The Sword Princess

By loozeey

92.2K 5.9K 393

"I found peace in your violence." Perjodohan, gaun, sepatu hak tinggi, dan sikap yang harus dimiliki oleh seo... More

Prologue & Author's Note
1: Life as a Princess
2: An Unknown Guy
3: The Royal Family
4: Hunting with Sebastian
5: Meet The Prince
6: She was Worried
7: Hunting with The King
8: The King has Injured
9: The Risks for Revolution
10: Sebastian Visited The Castle
11: An Armour
12: Finding Sturdy
13: A Friend for Sturdy
14: A Letter From Richard
15: She Couldn't Sleep
16: Terrible News
17: Reminder
18: A New Dog for Princess
19: Bartholomew was Kidnapped
20: The War has Begun
21: Victory
22: The Controversy
23: Being Suspicious
24: Touched by Another Man
26: Not A Hundred Percent Princess
27: Avoiding Mother
28: The Truth
29: Satisfactory Outcome
30: The King Found Out
31: Adaptation
32: Another Bad News
33: Bitter Fact
34: Why Him?
35: Problem Between The King and The Prince
36: Making Love
37: France

25: Shut Herself

1.2K 99 8
By loozeey

Aku tidak melakukan apapun selain diam di atas kasurku. Wajah pucatku juga tidak berekspresi apapun. Bahkan air mataku bisa turun diam-diam mengingat bagaimana lelaki itu menyentuhku, seakan ia merendahkanku. Aku menghapus air mataku dengan lemas. Ya Tuhan, maafkanlah segala kesalahanku, kumohon jangan biarkan hal seperti ini terjadi padaku lagi, dan juga pada wanita manapun di dunia ini.

            Pintu kamarku terbuka, menampakkan Ibuku dengan wajah khawatirnya, namun masih berusaha untuk tersenyum. Bibirku tersenyum menatap Ibuku, ini adalah senyum pertamaku setelah kejadian itu. Tidak ada yang tahu kalau aku disentuh oleh lelaki tak dikenal itu, kecuali Sebastian. Tidak ada yang boleh tahu kalau Princess of England sudah tersentuh secara tidak bermoral oleh seorang laki-laki. Bahkan aku selalu mengenakan gaun dan baju tidur yang menutupi leherku, aku juga jarang keluar kamar. Yang mereka tahu, aku hanya disandera, tidak lebih dari itu. Sebenarnya aku ingin sekali menceritakan hal ini pada Ibuku, tapi waktu itu aku belum siap. Mungkin inilah saatnya.

            "Bagaimana kabarmu?" tanya Ibuku seraya mengelus pelan tanganku. Aku sempat terkejut dengan sentuhannya. Entah mengapa, semenjak kejadian itu, siapapun yang menyentuhku membuatku was-was. Bahkan saat Robert ataupun Francis menggenggam tanganku, aku langsung melepasnya. Aku benar-benar tidak ingin disentuh.

            Tapi entah mengapa itu tidak berlaku bagi Sebastian.

            "Begitulah, aku belum merasa begitu baik." Ibuku tersenyum lembut. Akhirnya, selama aku hidup, dan semenjak Ayahku meninggal, aku benar-benar merasakan kasih sayang seorang Ibu. Walaupun ia hanya tersenyum, membawakanku makanan, dan hanya menanyakan kabarku, hal-hal sederhana seperti itulah yang aku butuhkan darinya.

            "Semenjak kasus ini, Robert memutuskan agar pertunanganmu diundur. Tetapi, kalau suasana sudah membaik, kau langsung dinikahkan dengan Francis, tanpa ada pertunangan."

            Aku menunduk dan mengangguk. Dulu, pertunangan dan pernikahanku dengan Francis adalah kabar terburuk yang pernah kudengar. Sekarang, kabar itu sudah tidak lagi membuatku geram. Aku sudah merasakan yang lebih buruk dari sekedar pernikahan paksa. Jadi, pernikahanku dengan Francis bukan lagi beban untuk dipikirkan.

