Emerald Eyes 1&2

By amateurflies

1.1M 74.7K 5.3K

Aku sempat merasakan semuanya. Desir perih mencintai seseorang hanya dalam satu waktu. Waktu saat kita dipert... More

Teaser
Trailer 257's
New Trailer
Prolog
1. Perkara nama
2. Terciduk
3. Lawden Hall
4. Gadis tak dikenal
5. Aranasya Lawden
Meet The Characters!
6. Pisau Berdarah
7. Her Emerald Eyes
8. Bangkai Tikus
9. Pengecut!
10. Tidak baik-baik saja
11. Sepotong kalimat yang membahagiakan
12. Aksi Adnan
14. Kecurigaan Madam Loly
15. Tuduhan
16. Perkara penting
Eyes Updates
17. Sadar diri
18. Sebagian yang sempat hilang
19. Tatapanmu
20. Cemas
21. Life saver
22. Pilihan
23. Teori Cinta Yudan
24. Ancaman
25. Reject
26. Sebuah Misi
27. Kalimat yang Tak Terucap
28. Mengungkapkannya
29. Petunjuk Pertama
30. Cowok Tengil
31. Agresif(?)
Survei
32. Penyusup!
33. Salah Sangka
34. Praktikum
35. Kecewa
36. Berhenti Egois!
Series Terbaru (SOON)
Pengumuman
ESTIMASI TERBIT DAN INFO

13. Pertemuan tak disengaja

16.6K 1.8K 106
By amateurflies

Apa kebetulan tersebut patut ia curigai?

• • •

Adnan diam mematung. Dia tidak tahu mesti berbuat apa. Haruskah dia menyerahkan diri sebelum dirinya benar-benar tertangkap basah?

Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi! Bukan Adnan namanya jika menyerahkan diri begitu saja.

"Hey, siapa kamu?!"

Adnan tersentak saat tiba-tiba terdengar suara berat milik Pak Thomas bergema di tengah keheningan. Dengan gerakan cepat ia langsung menarik tudung hoodienya, menyembunyikan wajahnya lebih dalam sebelum Bapak Tua itu mengenalinya. Pada detik selanjutnya, Adnan sudah beringsut melarikan diri secepat yang dia bisa menuju pintu tangga darurat meski hanya bermodalkan penglihatan yang seadanya di tengah lorong gelap yang dilaluinya kini.

Tanpa memedulikan napasnya yang tersengal Adnan terus berlari, sambil sesekali ia menengok ke belakang. Berharap pemilik asrama itu tidak lagi mengejarnya.

Tapi, sial! Ternyata harapannya tidak terwujud. Pria itu mengejarnya sekarang!

Mengetahui hal tersebut, otomatis Adnan bukan cuma mempercepat larinya, tapi juga memperlebar langkah demi langkahnya agar ia bisa segera menghindar sekaligus bersembunyi di balik pintu besi tangga darurat.

Napas Adnan mulai habis, seluruh tubuhnya kini dibanjiri keringat, sesegera mungkin Adnan memasuki pintu area tangga darurat yang kemudian buru-buru ia tutup kembali pintu tangga itu sebelum Pak Thomas melihatnya. Ia menuruni dua anak tangga sekaligus dalam setiap langkahnya lebarnya.

Sekali lagi, Adnan menoleh ke bawah tangga. Setelah memastikan tidak ada suara tapak pantopel yang mampu ia tangkap, di pertengahan tangga Adnan memutuskan untuk berhenti sejenak. Paling tidak sampai deru napasnya sedikit lebih normal. Kedua tangannya menopang memegang kedua lututnya menahan tubuhnya yang cukup kelelahan sekarang.

"Ah, gila! Bisa mati gue kalau beneran ketangkep!" rutuk Adnan pada dirinya sendiri di sela-sela napasnya yang begitu terhitung cepat.

