Emerald Eyes 1&2

By amateurflies

1.1M 74.7K 5.3K

Aku sempat merasakan semuanya. Desir perih mencintai seseorang hanya dalam satu waktu. Waktu saat kita dipert... More

Teaser
Trailer 257's
New Trailer
Prolog
1. Perkara nama
2. Terciduk
3. Lawden Hall
4. Gadis tak dikenal
5. Aranasya Lawden
Meet The Characters!
6. Pisau Berdarah
7. Her Emerald Eyes
8. Bangkai Tikus
9. Pengecut!
10. Tidak baik-baik saja
11. Sepotong kalimat yang membahagiakan
12. Aksi Adnan
13. Pertemuan tak disengaja
14. Kecurigaan Madam Loly
15. Tuduhan
16. Perkara penting
Eyes Updates
17. Sadar diri
18. Sebagian yang sempat hilang
19. Tatapanmu
20. Cemas
21. Life saver
22. Pilihan
23. Teori Cinta Yudan
24. Ancaman
25. Reject
26. Sebuah Misi
27. Kalimat yang Tak Terucap
28. Mengungkapkannya
29. Petunjuk Pertama
30. Cowok Tengil
Survei
32. Penyusup!
33. Salah Sangka
34. Praktikum
35. Kecewa
36. Berhenti Egois!
Series Terbaru (SOON)
Pengumuman
ESTIMASI TERBIT DAN INFO

31. Agresif(?)

12.4K 1.3K 39
By amateurflies

Bagaimana jika nanti Adnan malah salah mengartikannya?

• • •

Tiba-tiba Nasya tidak memberi respon apapun. Jelas, untuk kali ini ia tidak bisa mengiyakan kesepakatan yang dibuat Adnan. Tidak. Tidak akan bisa. Adnan tidak boleh tahu apa-apa.

"Kamu ke sini gak takut ketahuan Madam Loly?" Nasya mencoba membuat topik baru. Berharap Adnan tidak menyadari kalau ia sedang mengalihkan pembicaraan mereka yang sebelumnya.

Harapan Nasya terkabul. Adnan sedikit pun tidak sadar peralihan topik yang dibuat oleh Nasya. Dengan enteng dia malah menjawab, "Ngapain takut sama Madam Loly? Takut, tuh, sama Tuhan."

"Jadi kamu beneran gak takut sama Madam Loly?" goda Nasya.

"Ya, takutlah! Pake ditanya, lagi!" seru Adnan dengan mantap tanpa berpikir lagi.

Nasya terkekeh. "Tadi katanya gak takut?"

"Kan cuma bercanda, jadi jangan dianggap serius."

"Kalau perasaan kamu ke aku, serius gak?"

Belum sempat Adnan menyahut sepatah kata pun, tiba-tiba saja Nasya menempelkan bibirnya pada pipi Adnan. Membuat Adnan seketika seperti baru saja tersengat aliran listrik bervolume tinggi, dengan rona wajah yang begitu merah. Gadis itu tersenyum singkat menampakkan deretan giginya, hingga sedetik setelahnya Adnan dikagetkan oleh suara gebrakan pintu tertutup yang tepat berada di hadapannya sekarang.

Seketika dua orang yang sebenarnya berdiri berhadapan, namun tersekat sebuah pintu tertutup itu saling berdebat dengan batin mereka masing-masing. Dengan gerakan yang amat kaku, salah satu tangan Adnan terangkat memegang pipinya yang baru saja bersentuhan dengan bibir Nasya. Meskipun hanya menempel beberapa saat, tetapi tetap saja debar jantung Adnan menjadi tidak karuan karenanya.

Kenapa tiba-tiba dia cium pipi gue? Apa jangan-jangan... ah, enggak-enggak. Gak mungkin!

Sedetik kemudian Adnan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Mengenyahkan segala yang bermunculan di dalamnya. Tidak. Mana mungkin Nasya menyukainya? Rasanya sangat tidak mungkin. Mendengar gadis itu menyebut namanya saja jarang sekali. Apalagi sampai membalas perasaannya?

Mustahil! Tekan batin Adnan. Pasti tadi dia sebenernya bermaksud ngusir gue secara halus. Buktinya abis itu pintu kamarnya langsung ditutup. Iya, gitu. Adnan mengangguk, meyakinkan dirinya atas simpulan yang dia buat sendiri. Berarti, lain kali gue gak usah lama-lama kali, ya? Tanpa henti batin Adnan memberi penjelasan yang cukup logis demi menepis kata hatinya.

