Daily Love

Von sugarkoovi

406K 39.1K 2.4K

√ drable series √ baku √ bxb/boyslove Yoongi yang over protektif, posesif, dan pencemburu punya pacar Jimin... Mehr

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35.😂
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
hoseok's
45
Q&A
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

23

6.6K 693 43
Von sugarkoovi


Jeon Jungkook
•﹏•













Lelaki setinggi 179cm, model rambut belah pinggir yang sedikit memamerkan kening, wajah tampan sekaligus imut dengan gigi kelinci, kekar, lumayan cerdas, dan dia kekasih Kim Taehyung.

Lelaki itu terkadang tidak mengerti, meski sebenarnya kerap kali mencoba mengerti, dia bicara soal hubungan persahabatan kekasihnya dengan Park Jimin yang menyeretnya serta kedalamnya. Dia tahu Taehyung menyayangi Jimin layaknya saudara kandung, tapi terkadang dia tidak paham dengan jalan pikiran Taehyung yang selalu menomor satukan Jimin dan menduakannya. Bahkan tidak jarang dia sendiri yang menjadi korban.

Seperti yang dilakukan Jungkook siang ini, dia mendapat mandat dari Taehyung untuk menjemput Jimin di kelas sekaligus menyeretnya ke kantin. Itu harus kalau Jungkook mau makan siang bersama Taehyung.

Lelaki itu menyender di dinding samping pintu, gayanya sok tengil membuat beberapa perempuan dan lelaki melirik penuh minat. Lebih-lebih Jungkook sedang serius dengan ponselnya -sedang berbalas pesan dengan Taehyung- membuat keningnya mengerut dengan tatapan fokus. Serius, kalau Kim Taehyung melihat dia pasti sudah mencium Jungkook.

Lalu dia menegak saat mendengar pintu disampingnya terbuka, dia tersenyum singkat untuk bersopan santun pada dosen. Menunggu beberapa saat sampai akhirnya Jimin keluar dari kelas setelah sederet mahasiswa lain yang berjubel berebut untuk makan siang.

"Jungkook?" Jimin menyapa dengan kening mengerut. Omong-omong, dia berhasil melarikan diri dari Yoongi setelah dua jam disekap di perpustakaan karena dia ada kelas.

"Jangan bertanya, ayo."

Jimin diam saja ketika Jungkook merangkul bahunya, berjalan santai menuju kantin. Lalu dia bertanya lagi, "Taehyung menyuruhmu?"

"Ya, begitulah. Aku harus menjemput dan menyeretmu ke kantin kalau aku mau makan siang bersamanya." mereka masih jalan berdua, membuat beberapa teman Jimin merasa iri sebab tidak bisa sedekat itu dengan lelaki Jeon. Junior fakultas bisnis yang menjadi primadona.

"Dasar budak cinta." cibir Jimin.

"Aku sebenarnya tidak mau," kemudian Jungkook sedikit merunduk untuk berbisik, "sebenarnya aku takut, teman-temanmu seperti ingin memakanku."

Yang kemudian dibalas kikikan geli manis dari Jimin. Membuat beberapa lelaki dominan semakin bersemangat untuk melambaikan tangan sekedar menyapa Mochi manis tersebut.

"Kau cukup tenar." komentar Jungkook melihat nyaris disepanjang jalan ada saja yang menyapa Jimin. Entah melambaikan tangan, tersenyum, atau berkata 'Hai, Jimin,' ditambahi embel-embel pujian yang bersifat merayu.

"Tidak kusangka juga. Ini karena ide bebek kuningmu."

Berganti Jungkook yang tertawa. "Serius?"

Kepala Jimin mengangguk, wajahnya sedikit kesal karena mengingat kejadian itu. Dia diarak keliling aula, diseret kesana kemari oleh Baekhyun, dan menjadi rebutan para senior. Menyenangkan sih ada banyak yang menyukainya, tapi tetap saja dia malu karena harus menari dengan kostum bebek kuning itu.

Jungkook mengusak rambut Jimin gemas, terkadang dia merasa seperti seorang kakak jika sedang bersama Jimin. Jimin itu lelaki yang manis dan berkepribadian baik menurut Jungkook. Hanya terkadang dia itu ceroboh bukan main meski sudah sebesar ini.