            "Bu, sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu."

            "Ya? Ada apa?" ia bertanya lembut dan juga sambil tersenyum.

            Aku menelan ludahku. Semoga saja dengan menceritakan hal ini pada Ibuku akan membuatku jauh lebih lega. Semoga dia bisa memberikanku petuah-petuah untuk kembali semangat. Hanya dia lah yang aku harapkan di saat seperti ini.

            "S-Sebenarnya ... saat aku disekap, aku tidak hanya disekap dan didiamkan," ucapku, tak berani menatap wajahnya. "A-Aku—" sial, entah mengapa untuk membicarakan hal ini sulit sekali. Rasanya ucapan itu berhenti di dalam mulutku, dan tidak mau lolos dari bibirku. Tapi, aku harus mengucapkan ini. Aku menatap Ibuku dan aku mendapati wajahnya tampak was-was. "Aku nyaris diperkosa, Bu."

            Ia tampak tersentak. Tangannya terlepas dari tanganku. Ia langsung menutup bibirnya dengan tangannya. Aku dapat merasakan kesedihan bergejolak dalam dirinya. Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha untuk kuat. Sama seperti aku, dia tidak akan menangis di depan orang.

            "Untung saja para penjaga kerajaan menemukanku dengan cepat. D-Dia ... dia sudah berhasil menyentuhku, tetapi belum mencapai apa yang dia inginkan. Sampai sekarang aku masih bersyukur dengan kehadiran Sebastian dan para penjaga. Baru disentuh saja, sudah membawa trauma teramat padaku, apalagi kalau dia berhasil memperkosaku." Aku tertawa kecil, namun garing dan bergetar. Ibuku tetap diam dan syok. Ia menarik napasnya dalam-dalam, dan membuangnya perlahan.

            Akhirnya ia menatap mataku. "Jadi, dia nyaris memperkosamu?" Aku mengangguk perlahan.

            Tidak seperti yang kukira, ku pikir ia akan memelukku dan mengatakan kalau segalanya akan baik-baik saja. Namun dia justru beranjak dari kasurku dan berjalan meninggalkanku dengan wajah syoknya. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya. Mungkin ini bentuk kesedihannya.

            "Bu," ia berhenti melangkah, dan hanya menoleh kecil. "Tolong jangan beritahu hal ini pada siapapun. Hanya kau dan Sebastian yang tahu. Lagipula, aku sudah mulai membaik sekarang, Bu. Kau tidak perlu khawatir." Aku berbohong, aku tidak ingin melihatnya sedih akibat diriku.

            Ia hanya mengangguk kecil dan kembali melangkah, meninggalkanku sendirian di kamar. Aku merebahkan diriku di kasur, menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Ya Tuhan, berikanlah aku semangat yang aku miliki dulu, sebelum kejadian ini.

--

"Your Grace," sapa salah satu ladies-ku lalu membungkuk. Aku menatapnya tanpa ekspresi. Aku baru saja bangun dari tidur siangku, jadi sekarang aku masih mengumpulkan nyawa. Ya, beginilah aku, setelah kejadian itu, aku hanya malas-malasan di kamar. Tidak ingin bertemu dengan orang banyak. "Sebastian ingin bertemu denganmu."

            Aku mengangguk lemas. Ia pergi menuju pintu kamarku, sementara aku menguap lebar. Perutku keroncongan, tapi tidak ada nafsu makan. Ugh, aku benci diriku yang sekarang. Tidak jelas arah dan tujuannya.

            Sebastian muncul dari pintu kamarku. Ia tersenyum, begitu juga denganku. Ia menghampiriku dan duduk di pinggir kasur. Sementara tubuhku ditutupi selimut sampai ke leher. Udara memang dingin.

            "Masih belum ingin keluar kamar?" tanya Sebastian sambil tersenyum lembut.

            Aku menggeleng. "Ternyata sulit untuk mengembalikan diriku yang seperti dulu."

