Wolf Grey : A Girl Meets Were...

By shihanssi

21.2K 3.3K 652

[Completed] Ā© Copyright, 2018 _________________________________________ "Because I love you, I will protect y... More

Coming Soon
1. Christmas Eve
2. Hugo Boss Bottled
3. Warm And Cozy
4. Black Suit
5. About Wolf Grey
6. Remember Me
7. Habit
8. Tell Me
9. Days Without You
10. Days With You
11. Just Friend
12. Reason Why
14. Hard To Me
15. The War : Part 1
16. The War : Part 2 End
17. I Miss You - End
Epilog

13. Heartbreaking

537 122 50
By shihanssi

Main Cast :
• Bae Jinyoung
• Kim Sohyun

Tekan ⭐ sebelum membaca 😘

Song
🎧 bolbbalang4 - Hard To Love


.

.

.

17 jam yang lalu

Jinyoung melangkah, masuk kedalam kamar dan berjalan menuju king size miliknya. Melepaskan setelannya hingga menyisakan kaus oblong putih dibalik setelan gelap tersebut. kemudian membaringkan tubuhnya di king size empuk miliknya.

Pria itu mengedarkan pandangannya mengamati langit-langit kamarnya, membiarkan ingatan pada malam itu melayang entah kemana.

keputusannya malam itu untuk kembali kekorea adalah salah. Seharusnya ia tetap berada di China hingga lusa, berleha-leha sebentar, melepas kepenakan selama mengurusi pekerjaannya yang dirampung dengan cepat.

Sebenarnya Jinyoung berbohong pada Daniel mengatakan jika pekerjaannya belum selesai, dan mengatakan jika ia akan kembali beberapa hari lagi. Nyatanya pekerjaannya sudah selesai beberapa hari yang lalu.

Merampungkan pekerjaannya dengan cepat, hingga ia mengabaikan makan dan istirahat hanya untuk merampungkan pekerjaannya lebih awal. Agar ia bisa lebih cepat bertemu dengan kekasihnya.

Dia tidak mengerti mengapa ia harus membohongi sekretarisnya itu atas kepulangannya.

Untuk sebagai kejutan?

Tidak,

Entahlah, Jinyoung tidak tahu.

Dreeeddd ... Dreeedd

Jinyoung meraih ponselnya yang terdapat di saku celananya.

Ingin sekali ia membunuh seseorang yang menghibunginya malam-malam seperti ini. Tidak bisakah ia beri waktu untuk sendiri saat ini?

Kim Sohyun Calling

Bisakah Jinyoung menarik kata-katanya. Membunuh Sohyun sama dengan membunuh dirinya sendiri.

Jinyoung terdiam, masih bimbang mengangkat atau mengabaikan panggilan kekasihnya itu.

Ia masih marah perihal tadi. Takut jika saat mengangkat panggilan Sohyun ia malah memarahi kekasihnya itu, tapi mengabaikannya membuat dirinya sendiri tidak nyaman.

Ponselnya berhenti bergetar. Sohyun mengakhirnya sebelum Jinyoung sempat mengangkatnya. Pria itu menghela nafas, berharap Sohyun kembali menghubunginya.

Drreeeedd ... Dreeddd

Dan benar saja ponsel kembali bergetar. Namun, Jinyoung kembali membiarkan ponselnya bergetar dengan pandangan menatap datar layar ponselnya.

Jeon Somi calling

Ponselnya kembali tenang setelah beberapa detik bergetar.

Bib bib

From : Jeon Somi
Kita harus bertemu, ada sesuatu yang ingin ku cerita kan.
Perihal Daniel dan Sohyun.

Jinyoung membuang ponselnya ke sembarang tempat setelah membaca isi pesan Somi. Ia tidak beranjak dari ranjangnya, meski wanita itu meminta untuk bertemu.

Untuk apa bertemu dengan Somi, tidak ada yang ingin Jinyoung tahu. Hubungan Sohyun dan Daniel, biarkan mereka saja yang tahu.

Jinyoung muak dengan hubungan kekasihnya dan sekretarisnya.

Bib bib

From : Jeon Somi
Bertemu denganku tidak akan membuatmu menyesal.

Jinyoung memutar matanya, menyesal karna meraih ponselnya kembali untuk membaca pesan. jika tahu Somi yang mengirimkan nya pesan, ia tidak akan pernah menyentuh ponselnya lagi.

