Sarah

Por swp_writingproject

163K 21.9K 1.8K

[SELESAI] Dari jutaan wanita yang tercatat sebagai Warga Negara Indonesia yang beragama muslim sepertinya han... Más

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Epilog

17.3K 1.9K 308
Por swp_writingproject

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pada hakikatnya manusia hanya menunggu. Menunggu waktu shalat atau disahalatkan. Menunggu datangnya jodoh atau mautlah yang datang, menunggu pertemuan atau perpisahanlah yang menyapa. Semua perpisahan pastilah sangat menyakitkan, itu fitrah manusia. Tetapi, yakinlah bahwa  dalam setiap perpisahan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya.

Sarah memandang kelu ke arah jenazah Ayahnya yang mulai diturunkan ke liang lahat. Perlahan tanah menimbunnya.

Manusia tercipta dari tanah dan pada akhirnya akan kembali ke tanah. Itulah takdir yang telah Allah tentukan untuk setiap hambanya.

Setelah jenazah Ayahnya benar-benar telah tertimbun oleh tanah Sarah mengalihkan pandangannya ke arah seorang anak perempuan yang tengah menangis tersedu-sedu di dalam dekapan Tante Olive. Anak perempuan itu mirip sekali dengannya. Apakah anak perempuan itu adiknya? Apakah karena kelahiran anak perempuan itu maka Ayahnya memilih untuk melupakannya? Apakah Ayahnya selalu memanjakan anak perempuan itu?

"Sarah," Petang yang berdiri tepat di belakang Sarah menegur Sarah yang terlihat melamun sambil menatap ke arah adik tirinya.

Sarah beristighfar. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbalik ke arah Petang, "Aku ingin langsung pulang," ucapnya lirih.

Petang mengangguk. Dia langsung meminta ijin kepada Ari untuk membawa Sarah kembali ke Jakarta. Awalnya Ari tidak mengijinkan. Dia berharap Sarah menginap satu malam di Solo, sebab Ari dan Ibunya memang belum dapat pulang, ada beberapa hal yang harus segera diurus. Namun saat melihat wajah Sarah yang terlihat tertekan akhirnya Ari mengijinkan Petang untuk membawa Sarah pulang ke Jakarta.

"Gue titip Sarah. Insyaallah besok gue dan Mama balik Jakarta," ucap Ari sambil menepuk bahu Petang.

Petang mengangguk. Setelah itu dia dan Sarah langsung menuju bandara Adi Soemarmo. Jadwal keberangkatan ke Jakarta masih satu jam lagi. Petang mengajak Sarah untuk menunggu jadwal keberangkatan di salah satu tempat makan yang memang ada di dalam area bandara tapi Sarah menolaknya, dia lebih memilih untuk menunggu di ruang tunggu.

"Lo tunggu dulu disini?" Petang beranjak dari duduknya.

"Kamu mau kemana?" tanya Sarah dengan suara yang parau.

"Gue mau cari makan dulu."

Sarah mengangguk. Petang langsung berjalan ke arah Dunkin'donuts. Dia membeli lima donut dengan rasa cheese me up, crunchy crunchy, tiramisu, Hello Berry dan Don mochino. Setelah itu dia langsung kembali kepada Sarah.

"Makan dulu," ucap Petang sambil menyodorkan donut rasa tiramisu kepada Sarah.

Sarah menggeleng.

"Lo kan belum makan dari pagi, terus tadi siang juga lo nggak jadi makan, jadi sekarang lo harus makan. Tubuh lo punya hak untuk makan. Jangan Lo ngedzolimi tubuh lo. Ingat tubuh lo titipan dari Allah bukan punya Lo," ucap Petang tegas.

Mendengar itu akhirnya Sarah mau menerima donut yang Petang sodorkan kepadanya. Dengan susah payah Sarah mengigit donut itu. Dia mengunyahnya sambil menangis saat dia mengingat kembali kenangan indah yang dulu pernah dia lalui bersama Ayahnya. Dia sangat suka donut rasa tiramisu hampir setiap pulang tugas Ayahnya pasti akan pulang dengan membawa donut tiramisu. Hingga akhirnya dia berkata kepada papanya, "Sarah bosen rasa tiramisu terus."

"Terus kamu mau rasa apa?"

"Sarah ingin rasa apel. Ada nggak?"

"Belum ada sayang, adanya rasa pisang, strawberry, berry dan mangga?"

"Sarah mau rasa strawberry. Nggak mau rasa tiramisu lagi."

"Iya. Insyaallah nanti Papa belikan. Mau berapa?"

"Dua aja. Satu buat Sarah satu lagi buat Petang."

"Memangnya Petang suka rasa strawberry?"

"Apa yang Sarah suka pasti Petang suka."

Lamunan Sarah tentang masa lalu terhenti saat dia mendengar tangisan seorang bayi yang menangis kencang di dalam gendongan Ibunya yang terlihat pucat. Sepertinya si ibu kelelahan karena harus terus-terusan berusaha menenangkan bayinya yang rewel. Perlahan Sarah beranjak dari duduknya. Dia hampiri ibu itu yang kebetulan duduk tak jauh dari tempatnya duduk.

"Bolehkah saya membantu ibu untuk menenangkannya?" tanya Sarah meminta ijin.

Si ibu menatap Sarah dengan tatapan kebingungan.

