertemu pertama kali. Tapi Hinata tidak bisa protes atau apapun karena pemuda itu keburu pergi. Dia hanya bisa mendengus kesal karena menurutnya perbuatan pemuda itu adalah perbuatan lancang. Mungkin Menma menganggapnya biasa saja karena menganggap dirinya adalah calon istrinya jadi dia berhak melakukan itu padanya. Dan Hinata hanya bisa pasrah.

Waktu begitu cepat berlalu. Pernikahan Hinata dan Menma dan dilangsungkan dengan pesta  yang mewah di sebuah hotel berbintang lima di pusat Kota Konoha. Kakek dan Nenek Menma benar-benar datang ke pernikahan.

" Kau mendapatkan istri yang sangat cantik, Menma. Sayangi dan cintai dia. Jangan sampai dia kabur darimu. " ucap Kakek Hasirama, kakek dari Menma, sambil memandang Hinata yang membuat gadis itu tersipu malu.

" Tolong jaga cucu kami, Hinata. Dia mungkin pintar berbisnis tapi dia sering ceroboh dalam menjaga dirinya. " ucap Nenek Mito pada Hinata sambil membelai kepala Hinata.

" Saya akan berusaha, Nek. " ucap Hinata kepada nenek dari suaminya itu.

Dan sesuai yang yang dijanjikannya, Nenek Kaguya juga menghadiri pernikahan Hinata dan Menma.

" Aku sungguh berharap kau akan bahagia, Hinata. Nenek akan selalu mendoakan kebahagiaanmu. " ucap Nenek Kaguya pada Hinata sambil memeluk cucunya itu dengan erat.

Hinata balas membalas pelukan Neneknya itu tidak kalah erat. Meski tidak terlalu dekat dengan neneknya itu tapi neneknya itu telah bersedia menampung dan menghidupinya serta berperan sebagai pengganti orang tuanya setelah orang tuanya meninggal. Dan Hinata tidak akan melupakan semua kebaikan neneknya itu.

" Terima Kasih atas semua kebaikan Nenek selama ini. " ucap Hinata. Tanpa terasa air mata mengalir dari sepasang mata beriris ungunya.

" Sekarang rumah suamimu adalah rumahmu , Hinata. Dan suamimu-lah keluargamu. Kau harus mencintainya, menghormatinya dan menyayanginya. Kau mengerti, Hinata? " nasehat Nenek Kaguya.

" Iya Nek. " isak Hinata.

" Kau memang anak yang baik, Hinata. Semoga Tuhan selalu memberimu kebahagiaan. " doa Nenek Kaguya.

" Terima kasih Nek. Nenek juga jaga diri. Nenek sendirian di rumah sekarang. " ucap Hinta sambil terus menangis.

" Kau tidak perlu mengkhawatirkan Nenek lagi, Hinata. Semua akan baik-baik saja mulai sekarang. " ucap Nenek Kaguya sambil mengusap air mata di wajah Hinata.

" Jangan menangis lagi. Ini adalah hari bahagiamu. Seharusnya kau tersenyum. " ucap Nenek Kaguya.

" Iya Nek. " ucap Hinata sambil berusaha tersenyum.

" Kau jangan terlalu bersedih, Hinata. Kau bisa mengunjungi Nenek Kaguya sesering yang kau mau. " hibur Menma sambil menangkup wajah Hinata.

" Kau benar-benar cantik. Kau bahkan tetap cantik saat menagis seperti ini. " ucap Menma lalu memeluk istrinya itu.

" Kau ini bicara apa sih? " Hinata menunduk sambil tersipu malu mendengar pujian suaminya itu.

" Huuh.. Seandainya kakakku bisa datang. Dia pasti sangat iri melihatku sekarang. " ucap Menma sambil mempererat pelukannya.

" Memangnya kenapa dia tidak bisa datang? " tanya Hinata.

" Dia sedang sibuk dengan ujian dan sidang untuk kelulusannya. Jadi dia tidak bisa datang. " ucap Menma dengan nada sedih.