To : Jeon Somi
Aku sudah tahu semuanya. Mereka berciuman di apartemen kan? Itu yang ingin kau beritahu padaku.
Sudahlah. Aku tidak ingin membahasnya lagi.

Kembali melempar ponselnya ke sisi kanannya. Memaksa matanya untuk terpejam, ia ingin tidur dan melupakan kejadian malam ini.

Bib bib

Jinyoung mengeraskan rahangnya. Ketika suara notifikasi smartphone nya kembali berbunyi.

Meraihnya dengan kasar, membuka pesannya untuk terakhir kali. Kali ini ia akan mengirim pesan mengutuk untuk Somi yang telah mengganggunya.

Tidak bisakah dia tenang untuk malam ini.

From : Kim Sohyun
Apa kau masih sibuk? Aku merindukanmu.
Ada banyak sekali ingin ku cerita kan padamu, tapi tidak apa-apa jika kau sibuk.
Jangan lupa istirahat, jangan paksakan dirimu bekerja terlalu malam.
Aku mencintaimu ❤

Jinyoung terdiam. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika mendapatkan pesan dari kekasihnya.

Apakah dia harus bahagia? Atau sebaliknya.

Ada banyak sekali ingin ku cerita kan padamu,

Apakah Sohyun akan menceritakan tentang perselingkuhannya bersama Daniel.

Memejamkan matanya tiga detik. Meletakkan ponselnya pelan di samping kanannya.

Ia membuka kelopak matanya perlahan, bersamaan dengan hembusan nafas beratnya.

Jinyoung mencintai Sohyun, lebih dari apapun.

Perasaan cintanya sangat besar, membuatnya tergila-gila pada Sohyun. Bahkan ia telah mencintai Sohyun sejak wanita itu belum mengerti apa itu cinta.

Kegilaannya akan Sohyun, membuatnya menunggu hingga sekarang, menunggu waktu yang tepat untuk membuat Sohyun menjadi miliknya.

Hanya milik Bae Jinyoung.

Bertahun-tahun ia menunggu, menjadikan dirinya sebagai pria setia namun bodoh. Mengamati setiap tindakan Sohyun, melindunginya dari mara bahaya yang mengintainya.

Dan sampai dimana Sohyun resmi menjadi miliknya. Memeluk dan menciumnya seperti yang diinginkannya selama bertahun-tahun menunggu, dan menyerahkan dirinya hanya untuk Sohyun.

Tidak bisakah Sohyun seperti dirinya. Setia hanya kepadanya, hanya menatapnya, hanya memberikan hatinya kepadanya.

Dalam diam, air matanya mengalir.

Dadanya sangat sesak, seolah ia kehilangan pasokan oksigen.

Memukul dadanya pelan, berharap dengan cara seperti itu membuat dadanya normal. Sesak karna banyaknya bunga-bunga yang bermekaran karna Sohyun.

Ini sesak yang berbeda, seolah hatinya diremuk paksa dan tidak boleh melawan.

Sangat sakit, sampai Jinyoung tak bisa menggambarkan kesakitan itu.

Menangis lebih kencang dari sebelumnya, membiarkan air matanya membanjiri pipi tirusnya. Mengingat betapa bodohnya dirinya yang membiarkan kekasihnya bersama pria lain.

Membiarkan cinta kekasihnya terbagi.

Malam ini, Jinyoung habiskan waktunya untuk menangis. Merutuki kebodohannya yang meninggalkan kekasihnya bersama pria lain.

...

Drreeedd... Dreeedd

Jinyoung terbangun dari tidur nyenyak nya saat suara deringan smartphonenya.

Tangannya meraba sekitarnya. Mencari benda kecil yang sejak tadi mengganggu pendengarannya.

Mengerang tertahan setelah beberapa detik tak mendapatkan ponselnya. Memaksa matanya terbuka, mengerjakan perlahan.

"Aish dimana." Jinyoung terpaksa memperbaiki posisinya terduduk, mengangkat bantal, menyibakkan selimutnya kasar. Namun benda kecil itu tidak ditemukannya diatas ranjangnya.

Jinyoung mengeraskan rahangnya. Smartphonenya terus berdering, dan ia tidak menemukannya.

Ia menunduk, terdiam beberapa detik saat netranya menemukan benda kecil tergeletak diatas karpet berbulu.