"Hei, hati-hati." segera Jungkook menangkap tubuh Jimin yang nyaris tersungkur, tersandung pembatas pintu saat akan memasuki kantin.

Jimin hanya bisa meringis polos. "Terimakasih."

Itu hal biasa. Mereka dekat selama tiga tahun. Taehyung tidak akan menganggap kejadian tadi sebagai romantisme, sebab dia tidak memiliki rasa cemburu pada Jimin. Jelas, karena Jimin sendiri sudah memiliki tambatan hati. Tapi itu semua tidak berlaku untuk orang lain.

Jungkook yang merangkul Jimin, Jungkook yang mengusak rambut Jimin, Jungkook yang menarik kursi untuk Jimin, atau Jungkook yang bersikap manis pada Jimin adalah hal yang membuat sebagian kaum hawa serta lelaki kaum bawah menatapnya tidak suka. Bukan benci, hanya dengki.

Ah, dan yang paling utama adalah si makhluk pucat berambut cokelat kemerahan yang berdiri disalah satu sudut kantin. Tangannya sudah mengepal, bibir tipisnya berkomat-kamit. Lalu, serta merta kakinya melangkah lebar menuju meja berkursi empat diujung sana.






•﹏•






"Kau mau pesan apa, Jim?" Taehyung bertanya sambil membaca deretan menu dihadapannya. Mengabaikan Jungkook yang sudah memasang tampang super masam.

Jimin melirik sekilas, sedikit tidak enak tapi geli juga, membuatnya tergoda untuk meledek Jungkook. "Tae, aku ingin es krim."

"Eh?" Taehyung mendongak, "tapi 'kan-"

"Es krim, Taehyung. Kau janji mentraktirku kalau aku cerita waktu itu." Jimin berpura merajuk dan dia mendapatkan dua korban sekaligus. Jungkook yang mendengus kasar, dan Taehyung yang tidak kuasa menolak.

"Baik-"

"Tae, pesankan aku juga!" Jungkook berujar kesal. Mulai merasa dinomor duakan. Bayangkan saja, dia dan Jimin baru datang, tapi Jimin yang begitu diperhatikan. Dia jadi merasa menjadi makhluk ketiga diantara Taehyung dan Jimin. Mengesalkan!

Taehyung mengerutkan kening tidak suka. "Kau bisa pesan sendiri. Jangan manja."

Jungkook diam saja. Mulai gemas. Dia tahu Jimin hanya menggodanya, tapi tetap saja dia kesal. Entah, dia merasa jauh lebih posesif pada Taehyung dari sebelumnya.

Taehyung belum menyadari keadaan, semuanya masih terdiam sampai dehaman itu menyusup memecahkan keheningan.

"Khmm!"

Semuanya memasang tampang sinis, kecuali Jungkook. Lelaki bergigi kelinci itu menyeringai kecil.

"Yoongi Hyung, long time no see. Kau semakin keren saja." Jungkook berujar mengakrabkan diri. Asal tahu saja, dibawah meja, Jungkook bahkan dengan sengaja menyenggol kaki Yoongi.

"Jiminie, ayo kita pindah." Taehyung segera ingin beranjak, dia tidak mau sahabatnya dimonopoli dengan mudah oleh Yoongi. Sayangnya, Jungkook lebih gesit bergerak untuk mencekal lengan Taehyung agar tetap duduk ditempat.

"Mau kemana lagi? Tidak lihat kalau bangku lain sudah penuh?" Jungkook setengah menahan emosinya. Dia merasa Taehyung mulai keterlaluan dengan urusan Jimin.

Taehyung melirik Jimin yang tampak bingung menyikapi situasi. "Kalau begitu dia saja yang cari bangku lain. Bangku itu untuk Baekhyun Hyung."

"Dia sedang makan siang bersama Chanyeol ditaman belakang." Yoongi menimpali dengan santai.

Kemudian Taehyung membalas dengan tatapan sinis dan dengusan kasar. "Kalau begitu kami juga akan kesana. Ayo, Jiminie." maklum saja, Taehyung hanya tidak rela Yoongi memperlakukan Jimin seenaknya. Datang dan pergi sesuka hati tanpa mempedulikan perasaan Jimin. Dia benci itu.

