Wolf Grey : A Girl Meets Were...

By shihanssi

21.2K 3.3K 652

[Completed] © Copyright, 2018 _________________________________________ "Because I love you, I will protect y... More

Coming Soon
1. Christmas Eve
2. Hugo Boss Bottled
3. Warm And Cozy
4. Black Suit
5. About Wolf Grey
6. Remember Me
7. Habit
8. Tell Me
9. Days Without You
10. Days With You
11. Just Friend
13. Heartbreaking
14. Hard To Me
15. The War : Part 1
16. The War : Part 2 End
17. I Miss You - End
Epilog

12. Reason Why

603 133 66
By shihanssi

Wolf Grey ; A Girl Meets Werewolf

Main Cast :
• Bae Jinyoung
• Kim Sohyun

Song :
🎧 Nuest - Hello (2017 version)
🎧 Huh Gak - Only You
🎧 Ryu Ji Hyun - X-out

Tekan ⭐ sebelum membaca 😘

.
.
.

Sohyun terdiam, memandangi Daniel yang sejak tadi menatapnya. Pria itu duduk dihadapannya, pandangannya lurus ke Sohyun, hanya memfokuskan pandangannya pada objek yang selama ini menjadi candunya.

Ini sudah ke 30 menit mereka diam di meja makan. Empat kaleng bir juga sudah habis, namun kadar kesadaran Daniel masih utuh, berbeda dengan dengan Sohyun. Mata sayunya mengerjap pelan, pipinya memerah karna hawa panas, bahkan Sohyun merasakan panasnya menjalar hingga ke telinganya.

Sudut bibir Daniel terangkat saat Sohyun melipat tangannya diatas meja dan membungkukkan badannya perlahan. Memejamkan matanya saat kepalanya bersandar pada lipatan tangannya diatas meja.

"Kau mengantuk?"

"Eung~" guman Sohyun pelan. Daniel bangun dari duduknya, menggeser tubuhnya, dan mendudukkan dirinya tepat disamping Sohyun.

Mensejajarkan pandangan mereka. Masih dengan tersenyum, Daniel menyentuh wajah Sohyun dengan sebelah tangannya dengan lembut, memberi Sohyun tatapan penuh kasih sayang.

"Daniel." Panggil Sohyun dengan nada seraknya.

Membuka matanya perlahan, menatap wajah tampan milik Daniel tepat di hadapannya.

Sohyun tersenyum.

Hatinya bergejolak dengan cepat, perlakuan lembut Daniel malam ini membuat dirinya nyaman, sangat nyaman. sampai ia lupa jika kenyamanan seperti ini hanya didapatkan dengan Jinyoung.

Sohyun memejamkan matanya tiga detik. Rasa nyaman itu berganti dengan rasa sakit. perasaan yang terjadi dalam waktu yang bersamaan.

Seharusnya ia tidak boleh seperti ini. Menyukai Daniel ---- atau lebih tepatnya ---- mencintai Daniel.

Menolak kenyataannya jika ia mencintai Daniel. Perasaan itu muncul begitu saja sesaat Jinyoung meninggalkannya, meninggalkan dirinya untuk urusan bisnis.

Apa Jinyoung harus disalahkan dalam kasus ini? Jawabannya tidak.

Tidak ada yang salah, bahkan Sohyun maupun Daniel.

Mereka terjebak dalam lingkaran cinta segitiga. Waktu yang membuat mereka terjebak dalam kisah cinta yang rumit ini.

Pria dihadapannya, dia terlalu sering membuat dirinya nyaman dan merasa terlindungi. Sampai membuatnya lupa dengan Jinyoung. Lupa jika ia berstatus sebagai kekasih Bae Jinyoung.

Sohyun ingin mencintai Daniel tanpa merasa ia telah menyakiti Jinyoung.

Ingin memiliki Daniel tanpa meninggalkan Jinyoung.

Sohyun membutuhkan Daniel, seperti dia membutuhkan Jinyoung.

Mereka --- Jinyoung dan Daniel --- adalah orang yang sangat berarti baginya. Sangat berarti sampai membuat Sohyun enggan melepasakn keduanya.

Sohyun menghela nafas dalam.

"Kau pernah menonton film Twillight?"

Daniel menautkan kedua alisnya. Sohyun yang memperhatikan raut wajah Daniel pun mengerti.

Pria itu mungkin tidak pernah tau film Twillight. Kisah cinta manusia dan vampire, dengan bumbu cinta segitiga bersama werewolf.