Membungkukkan badannya untuk meraih smartphonenya, kemudian menggeser ikon hijau itu ke kanan.

"Young-a."

Deg

Jantung Jinyoung berdebar cepat, saat suara selembut kapas itu mengalun ditelinganya.

Menjauhkan smartphonenya dari telinganya. Mengucek-ngucek matanya yang sembab dan mengamati lamat-lamat nama sang penelfon.

Kim Sohyun

"Young-a, apa kau masih tidur?" panggil diseberang sana. Jinyoung mendekatkan kembali smartphonenya pada telinganya.

"Tidak, ada apa Sohyun-ah?" memanggil dengan nama Sohyun, bukan So seperti yang biasa ia lakukan ketika memanggil kekasihnya.

Jinyoung menghela nafas pelan, ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Sohyun saat ini.

"Maafkan aku So-ya, aku baru saja tertidur. Kau tahu perbedaan waktu antara China dan Korea."

Bodoh Bae Jinyoung, kau membohongi kekasih mu lagi.

"Tidak apa-apa, maafkan aku. Aku lupa perbedaan waktunya. Lanjut lah tidur."

Jinyoung merasa kekasihnya saat ini merasa bersalah karna mengganggunya.

"Ada apa So-ya?"

"Tidak, aku hanya ingin memberitahu mu jika siang nanti aku akan ke lokasi syuting. Hari ini adalah syuting pertama Wolf Gray."

"Hemm benarkah? Dengan siapa kau kesana?"

"Saerom, sebenarnya Daniel ingin mengantar tapi aku menolaknya."

Jinyoung mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Hanya saja, aku ingin bersama dengan Saerom. Ah ya kau akan kembali besok kan?"

Jinyoung hanya menganggukkan kepalanya, meski diseberang sana tidak mengetahuinya.

"Baiklah, kita harus makan malam untuk menyambut kedatanganmu. Kali ini kita harus makan berdua, tanpa Daniel dan Presdir Bae. Mengerti Young-a."

Terkekeh geli mendengar pernuturan kekasihnya. Pagi ini Sohyun begitu cerewet padanya. Dan Jinyoung merasa kekasihnya lebih bahagia.

Jinyoung terdiam, ingatkan soal malam itu kembali menghantuinya. Mengingatkannya pada kenyataan yang pahit.

Sohyun berselingkuh dengan Daniel.

Apakah itu penyebab Sohyun jauh berbahagia hari ini?

"So-ya."

"Ne."

"Aku mencintaimu, kau tahu betapa besarnya cintaku padamu.?"

Hening

Diseberang sana terdengar sepi. Jinyoung menghela nafas putus asa. Dadanya terasa sakit, seolah beberapa pisau ditancapkan kali kedalam hatinya.

Sakit namun tak berdarah.

"Aku jauh lebih mencintaimu Bae Jinyoung."

Hiks

Jinyoung menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Berusaha sekuat mungkin untuk tidak menimbulkan suara isakannya.

Pernyataan cinta Sohyun seolah terdengar begitu menyakitkan. Menyanyat hatinya, lagi dan lagi.

Seolah tidak membiarkan dirinya mengobati luka yang diberi Sohyun.

"Young-a, ada apa? Kau menangis?"

Kepala Jinyoung menggeleng, namun hatinya berkata iya, dan sakit.

Ingin sekali ia memberitahu Sohyun jika ia terluka karna dirinya.

"Bae Jinyoung."

"Tidak, aku tidak apa-apa-"

Sohyun terdiam. Membiarkan Jinyoung melanjutkan kalimatnya yang sengaja di putus olehnya.

"Aku hanya merasa takut kau akan meninggalkanku demi pria lain. Bahkan perasaanmu untukku sudah tidak ada lagi."

"Astaga apa yang kau pikirkan Young-a. Aku hanya mencintaimu, dan aku tidak akan jatuh pada pria lain selain dirimu. Jika pun iya, aku akan tetap kembali padamu. Karna aku tahu dimana tempat yang paling nyaman buat hatiku."

"..."

"Jangan memikirkan hal itu lagi, trust me. Okey."

"Berjanjilah padaku jika kau tidak akan meninggalkanku demi pria lain."

"I promise you. Ini kedua kalinya aku berjanji padamu, jadi berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang aneh lagi."