Tanpa menghabiskan waktu banyak, Adnan kembali melanjutkan larinya lagi ketika napasnya sudah mulai lebih normal sedikit. Adnan berlari lagi. Karena dia takut dugaannya salah. Bisa saja Pak Thomas muncul dari pintu area tangga di lantai yang lain. Adnan panik sekali kali ini. Saking paniknya, dia bahkan berlari dengan kepala yang terus saja menoleh ke belakang. Sampai dirinya berada di tengah lorong gelap lantai tujuh, derap langkahnya terdengar semakin cepat. Tidak sabar ingin segera berada di kamarnya. Namun tanpa Adnan ketahui  hal itu membuatnya tidak tahu kalau beberapa meter di depannya ternyata ada dua orang yang juga sedang berjalan dari arah berlawanan mendekat padanya.

Lagi-lagi karena di lorong begitu gelap, dua orang itu juga tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada beberapa meter di depannya. Tambahan keduanya sedang terlalu asyik saling beradu argumen satu sama lain. Membuat mereka juga sama seperti Adnan. Tidak tahu kalau ada seseorang yang sedang berlari mengarah padanya. Waktu demi waktu membuat jarak Adnan dan dua orang itu jadi semakin dekat. Hingga detik selanjutnya....

BRUK

Tubuh Adnan alih-alih menubruk salah satu dari dua orang tersebut tepat di persimpangan lorong.

"Mati gue!" umpat Adnan yang langsung bangkit berdiri. Dengan cekatan sebelah tangannya buru-buru ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya ke dalam kupluk hoodie-nya. Namun sepertinya kali ini Adnan terlambat. Salah satu dari mereka yang tidak dia tubruk sudah terlanjur melihat wajahnya.

"Lah, si Adnan?"

Mendengar namanya di sebut, seketika Adnan terdiam. Sepertinya suara orang ini familiar sekali di telinganya. Dengan perlahan ia menarik kupluk hoodie-nya itu ke belakang. Matanya mengerjap berkali-kali demi memperjelas penglihatannya.

"Lah, lo berdua ngapain?" Adnan agak kaget sekaligus tenang ketika tahu bahwa seseorang yang dia tubruk ternyata bukan Pak Thomas si pemilik asrama itu. Melainkan dua teman sekamarnya. Mata Adnan menilik Ethan dan Yudan yang baru saja bangkit setelah dia tubruk tadi.

"Ada juga kita yang nanya lo. Ngapain lo ada di sini?" timpal Ethan dengan cepat.

"Tau! Mana jalan kagak liat-liat, badan gue main tubruk aja. Sakit, jir!" Yudan menambahkan sambil memijat-mijat bokongnya yang baru saja menghantam kerasnya lantai marmer Lawden Hall.

"Yee, ditanya malah balik nanya!" ketus Adnan.

"Gue mah sama Yudan abis dari toilet. Soalnya toilet di kamar mati."

"Nah," Yudan membenarkan dalih Ethan. "lo ngapain?"

"Gue..." Adnan berpikir sejenak sembari menggaruk kepala belakangnya. Dia tidak mungkin menjawab yang sejujurnya pada dua teman sekamarnya itu. "Gue... juga mau ke toilet!"

"Aturan tadi lo bareng aja sama si Adnan, Dan! Jadi gak usah bangunin gue." Nampaknya Ethan masih saja kesal pada Yudan yang telah mengganggu mimpi indahnya sekaligus mengurangi waktu tidurnya hanya karena mengantar Yudan ke toilet. Tanpa menaruh curiga sedikit pun pada Adnan.

"Gue kan gak tau kalau si Adnan juga mau ke toilet. Lagian sebelum ada Adnan biasanya kan lo doang yang bisa gue andelin kalau apa-apa."

"Tai lo, ah. Tau tai, gak?" Baru juga Yudan ingin menjawab, Ethan sudah menyahut lagi, "Elo itu tai!"

"Eh, kata emak gue, jangan pernah menyesal kalau abis ngelakuin kebaikan. Ntar pahalanya ilang," respon Yudan, dengan gaya bicara seperti orang yang paling benar.

