Bad Boy Is A Good Papa [END]

By kecoamerahmuda

37M 2.3M 323K

🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayori... More

🍁 S A T U 🍁
🍁 D U A 🍁
🍁 T I G A 🍁
🍁 E M P A T 🍁
🍁 L I M A 🍁
🍁 E N A M 🍁
🍁 T U J U H 🍁
🍁 D E L A P A N 🍁
🍁 S E M B I L A N 🍁
🍁 S E P U L U H 🍁
🍁 S E B E L A S 🍁
🍁 D U A B E L A S 🍁
🍁 T I G A B E L A S 🍁
🍁 E M P A T B E L A S 🍁
🍁 L I M A B E L A S 🍁
🍁 E N A M B E L A S 🍁
🍁 T U J U H B E L A S 🍁
🍁 D E L A P A N B E L A S 🍁
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁 1/2
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁
🍁 D U A P U L U H 🍁
🍁 D U A P U L U H S A T U 🍁
🍁 D U A P U L U H D U A 🍁
🍁D U A P U L U H T I G A🍁
🍁 D U A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 D U A P U L U H L I M A 🍁
🍁 D U A P U L U H E N A M 🍁
🍁 D U A P U L U H T U J U H 🍁
🍁 D U A P U L U H DE L A P A N 🍁
🍁 D U A P U L U H S E M B I L A N 🍁
🍁 T I G A P U L U H 🍁
🍁 T I G A P U L U H S A T U 🍁
🍁 T I G A P U L U H D U A 🍁
🍁 T I G A P U L U H T I G A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 T I G A P U L U H L I M A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E N A M 🍁
🍁 T I G A P U L U H T U J U H🍁
🍁 T I G A P U L U H D E L A P A N 🍁
🍁 E M P A T P U L U H 🍁
🍁 E M P A T P U L U H S A T U 🍁 ENDING
Hello 🙃
🍁 B O N U S 🍁
🍁 B O N U S 🍁

🍁 T I G A P U L U H S E M B I L A N 🍁

688K 47.8K 6.7K
By kecoamerahmuda

Typo adalah jalan ninjaku.

Mohon koreksinya.

***

Maaf buat semuanya. Tentang lahiran gue gak ngerti banyak. Jadi proses lahiran Kinzy gue buat seperti BBGIAP versi lama. Mianhe :"

***

 Menurut perkiraan dokter, Kinzy akan melahirkan lima hari lagi. Arthur sebagai pihak pria yang tahunya hanya tanam saham, lima hari ke depan rasanya sangat lama. Sedangkan Kinzy sebagai pihak wanita yang mengembangkan saham merasa serba salah. Rasanya ia sangat tak sabar untuk melihat para putrinya, tetapi Kinzy juga belum siap untuk melahirkan.

"Zy, lahirannya kapan sih?"  Tanya Arthur sambil membelakangi Kinzy untuk memakai jasnya yang sudah diberada di genggaman Kinzy. 

"Thur, kamu udah nanyain dari dua hari yang lalu loh." Jawab Kinzy jengkel sambil membantu Arthur memakai jasnya.

 "'Kan aku udah gak sabar, Zy." Ucap Arthur pelan lalu berbalik untuk menghadap Kinzy.

"Gak sabar sih gak sabar, tapi masa nanyain tiap sejam?!" Kinzy berlalu meninggalkan Arthur di dapur.

Ya, sejak kepulangannya dari Jepang, Arthur mulai rajin ke kantor. Selain karena ia sudah tidak sekolah lagi, kantor juga lagi sedang masa sibuk-sibuknya.

"Mukanya kok gitu?" Tanya Arthur lagi ketika ia menyusul Kinzy ke ruang tengah. Arthur dapat melihat Kinzy yang duduk di single sofa dengan wajah yang terlihat lemas sambil mengusap-usap perutnya.

"Dari tadi malam kontraksinya makin sering." Ucap Kinzy tertahan karena merasa sakit pada perutnya.

"UDAH MAU LAHIRAN?!" Arthur kegirangan sambil berlari mendekati Kinzy lalu menekuk lututnya di hadapan Kinzy.

 "Kayaknya sih iya. Soalnya tiap lima menit kerasa kontraksi gitu." 

"Yaudah, ke rumah sakit ayo! Siapa tahu si dokter salah prediksi. 'Kan bisa aja." Balas Arthur enteng sambil mengusap-usap perut Kinzy. "Bentar lagi kalian bebas loh!"

"Kamu kira mereka disini lagi di penjara apa?!" Sungut Kinzy sambil menepis tangan Arthur yang mengusap perutnya.

"Bukan gitu loh, Mama. Dasar cewek sensi mulu dah." Ucap Arthur ketika membalas tepisan Kinzy dengan tarikan lembut pada tangan Kinzy. Arthur mengalungkan tangan Kinzy pada lehernya. Arthur menatap mata Kinzy lekat sambil tersenyum lembut. Sedangkan Kinzy masih dengan wajah lesunya. "I love you, Mama." Arthur menutup matanya lalu mulai menjalankan wajahnya untuk mendekati wajah Kinzy. Tetapi langsung tertahan karena merasakan jambakan pada rambunya bagian belakang.

