Yours

By Elsarst

739K 66.5K 6.1K

[PLAGIATHOR HARAM MAMPIR, TQ] (Sequel The Most Wanted Boy Vs Bad Girl) Cover by: HajidahNasia Hidup Lalisa ya... More

PROLOG
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
bagian 26
bagian 27
DIBUKUKAN !!!
Bagian 28
bagian 29
bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
EMANG MASIH NUNGGU?
BAGIAN 36

Bagian 9

28.1K 3K 126
By Elsarst

Di tiap malam Lalisa selalu keluar dari balkon kamarnya hanya untuk memastikan adakah bintang hari ini. Seperti saat ini, ia sedang berdiri memandang ke langit gelap yang nampak cerah karena para bintang menemaninya bersama bulan.

Lalisa terus tersenyum. Ia memang tidak menyukai gelap, tapi karena bintang Lalisa rela keluar.

"Bintang salting tuh diliatin lu," Lalisa memudarkan senyuman dan masih diam tidak berkutik saat suara seseorang yang ia sebal terdengar. Siapa lagi jika bukan tetangga sebelah kirinya.

Lalisa mengalihkan pandangannya kepada orang itu dengan tatapan bingung, "Seketika rusak semua pemandangan indah di mata gue. Karena lu!" ucapnya jutek.

Namun sejutek-juteknya Lalisa, bukan Niko namanya jika ia menciut. Justru ia malah terkekeh sambil menggeleng kemudian menoleh ke arah Lalisa dengan senyuman yang seperti tengah meledeknya dengan kedua alis yang terangkat, "Rusak? Oh... Gue kirain cuma pemikiran di otak lu doang Lalis yang rusak. Ternyata di mata juga ya, turut sedih." Niko tertawa puas.

"Puas puasin deh lu ketawa. Dasar cowok gila! Gue harap ada bintang jatuh dan gue bakalan minta biar lu pindah dari sebelah rumah gue. Yang jauhhhh!" cerocos Lalisa dengan gaya bicaranya yang lucu membuat Niko berhenti tertawa dan terus saja menatapnya sambil tersenyum kecil.

"Kalo doa tanpa usaha gak akan," ucap Niko.

"Yaudah nanti gue usaha. Gue apain itu rumah lu, gue kasih hantu hantuan, atau apa kek yang bikin lu jauh dari hidup gue." balas Lalisa.

"Ya kalo lu apa-apain rumah gue silahkan aja," kemudian Niko beralih melihat ke depan, "Paling gue sama keluarga gue numpang di rumah lu sementara dan kita bakalan serumah," lanjutnya dan menoleh kembali ke arah Lalisa.

"Dan gue bisa apa-apain lu sebagai balasan lu udah apa-apain rumah gue," ucap Niko lalu mengedipkan kedua mata sambil tersenyum licik sementara Lalisa langsung membulatkan kedua matanya dan mulut yang sedikit terbuka.

"Ish awas ya lu apa-apain gue! Gue yakin hidup lu gak akan tenang. Dasar cowok mesum!" Lalisa pun berbalik badan dan masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kaca itu.

Sedangkan Niko langsung terkekeh geli, "Padahal gue gak bilang apa-apain kaya gimana tapi pikiran dia udah macem macem aja. Hahaha, dasar cewek otak mesum." gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.

🔥

Di hari libur seperti ini biasanya Revan setiap pagi selalu lari mengelilingi komplek dan berhenti di lapangan perumahannya untuk bermain basket sendiri. Dan dikala itu juga Lalisa bangun, biasanya ia tidak pernah bangun pagi tapi untuk modus agar jogging berdua dengan sahabatnya yang juga orang yang ia sukai Lalisa rela memotong jam tidurnya.

Tepat di depan cermin gadis yang memakai celana pendek di atas lutut dan juga baju lengan pendek berwarna putih polos itu berlenggak-lenggok sambil tersenyum manis walaupun sedikit memperlihatkan mata pandanya, "Apa yang kurang ya? Oh iya liptint!" Lalisa langsung meraih liptint di atas meja riasnya lalu kembali ke cermin besar dan memakainya.

Lalisa mengecap kedua bibirnya berkali-kali agar warnanya menjadi rata kemudian pergi keluar dengan bersemangat.

Di luar rumahnya ia sengaja berdiri sambil melakukan pemanasan sambil melirik rumah Revan yang masih tertutup namun tak lama kemudian Revan keluar sambil mendrible bola itu dan di saat itu juga Lalisa kembali membuang muka pura-pura tak memperhatikan Revan.

Revan yang melihat Lalisa pun langsung menghampirinya sambil membawa bola itu. Revan tertawa tepat di samping Lalisa, sontak Lalisa langsung menoleh dengan raut wajah yang kebingungan, "Kenapa ketawa?" tanyanya.