"Kim Taehyung!" Jungkook berdesis rendah tanpa menatap Taehyung yang sudah menatapnya.

"Jungkookie, lepas! Tanganku sakit!!" suaranya sedikit naik, tidak sadar jika kekasihnya sedang emosi. Jungkook tanpa sadar meremat pergelangan tangan Taehyung sampai memerah.

Lelaki itu spontan melepaskan, kemudian berkata lagi, "Pilih aku atau Jimin."

Taehyung menatap Jimin sekilas sebelum kembali menatap Jungkook dengan kernyitan dikening. Apa-apaan Jungkook ini, pikirnya. "Maksudmu apa?"

"Makan siang denganku atau Jimin?" kali ini Jungkook menatap Taehyung lurus, serius.

Taehyung jadi gugup. Menatap Jimin yang hanya bisa berkedip bingung, dan Yoongi yang bersedekap santai menonton live drama. "Hei, Jungkook, kenapa-"

"Pilih saja." Jungkook semakin menekan.

Raut itu berubah kesal. Taehyung balas menatap tajam. "Apa-apaan kau, Jungkook?! Kalau kau seperti ini aku jauh lebih memilih bersama Jimin. Ayo-"

"Kalau begitu jangan pernah mengajakku makan bersama lagi." setelah mengatakan hal tersebut Jungkook langsung beranjak pergi. Tanpa menoleh, tanpa pamit, tanpa peduli Taehyung yang berteriak memanggil namanya.

"Kau ikut aku!" sebuah perintah meluncur dari bibir Yoongi yang sudah berdiri sigap siap menyeret entitas mantan kekasihnya.

Jimin kebingungan. Sahabatnya bertengkar karena dia dan-

"Jiminie, Jungkook-"

"Belajarlah memprioritaskan kekasihmu. Kalau kau tidak tahu, dia itu cukup tenar. Tanpa berusaha keras, satu antrean panjang calon kekasih bisa saja tercipta kalau dia mau. Dan kau harusnya bersyukur memilikinya sejak dulu."

Semua terdiam. Taehyung menunduk dalam mencerna ucapan Yoongi, Jimin sendiri hanya bisa menatap Taehyung.

Yoongi jengah. "Ayo, cepat!"

"Eh, kita mau kemana?" Jimin terseok mengikuti Yoongi, kepalanya sesekali menoleh pada Taehyung yang masih berdiri ditempat. Kemudian perlahan pergi. Mungkin menyusul Jungkook. Ah, Jimin jadi merasa bersalah sudah membuat Jungkook marah pada Taehyung.

Yoongi tidak peduli ketika semua mata tertuju padanya. Jelas saja, ada seonggok makhluk menggemaskan sedang dia seret paksa mengikutinya. Selama ini tidak ada yang sanggup menakhlukkan Yoongi kecuali gadis primadona itu, dan sekarang mendadak Yoongi yang terlihat posesif pada entitas tersebut.

"Hyung, pelan-pelan! Tanganku sakit!" Jimin meronta, kaki pendeknya sedikit kuwalahan mengimbangi langkah lebar Yoongi. "Hyung-"

"Min Yoongi!!"

Tepat ketika suara itu menggema Yoongi pun berhenti melangkah. Membuat Jimin terkejut dan mau tidak mau mencium punggung Yoongi cukup keras, hidungnya sedikit perih.

"Hei, Min Yoongi, apa-apaan kau?!"

"Apa?" Yoongi heran, beberapa jam ini Goowon tidak menempelinya, kenapa sekarang dia muncul?!

"Kenapa kau menyeret-nyeret anak Baekhyun seperti itu?" telunjuknya mengacung tidak suka pada Jimin.

"Ck, dia bukan anak Baekhyun. Dia milikku."

"Kalau dia milikmu lalu aku milik siapa?!" kakinya menghentak rumput. "Sialan sekali mulutmu itu! Sejak kapan kau memilikinya? Kenapa tidak mengatakannya padaku lebih dulu? Setidaknya biarkan aku menghabiskan waktu bersamamu sebelum kau pergi meninggalkanku!"

"Jangan berlebihan. Sekarang minggir!"