Jinyoung tersenyum dan menganggukkan kepalanya. memegang kata-kata Sohyun yang tak akan meninggalkannya.

Bisakah Sohyun menepatinya?

Jinyoung ragu.

"Aigo, tidurlah, ingat jangan memikirkan hal aneh lagi. Kalau begitu sudah dulu, aku hampir sampai di kantor."

Kembali menganggukkan kepalanya.

"I love you."

"I love you to, So-ya."

Pip

Setelah membalas kalimat cinta Sohyun, Jinyoung segera mengakhiri panggilannya. Meletakkan ponselnya di atas nakas.

.
.

Sehun meletakkan cangkir putihnya diatas meja. Menatap lekat uap yang menggumpal keatas yang berasal dari cangkirnya.

Sementara pria dihadapannya hanya diam. Menunggu tanggapan dari Sehun.

"Mereka akan datang?" tanya Sehun, mengangkat pandangannya menatap pria jas hitam dihadapannya.

Pria yang ditanya hanya mengangguk pelan.

"Kau harus hati-hati, dan beritahu putramu untuk tidak terlibat pembunuhan."

"Lalu bagaimana dengan Somi dan Jongin? Bukankah-"

"Mereka tetap berada didalam pengawasan. Kau tidak perlu khawatir tentang mereka, yang terpenting kalian berdua, jangan sampai membunuh siapapun."

"..."

"Sçoleýdæ sedang mengincar kalian berdua. Ingat pesanku, jika mereka berhasil menangkap kalian. Aku tidak bisa membantumu lagi."

Sehun mengangguk, mengiyakan permintaan sahabatnya itu.

Diam.

Mungkin itu terbaik untuk saat ini, ia tidak akan lagi terlibat dengan seseorang. Membawa keluarganya dalam masalah besar.

"Kau mau ikut denganku?"

Sehun mengangkat pandangannya. Menaikkan sebelah alisnya, bingung. Seolah matanya bertanya kemana?

Pria itu hanya diam, tersenyum kecil kepada Sehun. Membuat pria berkepala 4 itu menatapnya bingung. Kemana pria itu mengajaknya pergi.

.

Sehun mengernyitkan dahinya. Menatap tajam pada pria paruh baya disampingnya.

Sementara pria paruh baya itu hanya mengindikkan bahunya, kemudian melangkah lebih dulu menjauh dari Sehun.

Hanya dapat menghela nafas, Sehun mengikuti sahabatnya itu melangkahkan kakinya, mengikuti sahabatnya yang semakin dekat pada perkumpulan manusia yang sibuk dengan urusannya.

"Ohh Presdir Kim, Presdir Bae." sapa Kyung-soo saat netra hazelnya menangkap sosok pria tegap mendekatinya.

"Apa kabarmu Sutradara Do?" Presdir Kim mengulurkan tangannya, dan di balas oleh Kyung-soo.

"Aku baik, ada apa kalian datang ke lokasi syuting ?"

Presdir Kim tersenyum, menolehkan pandangannya pada Sehun yang sedang mengamati sekitarnya.

"Hanya mengajak Sehun jalan-jalan. Apa kalian sedang istirahat?" Kyung-soo menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Sehun menoleh, menatap tajam sahabatnya yang membuat dirinya sebagai alasan datang ketempat ini. Padahal dia sendiri yang mengajaknya.

Sial.

"Dimana bintang hallayu kita?" Tanya Presdir Kim mengamati sekitarnya.

"Kim Jongin?" Tanya Kyung-soo, Presdir Kim menggelengkan kepalanya. Bukan pria berkulit tan yang ia cari.

Tapi calon istri sahabatnya.

"Ahhh, Jeon Somi. Dia bersama dengan Sohyun."

"Hanya berdua?" Tanya Sehun panik. Kyungsoo menganggukkan kepalnya.

Mengamati lekat perubahan wajah presdir Bae, setelah mendengar Somi dan Sohyun bersama.

Presdir Kim menoleh, menatap sahabatnya. Ia mengerti apa yang ada didalam kepala Sehun.

Wraaauuuuuuu

Semua orang menoleh kearah sumber suara.

Suara raunga serigala itu membuat bulu kudu mereka seketika berdiri.

Siapapun tahu jika itu adalah ngaungan Serigala. Dan kenyataannya serigala itu ada disekitar mereka.