Sementara di balik sana, Nasya sibuk menyesali apa yang barusan ia lakukan. Sejak kapan dirinya jadi agresif begini pada laki-laki? Bahkan sampai berani berlaku seperti tadi pada Adnan di saat dia belum tahu pasti bagaimana perasaannya pada cowok itu. Bagaimana jika nanti Adnan malah salah mengartikannya?

🍐

Di saat teman-temannya yang lain sudah tertidur nyenyak, atau mungkin sudah hanyut dengan mimpi masing-masing, kedua mata Adnan masih saja terbuka sempurna. Tidak sekali pun Adnan merasa ngantuk. Malah matanya terasa sangat sulit sekali tertutup. Seseorang yang gagal ia ikuti tadi pagi terus saja mengganggu pikirannya. Membuatnya tidak bisa berhenti berpikir mencari cara untuk membuktikan segala dugaannya.

Adnan yang masih penasaran, akhirnya memutuskan untuk menonton kembali rekaman ulang CCTV di ponsel Daniel. Mungkin saja jika menonton ulang sendiri ia bisa memerhatikan lebih detil apa yang terekam di sana. Sambil merebah di ranjangnya, Adnan memutar video tersebut dengan headset yang menyumbat kedua lubang telinganya. Adnan memerhatikan ulang kejadian-kejadian yang sudah ia tonton sebelumnya. Ketika cowok itu membanting benda-benda yang berada di dekatnya. Sampai ketika hoodie cowok itu tersangkut saat hendak berlari.

Akan tetapi tepat pada menit ke 2.56, tiba-tiba Adnan menyentuh ikon pause bersamaan dengan mengangkat bahunya, sampai posisi rebahnya berubah menjadi terduduk di tengah ranjang. Lalu ia mendekatkan wajahnya demi melihat sesuatu dalam video tersebut lebih jelas. Ternyata ada satu hal yang terlewat dari penglihatannya malam kemarin. Adnan melewatkan topi berbahan levis yang dipakai orang itu di balik tudung hoodie-nya.

🍐

"Jadi, dalam matematika itu biasanya ada beberapa rumus. Kita harus pintar-pintar dalam memilih rumus yang akan dipakai ketika ujian. Pilihlah rumus yang―"

KRING!!!

Seketika banyak seruan batin yang heboh dalam kesenyapan ketika bel berbunyi memotong penjelasan Bu Hanny yang tengah menerangkan segala macam rumus yang hanya dimengerti oleh 20% dari 100% jumlah siswanya dalam kelas. Tidak ada seorangpun yang bisa memungkiri, kalau dering bel kali ini memang benar-benar seperti dewa penyelamat bagi seluruh anak-anak asrama.

Di saat yang lain masih bersiap-siap, menunggu Bu Hanny mengizinkan keluar kelas, tiba-tiba Adnan sudah beringsut duluan tanpa bicara atau mengucap izin apapun pada wali kelasnya sendiri yang masih berdiri tegap di depan papan tulis. Seluruh pasang mata mengikuti arahnya berlari yang hanya bisa dijangkau sampai balik pintu kelas. Bukan cuma teman-teman sekelasnya, ataupun Bu Hanny, bahkan keempat teman sekamarnya yang lain pun ikut heran dan tidak tahu mau apa anak itu, sampai ia lupa membawa ransel juga merapikan alat tulisnya sendiri yang masih berserakan di atas meja.

🍐

Backward to 3 minutes ago.

Adnan memerhatikan apa yang ada di depan kelas dengan kedua mata yang nyaris terpejam, mulut yang entah sudah berapa kali menguap, juga pikiran yang hanya berisi kasur empuk, dan... Nasya. Bukan cuma Adnan, pun dengan yang lainnya yang sedang berjuang melawan ngantuk yang kian menyiksa mata masing-masing. Pasalnya, bukan hal mudah, bagi anak-anak kelas X - Delapan yang hampir semua dari mereka memiliki kadar otak di bawah standar rata-rata, untuk belajar hitung-menghitung tiga jam sekaligus di akhir jam pelajaran demi merapel jadwal mimggu lalu ketika Bu Hanny tidak bisa mengajar lantaran ada rapat dengan para petinggi asrama. Jangankan matematika, tidak jarang mereka juga mengelukan pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa sehari-hari mereka sendiri.

Namun tiba-tiba saja bayangan seseorang yang membawa hoodie hitam di tangannya, yang tertangkap dengan ujung mata Adnan melalui jendela kaca ruang kelasny, dalam sedetik ampuh membuat rasa kantuknya yang semula menggila, kini lenyap, dan langsung berganti kerutan di dahinya. Adnan ingin bangkit, akan tetapi terpaksa harus ia urung selama kurang lebih satu menit karena dia tidak mungkin meninggalkan kelas sebelum waktunya. Karena bagaimana pun juga, bayang-bayang surat perjanjian yang diberi Madam Loly tidak mungkin main-main.