"Aku merasa, disini aku seperti Bella. Kau Jacob dan Jinyoung Edward. Bella mencinta Edward dan ---- ekhm Jacob. Mencintai Jacob saat Edward meninggalkannya. Namun-" Sohyun menghentikan perkataannya, membasahi kerongkongannya dengan ludahnya yang ditelan dengan paksa.

Netra hazel itu bergerak gelisah. Daniel mulai mengerti pembicaraan Sohyun, dan Ia sudah menduga kemana akhir perkataan Sohyun.

"Namun, Bella tetap kembali kepada Edward. Bella jauh mencintai Edward lebih dalam. Hidupnya hanya untuk Edward."

Sohyun memperbaiki posisinya. Memposisikan dirinya terduduk. Membuat Daniel ikut terduduk.

"Sohyun-ssi."

Wanita itu tersenyum, menundukkan kepalanya dengan tangannya yang bergerak meraih tangan Daniel untuk digenggamannya.

Daniel hanya menatap Sohyun dan tatapannya tidak terbaca.

"Kang Daniel." Sohyun mengangkat wajahnya, mempertemukan mata mereka untuk saling menatap.

"Aku ingin mencintaimu untuk malam ini. Setelah itu aku akan melupakan perasaanku untukmu." Sohyun mengatakan hal itu dengan sadar.

Ia tidak dalam kondisi mabuk, kesadarannya masih ada, dan menyadari dengan benar apa yang diucapkannya.

Kim Sohyun sudah tidak peduli lagi bagaimana ia akan menghadapi hari esok. Tidak peduli jika pria itu memandangnya rendahan karna mencintainya saat statusnya sudah jelas menjadi milik Jinyoung.

Setidaknya malam ini Sohyun ingin mengungkapkan perasaannya dan menghabiskan malam ini untuk mencintai Daniel.

Kedua mata Daniel melebar dengan perlahan seakan Sohyun baru saja mengatakan sesuatu yang memberinya kejutan, seakan Daniel tidak menyangka bahwa Sohyun akan mengatakan hal itu.

"Katakan sekali lagi!" pinta Daniel kepada Sohyun.

Daniel butuh diyakinkan sekali lagi oleh Sohyun.

"Please."

Jantungnya mulai berdebar dengan semakin cepat. Ketika bibir mungil itu menyentuh permukaan bibirnya. Hanya menempel, tanpa membuat pergerakan.

Sohyun menjauhkan wajahnya. Melepaskan bibirnya yang terhitung beberapa detik menyentuh bibir tebal milik Daniel.

Rasanya pipinya sudah memerah, hingga menjalar ke telinganya.

Sohyun benar-benar malu telah mencium Daniel lebih dahulu. Ia tidak tahu kenapa bisa senekad ini, pria itu hanya memintanya untuk mengulang pernyataannya bukan meminta dirinya untuk menciumnya.

"Aku mencintaimu Sohyun-ah" parau Daniel, mendekatkan wajahnya hingga kedua hidung mancung nya menempel di hidung Sohyun.

Wajah Sohyun memerah sekarang, tangannya bergetar, meremas ujung bajunya. Ia bisa merasakan suhu tubuh Daniel yang hangat.

"Bahkan untuk waktu yang lama aku akan tetap mencintaimu, tidak peduli jika kau adalah milik Jinyoung."

Pria itu, -- Daniel -- meraih pipi gembil Sohyun, kemudian dalam hitungan detik mendekati bibir Sohyun.

Daniel menempelkan bibir mungil Sohyun, bibir yang sejak dulu ingin dicicipinya.

Sohyun semakin menguatkan tangannya meremas ujung baju nya. Ketika bibir Daniel mulai menyapu pelan bibirnya, melumatnya dengan gerakan lambat dan menggigitnya kecil. Semua itu membuat isi kepala Sohyun berantakan.

Tangan putih Sohyun bergerak, menyentuh pipi Daniel, menghelusnya lembut. Kemudian kedua tangannya melingkar di telengkuk Daniel meremas surai pria itu.

Kepala Daniel ingin meledak, darahnya berdesir lebih cepat hingga ke ubun-ubun. Tangan kekarnya mulai bergerak, menarik pinggan ringkih Sohyun mendekat padanya. Memangkas jarak antara keduanya.

Akal sehat keduanya sudah hilang, terganti dengan kenikmatan yang meluap-luap. Tidak peduli jika perbuatan mereka ini adalah terlarang.

Sohyun membuka mulutnya, membiarkan lidah Daniel menikmati rongga mulutnya dan bermain dengan lidahnya, saling bertukar saliva.