" Aku yakin saudaramu itu juga mendoakan kebahagiaan kita dari tempatnya. Jadi kau jangan terlalu sedih. " ucap Hinata menghibur suaminya itu.

" Aku memang bahagia, Hinata. Karena sekarang kau sudah jadi milikku. " ucap Menma lalu mencium bibir Hinata dengan lembut. Hinata kaget dan malu saat suaminya itu menciumnya di depan para tamu undangan.

Dan mulai hari itu, Hinata memulai hidup barunya sebagai Hinata Namikaze, istri dari Menma Namikaze. Tapi pemuda itu tidak pernah memaksakan kehendaknya pada Hinata meskipun gadis itu sudah menjadi istrinya yang sah.

" Aku tidak akan pernah memaksamu dan menyakitimu. Kau adalah istriku dan sebagai suami aku harus melindungimu dari semua yang menyakitimu, termasuk jika itu adalah diriku sendiri. Aku akan menunggumu hingga kau siap, Hinata. " ucap Menma.

" Terima kasih, Menma. " ucap Hinata dengan perasaan terharu.

Hinata mulai melihat kelebihan yang dimiliki oleh Menma, suaminya itu. Suaminya itu adalah orang yang sangat sabar dan pengertian. Selain itu dia adalah seorang pekerja keras yang selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna hingga sering membawa pekerjaannya itu ke rumah dan mengerjakannya setelah Hinata tertidur agar Hinata tidak merasa terabaikan olehnya. Hinata mengetahuinya saat suatu malam dia terbangun karena haus dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Pada saat melewati ruang kerja, Hinata melihat lampu di ruangan itu masih menyala. Awalnya Hinata berpikir para pelayan lupa mematikannya sebelum pergi tidur ke rumah belakang. Tapi saat Hinata masuk untuk mematikannya, dia mendapati Menma sibuk bekerja dengan komputernya dan setumpuk dokumen.

" Menma? Kau tidak tidur? " tanya Hinata.

" Sebentar lagi, Sayang. Aku akan memeriksa kontrak ini sekali lagi. Kau tidurlah dulu. " ucap Menma sambil tersenyum pada Hinata lalu kembali menekuni dokumennya kembali.

Hinata melihat Menma yang terlihat begitu serius menekuni dokumennya. Hinata lalu melihat ke arah jam dinding dan kaget saat melihat jarum jam dinding itu menunjuk ke angka 2 pagi. Apakah Menma selalu bekerja hingga pagi setiap hari? Padahal Menma juga selalu berangkat pagi ke kantor. Lalu kapan suaminya itu tidur? Tanyanya dalam hati. Hinata segera pergi ke dapur dan membuatkan secangkir teh hangat untuk suaminya. Setelah itu Hinata mengantarkannya kepada Menma.

" Minumlah, Menma. Kau pasti haus. " ucap Hinata sambil menyerahkan secangkir teh itu pada Menma.

Menma yang sedang konsentrasi penuh pada dokumennya, kaget melihat secangkir teh yang disodorkan Hinata ke depan wajahnya, pemuda itu makin kaget saat melihat Hinata yang memberikannya.

" Hinata? Kau membuatkanku teh? Terima kasih banyak. " ucap Menma sambil menerima teh dari tangan Hinata dengan wajah bahagia.

Hinata jadi merasa sangat bersalah pada Menma. Suaminya itu sangat bahagia hanya karena dia membuatkannya teh. Padahal kewajiban Hinata bukan hanya membuat teh untuk suaminya itu, tapi dirinya belum melakukan apapun untuk suaminya itu. Hatinya terasa teriris saat melihat Menma meminum tehnya sampai habis dengan wajah yang terlihat sangat bahagia. Hinata langsung menubruk suaminya itu lalu memeluknya hingga kursi beroda yang diduduki Menma mundur dan menabrak rak di belakangnya dan jatuh terbalik. Untunglah Menma dengan sigap segera berdiri dari kursinya sambil memeluk tubuh Hinata yang masih terus memeluknya dengan erat sebelum mereka berdua terjatuh.