Arthur langsung membuka matanya dan dapat melihat wajah Kinzy yang memerah sambil menutup matanya erat.

"Lah, Zy?" Arthur langsung panik.

"Arthur, sa-kit..." Rintih Kinzy masih menutup matanya erat dan menggigit bibir bawahnya.

"Kita kerumah sakit, ya?"

"SAKIT BANGET! ARRGGHH!!!"Kinzy mengangguk kuat bersamaan dengan semakin kuatnya jambakan pada rambut Arthur.

Dengan cepat, Arthur pun langsung berdiri lalu melepas jasnya. Arthur berlari kesana kemari berusaha mengabaikan teriakan Kinzy agar fokus untuk mengambil segala keperluan mereka. Arthur mengambil ponsel, dompet, kunci mobil, dan tak lupa tas yang berisi perlengkapan Kinzy dan anak-anaknya nanti yang sudah ia sandang di bahu lebarnya. Arthur kembali pada Kinzy dan segera menyelipkan masing-masing tangannya pada lekukan lutut Kinzy dan cekukan leher Kinzy. Lalu mengangkat Kinzy.

"Sabar ya, sayang." Bisik Arthur pada telinga Kinzy sambil mengecup pelipis Kinzy yang sudah berkeringat. 

Setelah mengunci apartemennya, Arthur segera menuju basement untuk mengambil mobilnya.

Selama Arthur berjalan ke basement Kinzy benar-benar berusaha keras untuk menahan suara teriakannya. Ia tidak ingin mengusik para penghuni apartemen yang lain dengan teriakannya.


Sesampainya di basement, mobil Arthur langsung melaju kencang keluar basement dan bersaing di jalan raya. Selama di dalam mobil Kinzy sudah mengeluarkan air matanya sambil berteriak untuk melampiaskan rasa sakitnya.

"Arthur, makin sakit!!!" Kinzy mencengkram bangku mobil hinga buku-buku jarinya memutih. Peluh sudah penuh menghiasi wajah merah Kinzy.

"Iya, sabar ya, sayang. Tinggal satu meter lagi kok."

"Satu meter gigimu! Buruan Arthur!!!" Teriak Kinzy. "Arthur, air ketubannya pecah." Ucap Kinzy yang terdiam seketika lalu kembali berteriak kesakitan.

"Duh anak gue gak sabaran bat dah mau ketemu papanya." Gumam Arthur untuk menenangkan dirinya agar tidak panik.

Arthur semakin mengencangkan laju mobilnya ketika sudah melihat rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, pihak rumah sakit langsung mengangkut Kinzy dengan brankar dan dimasukkan kedalam ruang bersalin.


Sedangkan Arthur menunggu dengan tampang tenang hati gundah luar biasa. Arthur sudah menghubungi para orang tua dan sahabat-sahabatnya

Selama dua puluh menit, Arthur hanya mendengar teriakan Kinzy dengan perasaan was-was. Lalu lima menit kemudian Arthur mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruang bersalin. Senyum Arthur mengembang. Pemuda itu medekat ke arah pintu ruang bersalin untuk mendengar suara indah itu. Bersamaan dengan datangnya orang tua Kinzy dan ayah kandung Arthur yang kursi rodanya didorong oleh Haila. Disusul oleh beberapa sahabat Arthur dan Kinzy yang berlari ke arahnya.

"Gimana?" Tanya Key, mamah Kinzy.

"Kayaknya yang lahir masih satu, Mah." Jawab Arthur.

Tiba-tiba pintu bersalin dibuka,

"Pak, pasien membutuhkan, Bapak!" ujar seorang suster yang keluar dari ruang bersalin  kepada Arthur sambil senyum-senyum malu mentap Arthur.

Ya, walaupun si suster sudah tahu kalau Arthur bakal menjadi calon ayah. Yang penting embat aja, soalnya ganteng. Arthur hanya mengangguk dan mengikuti si suster. Di atas ranjang bersalin, Arthur dapat melihat Kinzy masih dnegan wajah merah sambil menjulurkan tangan ke arahnya.

Arthur pun buru-buru menghampiri Kinzy dan segera menggenggam tangan Kinzy yang wanita itu ulurkan. Tangan Kinzy keringat dingin. Itulah yang Arthur rasakan pertama kali, disusul dengan cengkraman keras dari Kinzy.

 Arthur mengusap-usap kepala Kinzy sekedar mengingatkan Kinzy bahwa ia akan terus disini menemani Kinzy hingga selesai. Sekilas, Arthur dapat melihat anak pertamanya yang sudah tenang di gendongan salah satu suster.

Gue udah jadi bapak-bapak batin Arthur haru.

"Kita mulai lagi ya, Bu. Satu, dua, tiga!!!" Seru sang dokter yang menyentakkan Arthur dari lamunannya.

"KYAAAAAAAAAAAAAAKKKK!!!" Kinzy berteriak kencang sambil mencengkram lengan Arthur keras. Arthur shok. Bukan karena cengkraman Kinzy. Tapi karena ini adalah hal ekstrim yang pertama kali ia hadapi selama ia hidup 19 tahun.