            "Sulit, tapi kau pasti bisa. Kau adalah wanita yang paling kuat dan berani yang pernah kulihat, Azaria, kau pasti bisa melewati ini. Jangan biarkan si brengsek itu mengambil keberanian dan semangat yang kau miliki. Jangan biarkan dia menang dan kau kalah."

            "Kau benar. Aku selalu mengingatkan itu pada diriku. Aku tidak akan membiarkan diriku kalah. Tapi untuk saat ini, rasanya masih sulit." Aku menghela napas berat. "Aku juga bingung."

            "Tidak apa-apa. Semuanya butuh waktu. Waktu juga akan membantu untuk menyembuhkan lukamu."

            "Terima kasih Sebastian, sudah peduli denganku."

            "Itulah gunanya teman, bukan?" aku terkekeh, begitu juga dia. "Lagipula, aku punya sesuatu untukmu yang dapat membuatmu kembali semangat." Sebastian merogoh kantong yang berada di dalam jaketnya, lalu ia mengeluarkan kertas yang terlipat dari sana. Kertas itu ia berikan padaku. Aku tidak tahu apa isinya, tapi entah mengapa melihat dan memegang kertas ini saja sudah membuatku deg-degan.

            "Apa ini?" tanyaku seraya membuka lipatan kertas ini. Wow, ternyata lebar dan besar juga ukurannya. Aku sampai kewalahan, seakan-akan sedang membuka peta.

            "Itu adalah nama anggota massa katolik yang melakukan pemberontakan." Aku langsung menatap Sebastian dengan mata berbinar. "Nama dan tanda tangan mereka tertera jelas di sana. Aku memang tidak begitu tahu banyak siapa-siapa saja mereka, namun kurasa kalau kita berhasil membebaskan Bartholomew, dia bisa membantu kita mencari mereka."

            "Tanpa Bartholomew pun, kurasa para penjaga dan beberapa orang di istana ini tahu siapa mereka." Aku tersenyum puas dan bangga menatap kertas ini. "Nama mereka semua bisa dilacak di daftar buku rakyat, Cecily punya itu. Kita tahu rumah mereka dan kita habisi mereka."

            Sebastian terkekeh. Setidaknya kita mendapat titik terang di tengah kegelapan ini. Ini benar-benar sangat berguna.

            "Dan bagaimana caramu mendapatkan ini?"

            "Kami menemukannya di Dinham, di tengah siang. Untungnya tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada dua penjaga. Namun aku cukup pintar dan gesit dalam hal ini, jadi aku bisa mengambilnya." Ia terkekeh, begitu juga aku. "Kau beruntung karena aku dulu sempat berprofesi sebagai pencuri."

            Aku terbahak. "Dan apakah kau membunuh dua penjaga itu?"

            Dia menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku tidak ingin membuat mereka curiga dan membuat keributan di sana. Aku ingin mereka semua berpikir kalau tidak ada yang salah di sana, sampai mereka menyadari kalau kertas ini ... menghilang."

            "Bagus, bagus. Kau hebat Sebastian, aku berhutang banyak padamu."

            "Tidak masalah. Aku juga senang sekali bisa membantu untuk negara ini. Apalagi membuatmu tersenyum seperti sekarang, kebahagiaanku jadi bertambah berkali-kali lipat."

            Aku tersenyum, menatap mata Sebastian. Aku sekarang tahu di mana aku bisa mencari kebahagiaanku, yaitu tepat ada di hadapanku sekarang.[]

Continue Reading

You'll Also Like

3M 106K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...
134K 10.5K 29
"Karena aku ingin menjadi hari esok untukmu, maka aku hidup hari ini."
159K 11.4K 33
Highest Ranking : 16 in Fantasy (25/06/17) [PRIVATE, YOU CAN FOLLOW ME FIRST] Evana Antonia Damsell adalah seorang gadis muda yang cukup manis. ia be...
4K 246 6
[Edisi Special JK's Birthday] Mungkin selesai pas Jungkook ulang tahun.