"Lalis...." Revan merangkul sahabat kecilnya itu yang sudah dianggap adik, "Kalo mau nyamper gue buat lari pagi bilang aja jangan nunggu di sini terus merhatiin tapi pas ada guenya pura-pura buang muka." bisiknya sambil tersenyum manis membuat Lalisa tertegun dan hanya menatap tangan Revan yang merangkulnya. Ia sudah lama tidak mendapat rangkulan itu.

"Yaudah yuk kita lari pagi." baru ingin menurunkan tangannya tiba-tiba Lalisa menarik kembali tangan Revan agar tetap merangkulnya dan menoleh. Mata mereka berdua saling bertemu, mata yang menyiratkan saling sayang namun beda kategori itu, kalo Revan sayang sebagai adik tapi kalo Lalisa jelas menatapnya dengan berkaca-kaca yang juga diikuti detak jantung yang berdegup cepat, "Yuk." Lalisa tersenyum.

Revan kembali tersenyum, "Jadi sekarang gadis kecil gue ini gak sirih lagi ya gue rangkul," ucap Revan sambil mengacak-acak pucuk rambut Lalisa.

"Rangkul gue ya biar gue gak ada yang godain sama abang abang cangcimen." mohon Lalisa.

"Biar dikira pacaran?" tanya Revan sambil menaikkan alisnya sebelah.

Lalisa diam sejenak sebelum berkata, "Iya.." lalu mengulum kedua bibirnya dan membatin, kalo beneran juga gak apa apa biar gak perlu capek capek pura-pura kaya gini terus.

"Udah lah..." Revan menurunkan tangannya, "Kan kita mau lari masa rangkulan, pokoknya lu tenang aja. kalo abang abang cangcimen itu godain lu? Ya berarti masih ada cowok yang mau sama cewek jutek kaya lu, Lalis. Harus bersyukur." ledeknya lalu tertawa renyah dan pergi berlari duluan.

"Ish, Revan!" kemudian Lalisa mengejar Revan.

~•~•~

Mereka berdua tepar di lapangan. Duduk bersebelahan dengan nafas yang terpenggal-penggal karena habis berlari, "Huft..." Lalisa meminum air mineral.

"Oh iya Lalis." Revan memulai percakapan.

"Apa?" Lalisa menoleh.

"Lu deket kan sama Niko?" tanya Revan.

Lalisa terlonjak kaget dengan mata yang membulat, "Hah? Enggak lah." tukasnya dengan cepat.

"Tapi kayanya Niko tuh perhatian banget sama lu. Buktinya pas kemaren gue ketemu dia sama Tsania dan tau lu gak pulang bareng gue, dia langsung buru-buru pergi."

"Jangan salah paham." Lalisa menampilkan puppy eyes nya.

Sontak Revan langsung terkekeh, "Gue gak salah paham. Haha... Maksud gue ya gue mau minta tolong sama lu buat bujuk Niko untuk masuk tim basket gue, soalnya tau sendiri kan si Jajang belum bisa main gue takutnya pas hari H-nya dia masih belum diizinin, dan kemungkinan tim gue nanti bakalan di eliminasi."

Lalisa menatap bola mata Revan yang terlihat sangat takut jika timnya kekurangan pemain. Kemudian ia memegang pundak Revan dengan tatapan sendu, "Lu jangan patah semangat gitu dong, Van. Gue pastiin Niko ikut tim lu kok," Lalisa tersenyum dan meyakinkan sahabatnya itu.

Revan pun membalas senyuman Lalisa kemudian mengacak pucuk rambutnya, "Makasih ya," ucap Revan dan Lalisa hanya mengangguk.

🔥

Sepulang jogging, Lalisa berdiri di depan pintu utama rumah Niko. Cukup lama ia berpikir dan beberapa kali juga ingin mengetuk tapi tidak jadi. Lalisa sebenarnya malas harus ketemu manusia itu, seharusnya libur bisa membuatnya bebas untuk tidak bertemu dengan Niko.

"Argh!!!" Lalisa kesal sendiri sambil menghentakkan kakinya beberapa kali ke lantai.

"Harusnya tuh gue bebas dari ini anak kalo libur. Gue bebas gak ketemu dia seharian. Ini malah berurusan lagi sama ini orang!" Lalisa menggerutu sendiri sambil meremas jemarinya.

Namun beberapa detik kemudian pintu itu terbuka. Sontak Lalisa langsung berdiri tegak dengan senyuman ramahnya takala melihat bahwa mama Niko lah yang membuka. Dalam hati Lalisa bersyukur.

"Loh Lalis? Tumben." Maurin tersenyum.