Goowon menatap Jimin yang sedang dilanda kebingungan. "Yoongi-ku, kau jahat sekali. Aku mau minta temani makan siang~"

Jimin semakin bingung harus berbuat apa, lebih-lebih dia ingat jika gadis ini adalah gadis yang menempeli Yoongi. Ah, mungkin gadis ini kekasih Yoongi. Uh, kenapa hatinya ngilu?

Yoongi diam saja ketika Goowon bergelayut manja dibahunya sambil memeluk lengannya.

"Kau mau makan siang 'kan? Ayolah, Yoongi-ku, aku ingin ditemani makan. Kau tahu 'kan kalau aku tidak suka makan sendirian?"

Jimin berusaha melepaskan diri, dia tidak sanggup melihatnya. Dia tidak bisa menahan perasaan ngilu serta sesak dihatinya. Gadis itu bahkan memanggil Yoongi dengan embel-embel kepemilikan.

Yoongi menoleh saat Jimin semakin keras meronta, bisa dia lihat ada ketidak nyamanan disana. Jimin memerah, lalu perlahan napasnya mulai tidak teratur. Yoongi menoleh pada Goowon, "lepas atau kau tahu akibatnya!"

"Kenapa kau mengancamku?!" Goowon menegak, mencuri pandang pada Jimin yang masih sibuk mencoba melepaskan cengkraman tangan Yoongi. "Bersikaplah lebih baik, brengsek! Kau menyakitinya!" bisiknya dongkol.

"Sialan!" Yoongi balas mengumpat, lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia melenggang meninggalkan Goowon yang nyaris terjatuh akibat bahu mereka bersinggungan.

"Bedebah kau, Min Yoongi!!" Goowon berteriak keras-keras. Nyaris saja melemparkan sepatunya namun dia urungkan. Tangannya bersedekap menatap punggung dua lelaki itu. Bibirnya tiba-tiba tersenyum, "Dasar, Min Yoongi."






•﹏•






"Masuk." Yoongi berkata setelah pintu mobil terbuka untuk Jimin, tapi bukannya masuk Jimin justru berbalik untuk melarikan diri. Yoongi yang gemas mau tidak mau bertindak. "Kau pikir kau mau kemana?"

Jimin meronta ditengah-tengah aksi jantungnya yang menggila, Yoongi mengunci tubuhnya diantara badan mobil. Dan lelaki itu seolah tidak punya dosa dengan berbicara rendah tepat di depan bibirnya.

"Diam!" satu bentakan lolos dan sukses membuat Jimin tergugu. Matanya tidak mau menatap Yoongi, terlalu sesak. Dia tidak suka Yoongi begini. Dia tidak suka Yoongi bersikap kasar padanya.

Yoongi mengusap wajahnya kasar saat melihat setetes air mata jatuh dari pipi Jimin tanpa isakan. Lelaki manis itu hanya diam saja, mencoba untuk menuruti semua ucapan Yoongi. "Astaga, kenapa kau menangis?!"

Jimin masih saja tidak menjawab. Tenggorokannya sakit, dia tidak ingin menangis tapi air matanya tidak mau berhenti mengalir. Perlahan dua tangan mungil yang mengepal di dada Yoongi mulai merenggang, berganti meremas kemeja yang melapisi kaus putih polos yang membungkus tubuh Yoongi. Isakannya muncul tanpa bisa dicegah dan semakin membuatnya sulit bernapas.

Yoongi memejamkan mata erat selama beberapa detik, menekan emosinya sampai dititik terendah sebelum dua tangannya dengan halus menggenggam tangan Jimin yang meremat kausnya untuk dituntun memeluk pinggangnya. Sedang dirinya sendiri mendekap lelaki manis tersebut. Jimin menangis lagi. Dan itu karenanya.

"Sssstttt... maafkan aku." bisiknya begitu halus disela rambut Jimin. Bibir tipisnya menyempatkan diri mengecup-ngecup pucuk kepala Jimin. "Kau yang menangis adalah kelemahanku. Jadi tolong berhenti. Maafkan aku, Jiminie."