" Maaf.. Maafkan aku, Menma... " tangis Hinata.

" Hinata? Kau kenapa? " tanya Menma bingung karena Hinata yang tiba-tiba saja menangis tanpa sebab.

" Aku hanya seorang perempuan egois. Kenapa kau memilihku menjadi istrimu? Aku bukanlah istri yang baik. " tanya Hinata di sela tangisnya.

" Karena aku mencintaimu Hinata. Meski yang aku lihat hanya fotomu, tapi aku langsung jatuh cinta padamu saat pertama kali melihatnya. " kata Menma sambil mengusap punggung Hinata.

" Kalau kau mencintaiku, cepat peluk aku, Menma. Jadikan aku milikmu seutuhnya. " tangis Hinata.

Menma kaget mendengar ucapan Hinata itu. Pemuda itu segera melepaskan Hinata dari pelukannya. Menma mengusap air mata di wajah Hinata dengan lembut.

" Kau tidak perlu memaksakan diri, Hinata. Aku akan menunggumu dengan sabar. " ucapnya lembut.

Hinata segera menangkup wajah Menma dengan kedua tangannya lalu mencium bibir suaminya itu. Hinata yang belum pernah berciuman hanya menuruti nalurinya saat menciumi, menghisap dan menjilat bibir suaminya itu. Setelah itu Hinata melepaskan wajah Menma dengan perasaan malu yang amat sangat karena merasa dirinya menjadi wanita yang sangat agresif dengan mencium Menma lebih dulu. Hinata merasa wajahnya memanas dan dia sangat yakin wajahnya memerah sekarang. Hinata segera berbalik dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

" Hinata.. Kau benar-benar membuatku gemas.. Jangan salahkan aku kalau sekarang aku tidak bisa menahan diriku lagi. " ucap Menma lalu segera menarik tangan Hinata hingga mereka berhadapan lagi.

" Aku harap kau tidak akan marah pada apa yang akan kau lakukan padamu, Hinata.. " bisik Menma sambil membelai wajah Hinata.

" Apa maksudmu.. " Hinata menatap Menma dengan tatapan tidak mengerti.

" Tentu saja maksudku adalah ini.. " Menma segera mencium bibir Hinata.

Awalnya Menma melakukannya dengan lembut. Membuat Hinata terhanyut dengan ciuman dan hisapan lembut Menma di bibirnya. Namun lama kelamaan, Menma mulai memperdalam ciumannya. Tidak hanya bibirnya yang mencumbu bibir Hinata, lidah pemuda tampan itu pun ikut menjelajahi bibir dan mulut mungil Hinata dengan jilatan dan hisapannya yang membuat Hinata tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat mulutnya diinvasi bibir dan lidah serta mulut Menma. Membuat Hinata merasakan ciuman yang terasa basah, dalam dan menghanyutkan.

Nafas Hinata terdengar menderu dan dadanya naik turun dengan cepat memompa oksigen ke dalam paru-parunya. Sementara wajahnya terlihat sangat merah dan berkeringat. Hinata bahkan hampir saja jatuh karena lemas saat Menma menghentikan ciumannya. Namun bagi Menma, keadaan Hinata itu membuat istrinya itu terlihat sangat menggoda dan menggairahkan.

" Ya Tuhan! Kau benar-benar membuatku gila, Hinata. " ucap Menma lalu segera menyambar tubuh Hinata dan menggendongnya  dan membawanya dengan cepat ke kamar mereka berdua. Selanjutnya Menma mencumbu istrinya itu, menunaikan malam pertama mereka yang sudah tertunda terlalu lama.

TBC

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

SOUL - JENLISA [G×G] J द्वारा

फैनफिक्शन

102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
After Graduation M द्वारा

फैनफिक्शन

85K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
59.7K 9.2K 66
Rahasia dibalik semuanya
303K 9K 30
[Geminifourth area ✔️🔞] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...