"Hehe... Iya, tante. Hmm ini..." Lalisa gugup sampai menggigit bibir bawahnya.

"Mau ketemu Niko, ya? Niko masih tidur, kalo mau kamu ke kamarnya aja bangunin noh dia kalo libur bangunnya kadang sampe sore."

Lalisa membuka mulutnya, ia rasanya ingin ketawa sepuas-puasnya namun ditahan karena tidak enak dengan Mamanya.

"Yaudah deh tante, aku pulang aja. Gak enak juga kan dia mungkin gak bisa diganggu,"

"Tante minta tolong bangunin boleh gak Lalis? Soalnya dia susah banget di bangunin. Kali aja kamu bisa bangunin dia, soalnya tiap sekolah tante bilangnya noh Lalis udah nungguin eh dia langsung bangun dan buru-buru." Lalisa mengangkat kedua alisnya dan cukup terkejut atas ucapan Tante Maurin.

"Ahahaha... Yaudah deh," Lalisa tersenyum walau terlihat memaksakan.

"Yaudah masuk, kamarnya di lantai atas di kamar depan." Maurin memberi tau dan Lalisa hanya mengangguk mengerti kemudian masuk bersama dengan Maurin.

Di dalam, tepatnya di lantai atas Lalisa sengaja melambatkan jalannya karena melihat beberapa bingkai foto keluarganya yang di pajang di dinding. Kemudian matanya beralih melihat salah satu kamar, langkahnya pun terhenti.

"Hah? Secret room?" Lalisa kebingungan karena di sebelah kamar Niko terdapat satu kamar yang pintunya bertuliskan Secret Room.

"Hahaha... Aneh aneh aja itu kamar pake di namain gitu. Emang di kamar itu ada rahasia apa sih sampe larangannya dilarang buka selain orang ganteng.. Haduh dasar cowok pede!" Lalisa tertawa lucu saat membaca bandrol besar yang dipajang di pintu itu dengan bacaan 'Aturan: Dilarang buka selain orang ganteng -tertanda Niko'

"Bodo ah, paling itu buat dia seneng seneng sama cewek. Dasar," Lalisa melangkah mendekati kamar Niko lalu membukanya.

Dan ternyata saat ia sudah membuka pintu itu, gelap. Lalisa tidak suka gelap.

"Aduh kenapa pake di gelapin sih kamarnya!" Lalisa meraih ponselnya dan menyalakan senter di hpnya lalu mencari saklar lampu.

Lalisa berada di ujung sudut kamarnya dan ia berhasil menemukan saklar itu, lalu jarinya langsung menekan saklar itu sehingga lampu menyala. Lalisa tersenyum melihat lampu itu menyala kemudian ia berbalik dan tubuhnya tiba-tiba terlonjak, "Aaaa..." Lalisa menutup mata dengan telapak tangannya.

Dan ternyata Niko lah yang membuatnya terkejut sampai berteriak histeris karena dirinya duduk di kasur dengan melipatkan kedua tangannya di atas dada dan yang membuat Lalisa berteriak adalah karena Niko tidak memakai baju.

"Heh, lu udah masuk kamar cowok sembarangan terus make berisik segala lagi. Ganggu tau gak!" kesal Niko sambil terus menatap Lalisa yang masih menutup mata.

"Lu juga gak sopan gak make baju di depan cewek!" balas Lalisa dengan nada gemetar.

Niko melihat badannya sekilas kemudian tersenyum miring, "Perasaan ini kamar gue deh." Niko berdiri dari kasurnya dan berjalan ke arah Lalisa yang diam membeku sambil menyumpah serapahinya.

Lalisa mengintip dari sela jarinya dan tubuhnya bergetar hebat saat melihat Niko sudah di depannya kemudian di tutup rapat kembali jemarinya itu, "Mau ngapain lu?! Gue bisa teriak ya! Gue pastiin lu bakalan dihajar abis abisan sama bokap lu, bokap gue kalo lu berani apa apain gue! Heh, Niko Menjauh! Lu gak tau ya gue punya jurus lu mendekat gue tonjok lu!" cerocos Lalisa tanpa henti sementara Niko malah tersenyum devil sambil melangkah lebih dekat membuat Lalisa ikut mundur.

"Niko! Gue hajar lu!" ancam Lalisa sok tegas namun masih seperti takut.

Namun tidak ada suara.

"Niko!" panggilnya sedikit tinggi.

"Lu lagi gak ngapa-ngapain, kan?" tanyanya takut jika membuka mata Niko melakukan sesuatu yang tidak ingin dilihat.

"Gak perlu capek capek teriak. Sini gue bikin lu teriak," ucap Niko lalu mencubit lengan Lalisa dengan gemas membuat Lalisa langsung berteriak kesakitan dan melepas tangannya dari kedua mata.