"Zy, kamu pasti bisa! Aku percaya sama kamu." Bisik Arthur di telinga Kinzy dengan mata yang berkaca-kaca. Arthur lemah melihat Kinzy seperti ini.

"ARGGGH!!!" Dari teriakan Kinzy, Arthur mencoba untuk membayangkan bagaimana rasa sakit yang sedang dialami istrinya. Tapi tentu saja bayangannya tak bisa mencapai realita yang dialami Kinzy. 

"Kepalanya sudah lolos, Bu. Ayo, sedikit lagi!" Tangan Kinzy berpindah ke telinga Arthur.

Rasa takut Arthur semakin bertambah ketika telinganya ditarik oleh Kinzy. Arthur membatin, setidaknya kalau pun telinga aku putus satu, kamu bisa bangga sama aku, Zy.

"Akhirnya," ujar si dokter sambil mengangkat bayi perempuan lalu memberikannya pada Kinzy.

Kinzy pun langsung menerima bayi untuk kedua kalinya lalu membawa bayi itu kedalam dekapannya. 

Arthur tersenyum, tanpa pemuda itu sadari air matanya telah jatuh membasahi pipinya. Arthur mengusap kepala bayi kecilnya.

Dokter pun mengambil alih bayi kedua tadi sambil menepuk-nepuk bokong si kecil karena suara tangisan masih tak kunjung terdengar. Berbeda dengan bayi perempuan yang pertama, begitu lahir langsung menangis di pelukan Kinzy.

Keadaan sudah mulai hening ketika suara tangis masih belum terdengar.

Air mata Kinzy menetes semakin deras, ia langsung memeluk Arthur erat karena suara si adekan masih belum terdengar. Arthur membalas pelukan Kinzy tidak begitu erat. Arthur masih mencerna semuanya. Arthur mulai terbayang-bayang akan ketengilannya selama ini. Apakah ini karma?

Sekarang bagian dokter yang membersihkan si bayi. Dipukul, dicubit, tidak ada kemajuan. Kinzy masih menangis pilu di depan dada bidang Arthur.

Arthur mulai tersdar. Ini bukan saatnya untuk mengingat kejahilannya di masa lalu. Tapi kini ia harus menenangkan Kinzy. "Tenang dulu, dia pasti bakalan nangis!" Arthur masih menguatkan hati Kinzy.

Dia juga merasakan hal yang sama, tetapi dia menahan air matanya untuk tidak keluar lebih banyak. Bisa-bisa itu hanya akan memperkeruh suasana.

"Arthur, aku gak mau, mending aku aja yang pergi. Jangan dia.. hiks.. hiks..." racau Kinzy perih.

Deg...

Arthur sukses tersentak mendengar ucapan Kinzy barusan. Tidak, ia tidak mau jika Kinzy pergi secepat itu. Ia tak tahu akan jadi apa nantinya jika Kinzy tak bersamanya. Bagaimana juga nanti nasib anak-anaknya? Ia tak mau jika anak-anaknya nanti terlantar.

Hingga ketika bayinya selesai di bersihkan dan sudah berada di dalam bedungan, ia masih belum mau menunjukkan suara tangisnya. 

Arthur tiba-tiba melepaskan pelukannya pada Kinzy dengan lembut. Lalu berjalan ke arah dokter yang masih melakukan banyak hal pada bayinya.

"Saya mau gendong." Ucap Arthur pelan.

Sang dokter pun tersenyum ditengah ketegangannya lalu mengangguk. Arthur pun menerima bayi perempuan keduanya dengan pelan-pelan. Karena ia masih takut kalau ia salah gerak.

"Halo, ini papa." Bisik Arthur pelan. Air mata yang ia tahan untuk kedua kalinya kembali jatuh. "Papa sa--"

"OEEKKK OEEEK!!!" Arthur tersentak ketika bayi yang di gendongannya tiba-tiba menangis dengan snagat keras.

"Arthur!" Lirih Kinzy reflek karena senang mendengar tangisan itu. Kinzy tersenyum haru. Ketika ia bangga akan dirinya yang berhasil melahirkan dua anak perempuan di usianya yang masih menginjak 17 tahun, Kinzy kini lebih bangga pada suaminya, Arthur. 

 Arthur harusnya tahu bahwa ia sudah berhasil membanggakan Kinzy tanpa telinganya hilang satu.

***

Salam,

Kecoamerahmuda.

Continue Reading

You'll Also Like

418K 36.4K 56
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
13.6K 728 45
Adventiani Azura Azayana. Mendengar namanya saja, semua tau bahwa gadis itu adalah gadis yang berhasil meluluhkan hati seorang mostwanted di sekolah...
612K 22.5K 31
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
63.6K 8.4K 63
📌 Cerita sudah terbit, part tidak lengkap. 📌 Direvisi di word. 📌 Versi Wattpad tidak direvisi. 📌 Masih banyak kata-kata yang tidak sesuai PUEBI a...