Jimin tidak mengerti lagi, dia bimbang dengan keadaannya. Yoongi seolah masih begitu menyayanginya, tapi gadis tadi membuat Jimin goyah. Juga, sikap Yoongi yang masih saja labil. Terkadang kasar dan sedetik kemudian dia bisa menjadi begitu lembut. Kenapa dirinya masih mengharapkan lelaki brengsek ini setelah apa yang dilakukan padanya? Kenapa dia harus begitu menginginkan pria brengsek ini?

"Jiminie-"

"Lepaskan aku.." kata Jimin parau. Dia mendorong tubuh Yoongi perlahan kemudian memberanikan diri mendongak. Menghapus air matanya kasar lalu berkata, "kalau kau berniat mendekatiku untuk meninggalkanku, maka berhenti dan lepaskan aku dari sekarang. Kalau kau marah karena tahu aku ingin menghukummu setelah apa yang terjadi, aku tidak akan menyalahkan, aku minta maaf. Jika pertemuan kita disini hanya membuat kita saling menyakiti, aku yang akan pergi. Mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu, aku akan meminta Chanyeol Hyung untuk menjadi mentorku agar kau tidak lagi kerepotan mengurusku. Permisi."

Yoongi tidak akan pernah melepaskan Jimin, tidak lagi. Maka ketika lelaki manis itu hendak pergi, Yoongi kembali mengunci pergerakannya. "Sekarang giliranku yang bicara." mulai Yoongi, netranya menatap lurus pada iris Jimin. "Kau yang datang menyerahkan diri jadi jangan pernah menyalahkan aku saat aku memutuskan untuk membuatmu berada disini. Tempatmu disisiku dan itu sudah mutlak menjadi keputusanku. Aku tidak akan peduli dengan pendapatmu. Asal kau tahu, selama ini hanya kau yang memiliki akses khusus untuk menggangguku, jadi jangan berani kau sia-siakan. Jangan berpikir pergi sekalipun itu hanya menghindariku, sebab mulai sekarang dengan atau tanpa persetujuanmu, kau akan menjadi tawananku seumur hidup."

Mereka masih bertatapan sampai akhirnya Yoongi bertindak dan menutup percakapan itu dengan ciuman lembut dibibir penuh Jimin. Peduli setan dengan semua orang yang melihat, itu lebih bagus sebab Jimin tidak boleh tersentuh oleh siapapun.

Jimin spontan meremat kedua bahu Yoongi saat tengkuknya ditarik mendekat, ditekan halus, dan pinggulnya dipeluk erat oleh lelaki pucat itu. Ciuman itu begitu lembut dan tidak terburu-buru. Begitu manis seolah mereka baru saja bertemu dan jatuh cinta. bibir Yoongi yang begitu dia rindukan kini menyapanya dalam kuluman manis.

Yoongi menyudahi ciuman tersebut, saling menekan kening mereka sambil menyeringai kecil menyadari wajah Jimin yang telak memerah dengan napas tersendat. "Mulai sekarang kau tawananku. Mengerti?"

Ya, Jimin mengerti. Sangat mengerti jika dirinya sukses tertawan oleh makhluk penuh pesona macam Min Yoongi. Sepenuhnya, tanpa sisa. Sejak dulu dan mungkin sampai nanti.

Yoongi gemas, dia tidak suka kalau diabaikan. "Jiminie, kau mengerti?" bibirnya semakin menyeringai saat Jimin perlahan menganggukkan kepala. "Bagus. Jadilah anak baik mulai sekarang."

Jimin seperti orang tolol sekarang. Diam dan begitu menuruti apa yang dikatakan si lelaki pucat. Membiarkan lelaki itu kembali mengecup bibirnya sekali lagi sebelum beralih mencium kening dengan halus dan memeluknya hangat. Setidaknya, dia tidak perlu menyesal menjadi tawanan seseorang yang dia inginkan 'kan?




Fin!
•﹏•


Gue update dong 😂

Ini sebenernya mau gue kasih bonus foto, tapi nggak bisa keunggah!!! 
Aarrgghh!!  Kamprett!

Nanti deh dicoba lagi bisa keunggah apa nggak yep di postan kedua.
Daaaa~~~ 😚


GIGI
SEPTEMBER 5, 2018

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

77.6K 7.7K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
460K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
321K 26.5K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
35.6K 4.6K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...