KRING!!!

Tanpa banyak berpikir, kaki Adnan langsung bergerak cepat mengambil banyak langkah, sebelum ia ketinggalan jejak orang itu seperti kemarin. Masa bodoh dengan tas dan alat tulisnya, Adnan benar-benar tidak peduli. Yang terpenting, ia keluar kelas tanpa melanggar peraturan. Karena walau ia harus secepatnya membuktikan kalau bukan dia dan teman-temannya yang melakukan teror di Lawden Hall, ia tetap harus mempertimbangkan segala resiko yang ditanggungnya jika sampai dirinya bertindak gegabah.

Syukurlah saat di depan pintu, saat kepalanya menoleh ke arah berlalunya orang itu, Adnan masih sempat mendapati sosok orang itu berjalan membelok meskipun sekilas. Tentunya Adnan langsung berlari mengejar sekaligus mengikuti, namun pikirannya berusaha untuk tidak melupakan kenyataan bahwa dirinya lagi-lagi sedang mengikuti secara diam-diam. Dan Adnan pastikan kali ini orang yang dicurigainya itu tidak menyadari keberadaannya. Sehati-hati mungkin Adnan menjaga jaraknya langkah cepatnya, meskipun matanya tidak sedetik pun berpaling dari punggung orang itu. Orang yang sama dengan hoodie hitam yang Adnan pastikan juga sama dengan yang dikenakannya kemarin.

Adnan seringkali was-was, tiap tiba-tiba laki-laki berperawakan tinggi, kurus, alias jangkung itu selalu menyempatkan diri untuk menengok sekelilingnya sebelum mengambil langkah ke area berikutnya yang harus ia lalui. Seperti sekarang, tepat di depan pintu kamar yang bertempelkan tag 368 lantai delapan, pandangan orang itu menatap jauh keadaan sekelilingnya secara tiba-tiba.

Untungnya Adnan dengan cekatan berhasil menarik diri ke balik pot bunga berukuran besar yang terpajang menghiasi sisi lorong dengan jarak sekitar tiga meter antara pot satu dengan pot yang lainnya, sebelum orang itu melihatnya. Di balik tempat persembunyiannya, Adnan berpikir, jika sudah seperti ini yang terlihat, bagaimana Adnan tidak curiga? Siapapun wajar untuk mencurigai orang itu. Terlebih, tadi orang itu juga memilih memakai tangga darurat untuk mencapai lantai ini, ketimbang lift yang setahu Adnan di dalamnya terdapat CCTV. Sangat mencurigakan, bukan?

Setelah sekitar tiga sampai empat detik, Adnan meninggikan kepalanya di balik daun yang tumbuh dalam pot besar tersebut. Akan tetapi sosok orang yang diikutinya sejak tadi seketika tidak ada, menghilang tanpa ada jejak atau tanda ke mana menghilangnya. Namun Adnan tidak merasa pusing mencari tau ke mana perginya, karena Adnan yakin, orang itu pasti masuk ke dalam kamarnya.

Adnan yang masih mengintip-ngintip terlebih dahulu sebelum keluar dari tempatnya bersembunyi, tahu-tahu saja dikagetkan saat ia merasa seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Tepukan itu seketika mampu membuat tubuhnya seperti benar-benar tidak bisa digerakkan. Membuat jantungnya sungguh berdetak tidak beraturan dalam tiap tarikan napasnya. Dalam kebekuan susah payah Adnan meneguk salivanya yang saat itu terasa seperti kerikil tajam sampai-sampai tenggorokannya sakit. Dalam sekejap mentalnya persis seperti mental tempe yang bahkan untuk menoleh saja tidak berani.

===

To be continue...

A/n: Si Nasya gak peka sama perasaannya sendiri. Sedangkan si Adnan, gak peka sama perasaannya Nasya. Yaudah deh, pas.

btw, berhubung kemarin gak begitu rame, jadi aku molor update sehari yaa hehehe😅

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.3M 203K 63
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
3.2M 154K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
464K 24K 54
Bagaimana jika kalian berada dalam posisi seorang gadis bernama Auraline yang pada saat membuka matanya, dia sudah berada dikehidupan sebuah novel mi...
347K 1.4K 14
🔞LAPAK DEWASA🔞 BOCIL DILARANG NANGKRING! kamu kesini karena apa? karena birahi tah? tapi di sini aku bakal suguhin kisah hot nya jihan dan varel (a...