"Awww...." Niko pun melepas cubitan itu dan tersenyum manis saat Lalisa berani menatapnya lagi.

Lalisa menurunkan pandangannya ke tubuh Niko, matanya melebar saat Niko sudah memakai kaos hitam polos. Ia segera menutup mulutnya yang terbuka lebar.

"Kok?" Lalisa kembali menatap bola mata Niko dengan penuh tanya.

Niko mendecih sambil menggeleng, "Padahal lu yang sering ngatain gue otak mesum ya. Tapi lu sendiri berpikiran kemana mana. Hahaha," ledeknya tertawa puas.

Raut wajah Lalisa berubah dengan tatapan tajam, "What?!" ia tidak terima.

"Gue itu tadi ngambil baju di lemari," Niko menunjuk lemari besar yang berada tepat di samping Lalisa.

Lalisa melirik lemari itu sekilas kemudian menundukkan kepalanya. Ia merasa malu apalagi sekarang pipinya akan memerah.

"Oh," jawabnya singkat dan juga gugup.

Cukup lama Niko memandang Lalisa tapi langsung beralih saat Lalisa mengangkat kepalanya. Sepertinya ia ketahuan memperhatikan gadis itu sehingga Lalisa ikut tertegun.

"Jangan perhatiin gue gitu. Nanti lu naksir. Nanti lu potek, hehe.." pede Lalisa.

Niko terkekeh lalu kembali melihat Lalisa, "Naksir? Hahaha... Ya enggak lah. Mana mungkin gue suka sama body triplek kaya gitu. Lagian ngapain sih lu ke kamar gue? Untung aja gue pake celana boxer kalo enggak lu bakalan terpesona sama gue." Niko mengalihkan pembicaraan karena terlalu gugup.

Lalisa menggeliat geli, "Ih najong. Terpesona apaan. Lu kali terpesona sama gue. Heh badan badan triplek gini juga bukan hasil sumpelan gak kaya Tsania itu, ewh."

"Hah?" Niko mengangkat alisnya sebelah sambil tersenyum miring.

Seketika Lalisa menutup mulutnya rapat-rapat. Ia kesal dengan dirinya sendiri karena berani sekali bicara itu di depan laki-laki. Lalisa terus menyumpahi dirinya sendiri karena terlalu ember.

"Gak! Udah ah panas gue di sini, gue cuma di suruh bangunin lu. Bye." Lalisa berjalan untuk ke pintu sementara Niko berpikir, "Perasaan Acnya nyala. Kok panas?" gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tapi tak lama kemudian Lalisa kembali membalikkan badannya, "Niko." panggilnya.

Niko berbalik, "Kenapa lagi?" tanyanya dingin.

Lalisa diam sejenak lalu menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya, "Masuk tim basket Revan, plis." Lalisa menyatukan kedua tangannya seperti memohon.

Niko sedikit terkejut dengan ucapan Lalisa yang terdengar seperti memohon-mohon, "Gue udah bilang gak tertarik kan sama lu? Gue juga ada eskul Photography dan nanti waktunya takut gak bisa terbagi."

Lalisa memelaskan raut wajahnya, "Plis, plis, plis!" jika bukan karena Revan tidak akan dia memohon seperti ini.

"Jadi asisten gue sampai pertandingan bener-bener selesai? Deal?" Lalisa mendatarkan ekspresi dan tangannya turun.

"Jangan itu dong. Kan pertandingannya cuma sehari masa—"

"Atau cium gue tiap pagi? Pilih mana?" Niko menyeringai nakal karena melihat raut wajah Lalisa yang langsung cengo.

"Oke. Asisten. Deal." Lalisa kesal karena Niko selalu membuatnya tidak berkutik.

"Deal. Mulai besok. Bye asisten tepos," Niko melambaikan tangannya.

"Ish!" baru ingin membalas cacian dari Niko tapi Niko langsung mengacungkan telunjuknya, "Inget! Asisten gak boleh ngecaci maki tuannya, gak boleh males, gak boleh ngelak dan harus lakuin apapun. Inget ya!"

"Tau ah," Lalisa lebih baik pergi daripada ia darah tinggi mendadak karena Niko.

"Mulai besok bangunin gue pagi pagi jangan lupa!" teriak Niko yang sudah jelas terdengar gadis yang sedang menggerutu itu. Sementara Niko langsung tersenyum kemenangan.

🔥

Sebenernya sih aku gak slow update ataupun fast, itu tergantung vote sama comments sih whehe^^

Kalo misalnya 100 lebih gitu sama commentsnya bikin semangat aku pasti bakalan semangat juga nextnya.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 143K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
905K 47.3K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
666K 8.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
437K 33.6K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...