Daniel semakin mempererat pelukannya, tangannya bergerak mengelus punggung Sohyun, memberikan sensasi yang memabukkan keduanya.

Dan tanpa disadari keduanya. Sosok pria dengan black-suit nya berdiri tidak jauh diruang tamu. Menatap dengan tajam Sohyun dan Daniel.

Matanya memerah, dan tangan yang meremas kuat paper bag yang dibawanya.

Kedua mata hitam pria itu sama sekali tidak berkedip untuk melihat pemandangan menjijikkan didepannya itu.

Jantungnya terasa diremas dengan kuat, dipaksa untuk keluar dari tempatnya.

Melihat wanita yang dicintainya bercumbu dengan pria lain. Membiarkan bibirnya dinikmati Daniel.

Pria itu - Bae Jinyoung - ingin melangkah mendekat, menarik Daniel dan membunuhnya saat ini juga.

Tidak memperdulikan bagaimana reksi Sohyun ketika Jinyoung mencabik-cabik tubuh Daniel dengan taringnya.

Namun yang namanya ekspetasi jauh berbeda dengan realita.

Bukannya melangkah maju, Jinyoung memilih untuk mundur. Meninggalkan tempat itu.

Jinyoung marah, tentu saja. Siapa yang tidak akan marah melihat kekasihnya menikmati cumbuan pria lain, terlebih pria itu adalah orang yang dia kenal selama ratusan tahun.

Menutup pelan pintu coklat, nyaris tidak menimbulkan suara. Melangkahkan kakinya mendekati lift.

Jinyoung bukannya tidak ingin melabrak Daniel dan Sohyun. Hanya saja Jinyoung memiliki alasan.

Ting~

Pintu lift terbuka. Jinyoung segara masuk dan menekan angka lantai dasar. Pandangannya lurus kedepan, membiarkan otaknya bekerja untuk menghapus ingatannya malam ini.

Melabrak perselingkuhan kekasihnya bukanlah style Jinyoung. Melabraknya malah terlihat menyedihkan, seolah dialah mahluk yang paling tersakiti.

Jinyoung tidak suka.

Terlebih cara Sohyun memandangnya nanti.

Jinyoung lebih tidak menyukai itu.

•••

Sohyun turun dari taksi. Ia tersenyum saat netranya langsung menangkap presensi seorang wanita berdiri di depan gedung Key Company.

"Saerom-ah." Sohyun berlari kecil, mendekat pada sahabatnya. kemudian memeluk ringuh tubuh Saerom.

Saerom terkikih kecil melihat sahabatnya terlihat sangat bahagia hari ini.

"Waeyo? Apa sesuatu membahagiakan terjadi padamu hari ini?"

Melepaskan pelukannya, menatap mata berbinar milik Sohyun.

Wanita itu hanya tersenyum, dan itu seperti tersipu malu.

"Heii ada apa? Katakan padaku?" Saerom sudah tidak sabar melihat sahabatnya seperti ini. Pipi Sohyun mulai memerah, dan Saerom semakin gemas dibuatnya.

Sohyun menggelengkan kepalanya, merangkul lengan Saerom.

"Tidak, ayo kita masuk."

.

Mereka masuk kedalam gedung key company dengan canda tawa. Sekali terdengar lelucon kuno yang keluar dari mulut Saerom.

Orang-orang dalam kantor memperhatikan kedua sahabat itu, mereka ikut tersenyum melihat keakraban yang membuat orang-orang iri.

Tidak pernah sekali mereka melihat Sohyun dan Saerom bertengkar, keduanya melalui semuanya dengan canda tawa dan berbagi kesedihan. Seolah kata bertengkar itu adalah terlarang untuk persahabatan nya.

"Kim jakkanim."

Kedua wanita itu menghentikan langkah berserta tawanya. Kemudian diam, seperti sedang berpikir.

Tiga detik kemudian, keduanya berbalik.

"Lee Felix." sapa Sohyun dengan senyum lebarnya.

Felix melangkahkan kakinya cepat, berdiri dihadapan Sohyun dan Saerom.

"Kenapa datang kemari? Bukannya hari ini mulai syuting?" Tanya Sohyun bingung.

"Aku hanya ingin bertemu dengan Kim jakkanim sebelum berangkat syuting."

Sohyun terkekeh. Netranya melirik Saerom, sahabatnya itu memandang Felix dengan pandangan tertarik. Kelopak mata itu beberapa kali berkedip melihat pemandangan yang luar biasa.

"ekhm." Sohyun bergumam, menyadarkan sahabatnya untuk tidak memandang Felix dengan tatapan seperti itu.