Ucapan Yudan memang benar. Ethan akui itu. Tapi setelah melihat wajah Yudan, seketika rasa jijik yang menjalar membuat sekujur tubuh Ethan merinding. "Gak ada pantes-pantesnya lo ngomong kayak begitu. Muka lo gak mendukung." Ethan menggelengkan kepalanya.

Melihat kedua temannya berdebat dalam keadaan yang tidak tepat membuat Adnan yang menyaksikannya jadi kesal sendiri. Pasalnya selain karena membuang-buang waktu, sebenarnya Adnan masih was-was, takut Pak Thomas masih mengejarnya.

"Berisik lo pada! Mending balik kamar sebelum ada yang liat," ujar Adnan sembari menengok ke belakang. Memastika kalau si pemilik asrama tidak ada.

"Lo gak jadi ke toilet?" tanya Yudan.

"Kagak!" Adnan menggiring Yudan dan Ethan agar berjalan cepat, sehingga dia pun bisa cepat sampai di kamar. Karena kalau dia terlihat buru-buru sendiri, yang ada mereka akan mencurigainya.

Tetapi, baru juga mereka berjalan beberapa langkah, tahu-tahu Yudan tersungkur ke belakang untuk yang kedua kalinya. Lagi-lagi seseorang menubruk tubuhnya setelah Adnan tadi.

"Aduh, bangke! Sakit!" kesal Yudan kesakitan, ketika orang yang menubruknya itu bangkit dengan sebelah tangan yang bertopang sampai menekan kuat perutnya.

Dengan cepat orang itu mengangkat tangannya dari perut Yudan Dia pun juga tidak sengaja melakukannya. "I'm so sorry, I'm so sorry."

"Awas-awas, gue mau bangun!" Tangan Yudan menyingkirkan tubuh orang itu sekasar mungkin dari atasnya. "Kenapa, sih, orang-orang pada demen amat nubruk gue? Kalau begini mulu bisa patah nih tulang pantat gue!"

Di saat Yudan masih mengoceh-ngoceh sendiri, Ethan dan Adnan justru malah saling melempar tatap. Mereka berdua sangat tidak asing dengan gaya bicara sok Inggris yang begitu melekat di telinga mereka. Tanpa perlu melihat wajahnya lagi, Adnan dan Ethan sudah yakin sekali kalau suara itu pasti milik Lukas.

"Ini lagi, satu." Ethan menatap malas seseorang yang barusan ditendang Yudan. "Lo ngapain di sini, Kas?" Ethan bertanya malas.

"Kas?" Yudan yang tadinya hendak berdiri tiba-tiba diam dengan kepala menenggak, menatap Ethan. "Lukas?"

"Iya, yang barusan nubruk lo itu si Kulkas," ucap Adnan memperjelas, setelah Yudan dan Lukas baru saja berdiri paska terjadinya kejadian saling tubruk menubruk tadi.

"Dasar bego, jalan aja gak becus!" kesal Yudan sambil bangkit dari posisi jatuhnya.

Sesaat Lukas mengucek kedua matanya yang belum melek seutuhnya. Kemudian menatap satu persatu tiga orang di depannya sekarang. "Elo, Than?" Lukas rada bingung ketika melihat Ethan berdiri di depannya. Makin bingung setelah dia menggeser sedikit bola matanya. "Ada si Adnan sama Yudan juga. Dari mana lo pada? Gue cariin ke mana-mana. Gue takut anjir ditinggal sendirian di kamar!"

"Sendirian?" Seketika Adnan melirik Ethan. Pun sebaliknya. Seolah mereka memiliki pertanyaan yang sama di kepalanya.

"Daniel?" tanya Ethan.

"Mana gue tau! Orang pas gue kebangun udah gak ada orang. Cuma gue doang!" ucap Lukas dengan raut wajahnya yang selalu nampak bodoh. "Lagi pada ngapain, sih? Bikin surprise buat gue? Ulang tahun gue kan masih lama?"

Yudan mengusap wajahnya, frustasi, begitu melihat ekspresi Lukas yang penuh percaya diri. "Ya Allah ini orang kepedean banget!"