"Saya ingin membantu untuk menenangkannya."

"Tidak usah mbak," ucap si ibu menolak. Namun, ketika si bayi semakin kencang tangisnya akhirnya si ibu mengijinkan Sarah untuk menenangkannya.

Sarah menggendong bayi itu dengan sangat hati-hati sambil menyenandungkan sebuah shalawat dengan suara pelan. Namun masih dapat di dengar oleh Petang. Ini kali pertama bagi Petang melihat Sarah menggendong bayi. Sarah tidak suka anak kecil apalagi bayi karena menurut dia anak kecil terutama bayi hanya bisa menangis, namun sepertinya sekarang Sarah telah membuang rasa tidak suka itu. Dan inipun kali pertama bagi Petang mendengar Sarah menyenandungkan sebuah shalawat padahal biasanya lagu Korea yang selalu Sarah senandungkan. Sarahnya benar-benar telah berubah.

Sarahnya? Kata itu menggelitik hatinya.

"Lo udah cocok jadi ibu," ucap Petang pada Sarah yang masih berusaha untuk menenangkan bayi yang kini dalam gendongannya.

Sarah hanya menimpali ucapan Petang dengan senyum tipis.

"Gue tahu ini bukan waktu yang tepat tapi gue pengen ngasih tahu lo sekarang juga."

Dahi Sarah mengerut bingung, "Ngasih tahu apa?"

"Gue udah ketemu sama seseorang yang bakal gue jadiin istri."

Mata Sarah membulat sempurna. Dia menatap Petang dengan tatapan tidak percaya, "Jangan bercanda."

"Gue nggak bercanda. Gue rasa gue cinta sama dia dan bodohnya gue baru sadar itu sekarang."

Sarah mengedarkan pandangannya. Menatap ke sekitar, "Apa dia yang mau kamu jadiin calon istri ada disini?"

Petang mengangguk.

"Yang mana orangnya?" tanya Sarah penasaran. Dia kembali menatap ke sekitar. Bayi yang ada di dalam gendongannya sudah mulai tenang namun anehnya hatinya yang tiba-tiba terasa tidak tenang saat tahu kalau ternyata Petang telah memiliki calon istri.

"Yang pake ghamis warna abu-abu sekarang dia lagi gendong bayi."

"Gendong bayi? Dia janda? Kamu mau nikah sama janda?" tanya Sarah tidak percaya seraya terus mencari keberadaan wanita yang Petang maksud. Pake ghamis warna abu-abu gendong bayi. Ada wanita yang sedang gendong bayi tapi ghamisnya berwarna kuning bukan abu-abu, "Yang mana sih orangnya? Kok kamu tiba-tiba mau jadiin dia istri kamu? Emang kamu udah kenal sama dia?"

"Aku udah kenal sama dia dari aku masih kecil."

Dahi Sarah semakin berkerut, "Siapa namanya?"

"Sarah," ucap Petang sambil tersenyum geli saat melihat wajah Sarah yang shock.

"Nggak lucu," gerutu Sarah sambil menatap marah pada Petang.

"Aku memang nggak niat buat ngelucu. Aku mau kamu jadi istri aku. Maaf kalau cara ngelamar aku nggak romantis."

Mata Sarah mengerjap bingung.

"Gimana? Kamu terima nggak lamaran aku?"

"Aa..aku.. aku nggak percaya sama apa yang kamu bilang."

"Apa yang harus aku lakuin agar kamu percaya?"

Sarah tidak bisa menjawab pertanyaan Petang. Apa yang Petang utarakan benar-benar membuatnya kaget dan bingung.

Karena Sarah tidak memberikan tanggapan akhirnya Petang berinisiatif untuk menghubungi Ari. Petang sengaja menglospeker panggilannya pada Ari dan di panggilan itu Petang mengutarakan niatnya untuk meminang Sarah.

"Gimana sekarang kamu percayakan kalau aku serius?"

"Apa kamu ngelamar aku karena kamu ngerasa kasihan sama aku yang sekarang udah nggak punya Ayah?"

Petang menggeleng tegas, "Bukan itu."

"Terus karena apa? Kita udah sahabatan dari kecil dan aku yakin kamu nggak mungkin cinta sama aku."

"Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini. Aku cinta sama kamu dan aku mau kamu jadi istri aku. Titik nggak bisa ditawar."

"Kok gitu sih?" Gerutu Sarah, "Udah nggak romantis maksa lagi. Emang kamu kira aku bakal nerima lamaran kamu?"

"Seratus persen yakin. Kamu pasti bakal nerima lamaran aku."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan," Jawab Petang asal sambil tersenyum lebar, "Nikah itu ibadah semakin cepat semakin bagus. Kita nikahnya akhir bulan ini yah."

"PETANG!!! AKU NGGAK MAU!!!" tanpa sadar Sarah berteriak hingga bayi yang ada di dalam gendongannya kembali menangis.

S E L E S A I





Seguir leyendo

También te gustarán

6.4M 503K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
ALIF Por Ismaawtn

Espiritual

6.8M 483K 59
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
6.6M 573K 72
|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena k...
382K 21.7K 85
"Manusia saling bertemu bukan karena kebetulan, melainkan karena Allah lah yang mempertemukan." -Rashdan Zayyan Al-Fatih- "Hati yang memang ditakdirk...