"Aku harus menghubungi polisi hutan." Kyungsoo segera meraih smartphonenya, menekan beberapa angka. Sebelum sempat smarphonenya menempel ditelinganya, tangan kekar Presdir Kim menahannya.

Kyungsoo mengangkat wajahnya. Menatap bingung presdir Kim yang menahannya untuk menghubungi polisi hutan.

"Ada apa?"

Presdir Kim menoleh kearah Sehun, menatap pria itu yang mulai khawatir dengan kondisi Sohyun.

Yah, Sehun jauh mengkhawatirkan kondisi kekasih putranya daripada mengkhawatirkan kondisi calon istrinya.

"Biar aku saja yang menghubunginya. Ah ya Presdir Bae, bukankah tadi kau ingin ke toilet. Ayo kita pergi bersama,"

Menolehkan kembali pandangannya pada Kyungsoo yang menatap keduanya secara bergantian.

"Kami pergi dulu, ingat jangan menghubungi polisi hutan."

Kyungsoo menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perintah presdir Kim.

Sehun dan presdir Kim membalikkan badannya, melangkah lebih cepat meninggalkan tempat itu.

Setelah dirasa mereka cukup jauh. Keduanya langsung merubah dirinya menjadi werewolf, berlari kearah ngaungan Somi.

.

Aaauuuuuu

Serigala dengan bulu kecoklatan itu mengangkat kepalanya. Ketika mendengar suara raungan serigala lainnya.

Bruk

Mendorong tubuh Somi dengan kepalanya, kemudian mengigit, mencabiknya tanpa ampun. Tidak ada lagi kesempatan Somi membalas cabikan lawannya.

Serigala itu benar-benar membuat Somi kewelahan, bahkan beberapa robekan pada kulitnya yang terlihat berwarna merah mulai bermunculan itu tubuh Somi.

Sementara tubuh Sohyun melemah karna kehilangan banyak darah. Robekan pada pundaknya yang lebar, membuat darah itu tidak berhenti mengalir dan mengeluarkan bau yang anyir.

Satu serigala yang datang dibelakang Sehun langsung merubah dirinya menjadi manusia. Mendekati Sohyun yang mulai melemas akibat kehilangan banyak darah.

Melepaskan jas hitamnya, untuk menutupi pundak Sohyun yang robek.

"Hentikan Sehun-ah." ucapnya setengah berteriak.

Suara presdir Kim membuat Sehun berhenti melukai Somi. Ia sedikit menjauh saat netra birunya menatap tubuh Somi dibawahnya mulai terkapar lemas, darah mengalir dari tubuhnya.

Apa yang telah ia lakukan?

"Bae Sehun."

Sehun memutar kepalanya, menatap presdir Kim yang berusaha menghambat darah Sohyun.

"Kita harus membawanya kerumah sakit, darahnya banyak keluar."

"Lalu bagaimana dengan Somi?" tanya Sehun, perlahan tubuhnya kembali menjadi postur tubuh manusia normal. Melangkahkan kakinya mendekat.

"Bawalah Sohyun, aku akan mengurusi Somi."

Sehum mengangguk, melangkah semakin dekat. Meraih Sohyun untuk digendong ala bridal.

"Hati-hati, jangan sampai ketahuaan."

Menganggukkan kepalanya sebelum melangkahkan kakinya berlari meninggalkan Presdir Kim bersama dengan Somi.

Pria paruh baya itu mengamati kepergiaan Sehun, yang begitu cepat. setelah itu memutar badannya menghadap Somi.

Tubuh itu telah menjadi manusia normal. Sangat mengenaskan ketika ia merubah dirinya menjadi manusia.

"Kumohon hiduplah."

• • •

Langkah kaki itu berlarian dengan tergesa, menelusuri lorong rumah sakit yang sedikit ramai. Nafasnya mulai memburu karna kepanikan yang luar biasa. Ia masih tidak percaya dengan kabar yang baru saja didapatnya dari ayahnya beberapa menit yang lalu.

Langkah kaki panjangnya itu terhenti ketika pandangannya menangkap sosok ayahnya dan Daniel yang sedang menundukkan kepalanya sedih.

"Ayah." panggil Jinyoung.

Sehun mengangkat wajahnya, "Oh kau sudah datang."

"Apa yang terjadi, dimana Sohyun?"