"Abisan, cuma gue doang yang gak diajak. Udah pasti ada sesuatu yang kalian lagi siapin buat gue kan?" Dengan percaya dirinya Lukas tersenyum pada Adnan, Yudan, dan Ethan, yang membuat ketiganya mendadak ingin sekali mengeroyok orang itu.

Drap drap drap

Tiba-tiba tergema derap langkah seseorang. Seketika Yudan, Ethan, dan Adnan memutar tubuhnya ke belakang, menghadap sama seperti Lukas. Mata mereka mengarah hanya pada satu titik di ujung lorong yang merupakan sumber suara. Berusaha menangkap sosok yang sedang berjalan tergesa-gesa mendekat ke arahnya.

"Siapa, tuh??" tanya Yudan.

Melalui bayangan, Yudan mencoba meneliti postur tubuh orang itu. "Kakinya panjang, kayak si Daniel."

"Yakin lo?" Adnan yang sebenarnya merasa ketar-ketir, bertanya. Memastikan tebakan Yudan. Pikir Adnan, bisa saja seseorang yang berteriak itu dan seseorang yang mengejarnya dirinya tadi, adalah orang yang sama.

Saat jarak mereka berempat dengan orang itu semakin dekat, barulah Yudan mampu memberi kepastian kalau dugaannya tidak mungkin salah. "Daniel itu!"

"Dari mana, tuh, si Kampret?" Lukas menenggerkan lengannya di bahu Adnan. Membuat Adnan langsung melirik sinis ke arahnya, lalu melirik lagi ke lengan yang memberatkan sebelah bahunya. Memberi isyarat agar Lukas segera menyingkirkan lengannya.

"Wes, calm down, man!" Dengan santai Lukas menurunkan lengannya dari bahu Adnan.

Bruk

Seketika perhatian Adnan kembali teralihkan pada seseorang yang menabrak tubuhnya sampai terdorang beberapa langkah ke belakang. Dan apa yang Yudan bilang benar, orang itu Daniel.

Saking tergesa-gesanya Daniel berjalan, dan selama berjalan matanya terlalu sibuk melihat ke belakang, dia sampai tidak menyadari keberadaan empat teman sekamarnya itu. Baru sadar setelah tubuhnya menabrak dada Adnan barusan.

"Lo dari mana, Niel?" Adnan bertanya, heran melihat Daniel berlarian sampai keluar keringat di sekeliling dahinya.

Seketika Ethan mengerutkan dahi, saat ia menyadari suatu kebetulan yang sulit di percaya yang terjadi malam ini. Sebuah kebetulan yang mempertemukan dirinya dan empat temannya yang lain di luar kamar tanpa adanya kesengajaan. Apa kebetulan tersebut patut ia curigai?

"Gue... gue dari..." Daniel menggantung kalimatnya ketika dia melihat dari kejauhan siluet tubuh seorang pria yang berjalan kian dekat. "Ntar gue kasih tau. Sekarang kita harus cepet-cepet ke kamar. Bisa abis kita kalau sampe katahuan jam segini masih di luar kamar!" desak Daniel.

Namun ketika mereka berlima hendak berlari, tiba-tiba saja seluruh lampu menyala, hingga lorong mendadak jadi terang benderang.

"Mampus lo!" seru Lukas saat mendapati dirinya dan keempat teman sekamarnya ternyata sudah dikelilingi oleh tiga orang yang paling mengerikan di Lawden Hall. Yakni, Pak Surapto, Pak Hanung, dan Madam Loly yang tak luput dengan tatapan horor yang mematikan.

===

To be continue...

A/n: aku akan up cepat kalau kalian bersedia tag minimal 3 teman kalian untuk membaca cerita ini di kolom komentar. ok😉

Bonus foto Lukas dan Daniel. Daniel yg ada codet di sebelah alisnya. Lukas yang membentuk tangan peace.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 103K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
863K 38.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.1M 122K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
Ervan By inizizi

Teen Fiction

1.6M 116K 78
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...