"Tenangkan dirimu Bae Jinyoung. Sohyun sekarang berada dalam tanganan dokter." ucap Daniel bangun dari duduknya.

Mengalihkan pandangannya menatap Daniel tajam, tangannya mengepal dibawah sana.

Tenang? Bagaimana bisa Jinyoung bisa tenang jika kekasihnya berada didalam ruang operasi.

Sohyun tidak akan pernah masuk kedalam ruang operasi jika Daniel tidak lalai dari tugasnya. Seharusnya Daniel melindungi keksihnya itu disaat ia tidak berada disisi Sohyun. Bukan membuat kekasihnya jatuh hati kepadanya.

Bugh

Melayangkan satu tinjunya tepat diwajah Daniel.

Membuat pria berpundak lebar itu tersungkur dilantai dengan sudut bibir yang robek.

"Seharusnya kau melindunginya sialan."

Jinyoung ingin mendekat, menghajar Daniel sekali lagi. Namun dengan cepat Sehun mencegah putranya itu, menggenggam erat lengan Jinyoung.

"Ini rumah sakit Bae Jinyoung. Tenangkan dirimu,"

Jinyoung menundukkan pandangannya. Menatap mata ayahnya yang menajam.

"Ayah memintamu untuk tenang Bae Jinyoung."

Memejamkan matanya tiga detik, sambil menghela nafas panjang. Baiklah dia menyerah, Jinyoung tidak bisa membantah permintaan sang ayah.

Klik

Jinyoung sesegera mungkin menengok setelah pintu ruang operasi terbuka. Beberapa orang dengan seragam operasi keluar dari ruangan tersebut. Mendekati Jinyoung, Sehun dan Daniel.

Melepaskan maskernya, memperlihatkan wajahnya dihadapan ketiga pria itu.

"Apa yang terjadi? Bagaimana kondisinya?" tanya Sehun. Mengamati lamat-lamat Mingyu.

"Dia baik-baik saja. Kalian bisa menemuinya setelah di pindahkan diruang rawat." jawab Mingyu setenang mungkin. Netra hazelnya bergerak mengamati wajah Jinyoung.

Pria berwajah kecil itu masih khawatir. Selama ia belum melihat langsung keadaan Sohyun, Jinyoung tidak akan pernah bisa tenang.

Ingin sekali Mingyu menepuk pundak Jinyoung, mencoba menenangkan dan menyakinkan pria itu, meskipun Jinyoung adalah musuhnya sendiri. Tapi ia tidak akan tega melihat Jinyoung seperti ini.

.
.

Pria paruh baya itu berdiri disisi bangsal. Netra hazelnya bergerak mengamati kondisi wanita yang bisa dibilang mengenaskan.

Ia menghela nafas panjang, membalikkan badannya meninggalkan bangsal. Mendekat kearah sofa kulit sintesis warna maroon.

"Apa dia bisa bertahan?" Tanya Sehun yang sejak tadi mengamati sahabatnya itu mengamati Somi yang berbaring diatas bangsal.

Menggelengkan kepalanya sembari mendudukkan bokongnya di atas sofa empuk itu.

"Aku tidak yakin, lukanya terlalu parah." Jawab presdir Kim,mengangkat wajahnya untuk menatap raut wajah kepanikan dihadapannya.

"Selama dia masih hidup, hidupmu akan baik-baik saja."

"Bagaimana dengan Sçoleýdæ?"

"Biarkan putriku yang mengurusnya."

"Semudah itu? Bagaimana dengan putrimu? Apa kau akan tega mengirimnya lagi ke Skotlandia hanya karna ini?"

Presdir Kim menghela nafas panjang, menundukkan kepalanya menatap gelas porselen diatas meja.

"Itu kemauaan putriku. Dia sendiri yang menawarkan dirinya ke Skotlandia untuk bertemu Sçoleýdæ."

Sehun menatap sahabatnya lekat, hatinya mencelos tidak nyaman. Putri dari sahabatnya dengan rela mendatangi Sçoleýdæ hanya untuk membantunya perihal kejadiaan ini.

Ini bukan kali pertama putri presdir Kim membantunya berurusan dengan Sçoleýdæ yang notabane adalah sebuah pemimpin werewolf, sebuah perkumpulan yang mengatur werewolf.

Bukan hal mudah bagi putri presdir Kim untuk bertemu dengan Sçoleýdæ. Terlebih menentang Sçoleýdæ hanya untuk melindungi seseorang, mempertaruhkan nyawa hanya untuk itu.

Dan wanita itu hanya nekad seperti ini untuk membantunya. Membantu keluarganya terhindar dari Sçoleýdæ.

"Aku berhutang budi banyak padamu."

"Heii tidak perlu seperti itu, kau sahabatku dan aku akan membantumu."

Sehun hanya menghela nafas panjang. Sahabatnya itu sangat baik padanya, -tidak- terlapau baik. Kebaikannya tidak terbatas untuk dirinya dan putranya.

"Katakan padaku jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan membantumu."

...

Bae Jinyoung menyelipkan jari-jari indahnya di sela-sela jari-jari Sohyun. Menggenggamnya sangat erat, terlampau posesif.

Kekasihnya itu sudah dipindahkan ke ruang rawatnya beberapa jam lalu. Bahkan sudah sadar beberapa jam yang lalu, namun Jinyoung tidak berada disisinya karna Sohyun masih berada di ruang ICU.

Kini wanita itu tertidur karna pengaruh obat yang dosisnya sangat tinggi. Membuat kelopak matanya memberat, memaksa dirinya untuk tetap tertidur sampai pengaruh obatnya habis.

Satu tangan Jinyoung terulur menghelus surai coklat emas Sohyun, menghelusnya sangat lembut seolah ia sedang menyalurkan cintanya melalui sentuhannya itu.

Kemudian tangannya bergerak turun, menyentuh pipi gembil yang selembut kapas, bergerak lagi menyentuh kelopak mata yang tertutup dengan rapat.

Hingga jari telunjuknya berhenti pada benda kenyal yang tipis itu, menyapu permukaan bibir tanpa polesan itu dengan lembut.

Dalam diam, Jinyoung kembali menintihkan air matanya. Dadanya mencelos sakit saat ingatannya kembali melayang saat bibir kekasihnya bersentuhan dengan bibir pria lain. Menerima dan menikmati bibir pria lain.

Menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Jinyoung ingin melupakan moment itu, tapi entah mengapa begitu sulit untuk melupakannya. Moment itu selalu menghantui pikirannya, menyiksa hatinya secara bertubi-tubi.

Seolah menancapkan beberapa belati ke hatinya, dan merobeknya secara kasar.

Hiks

Kenapa sesakit ini? Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Jinyoung?

Menundukkan kepalanya dalam-dalam, membiarkan air matanya mengalir lebih deras membanjiri pipi tirusnya.

Membiarkan perasaannya kembali tenang setalah ia menangis untuk kesekian kalinya.

Dan Jinyoung berharap, malam ini adalah terakhir kalinya dia menangis.

Tanpa sepengetahuaan Jinyoung, Sohyun membuka matanya. Ia terbangun karna suara isakan tangis kekasihnya yang terlampau keras didalam ruangannya itu.

Matanya memerah akibat menahan tangisnya. Jinyoung menangis, itu karna dirinya. Ia telah melukai Jinyoungnya, dengan cara ...

Mencintai pria lain.


🍁🍁🍁

Tbc

Halloo 😊😊😊
I'm comeback 😘
Ada yang kangen? Gak? Oke i'm fine.

Beberapa chap lagi bakal ending, eumm maybe. Siapin mental kalian untuk berpisah dengan Wolf Grey 😅

Oh ya setelah Wolf Grey ending kalian mau aku up apa?
Mau cerita sedikit berat yang konfliknya luar binasa, konflik batin berkepanjangan?

Atau mau yang ringan saja yang konflik dan ceritanya gak terlalu berat seperti sebelumnya? Yahh yang ringan kayak persahabatan & sekolah gitu.

Atau atau the Heirs aja yahh... sekali aja bukan Sohyun yang jadi PU 😢

Yaudah aku tunggu jawabannya yah, 🖐🖐

See you next Chapter

Continue Reading

You'll Also Like

75.9K 7.8K 34
FIKSI
YES, DADDY! By

Fanfiction

288K 1.6K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
329K 41.2K 39
[ š“šØš¦š¢šØš§šž ] Tom Riddle memiliki sebuah obsesi aneh dengan siswi baru misterius yang berhasil menarik atensinya. Dia yang memiliki surai ikal...
1.3M 101K 33
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...