Cemburu? Sungguh Sohyun tidak cemburu. Hanya saja saja Sohyun merasa geli melihat Saerom yang memandang Felix seperti jatuh cinta pada pandangan pertama.

Saerom tersadar, dengan cepat ia menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajah memerahnya karna malu.

Felix yang menyadarinya pun hanya tersenyum tertahan.

"Ah ya Kim jakkanim."

Menolehkan pandangannya setelah pria berwajah imut itu memanggilnya.

"Hari ini anda akan datang kan ke lokasi syuting?" Sohyun menganggukkan kepalanya.

Felix tersenyum lebar lalu mengacak rambut Sohyun pelan.

Sohyun terdiam, matanya melebar dengan sempurna.

Pikirannya mulai kacau setelah Felix memperlakukannya seperti itu.

"Sebaikanya aku pergi dulu, sampai jumpa di lokasi syuting Kim jakkanim." Felix berbalik setelah sebelumnya melambaikan tangan ke arah Sohyun.

Sohyun memperhatikan punggung tegap itu hingga ia hilang berbelok sebuah lorong.

"Aigo, benarkah apa yang kulihat tadi?" suara Saerom menghentikan Sohyun memperhatikan siluet Felix.

Menolehkan wajahnya, menatap datar Saerom.

"Bagaimana dia bisa memperlakukan penulis kita ini seperti tadi. Kyak, apa dia tidak tahu jika kau berkencan dengan Direktur Bae?"

"Dia sudah tahu," mengangkat satu alisnya naik saat raut wajah Saerom berubah kesal.

Felix tahu jika ia berkencan dengan Jinyoung, tapi tetap saja memperlakukan nya seperti ini.

Mengelus rambutnya, mendatanginya untuk sekedar menyapa dan menatapnya, dan berbagai macam hal kecil yang membuat jantung Sohyun berolahraga.

Sohyun tidak masalah dengan apa yang dilakukan Felix kepadanya. Baginya pria itu tetap seorang anak kecil, tidak lebih. Dan itu mutlak.

Ia tidak akan jatuh cinta lagi untuk pria lain.

Jinyoung adalah satu-satunya.

Menempati hatinya,

Pemilik dirinya yang sesungguhnya.

"Tidak perlu cemburu seperti itu, dia sudah kuanggap sebagai adik. Tenang saja Lee Saerom." Sohyun menjelaskannya sembari menyenggol tubuh Saerom dengan lengannya.

Saerom menatap tajam kearahnya, mempoutkan bibirnya lucu.

"Kajja, kita selesaikan pekerjaan disini dan pergi melihat Felixmu."

Buru-buru Sohyun merangkul lengan Saerom, mengajaknya untuk segera melangkah meninggalkan tempat itu.

.
.

Sohyun merapikan coat coklatnya, langkah kakinya membawanya semakin dekat pada kursi sutradara yang sedang mengamati acting Jongin dan Somi.

Ia berhenti beberapa langkah, saat suara parau itu mengalun di telinganya.

"Kim Sohyun-ssi." Sapa pria berwajah cantik itu. Berdiri tepat disamping Sohyun.

Sohyun menoleh, ia tersenyum.

"Annyeonghaseyo Lee Daehwi-ssi." Sohyun menundukkan kepalanya sopan, menyapa pria cantik disampingnya.

"Aku tidak menyangka anda akan datang kemari. Pekerjaanmu kan selalu banyak."

"Terimakasih pujianmu Lee Daehwi-ssi." Sohyun menolehkan wajahnya mengamati kinerja para kru dan artis disana.

"Apa ada masalah dalam syuting berlangsung?" Tanya Sohyun menolehkan wajahnya menatap Daehwi.

Pria cantik nan imut itu mengangguk pelan, ia tersenyum, mendekatkan wajahnya pada telinga Sohyun. Seolah ia ingin membisikkan sesuatu ketelinga Sohyun.

"Jeon Somi dan Kim Jongin sebelum syuting terus bertengkar dan melakukan banyak keselahan untuk take awal. Sutradara Do sudah kesal dari tadi melihat acting mereka."

"Benarkah?" Tanya Sohyun dengan pandangan tidak percaya.

Sementara Daehwi hanya menganggukkan kepalanya. Menyakinkan Sohyun dengan apa yang baru saja diucapkan.

Menolehkan kembali pandangannya menatap lurus Somi dan Jongin yang sedang bekerja keras disana.

Jika dilihat saat ini, pria dan wanita itu terlihat konsisten, tidak terlihat jika mereka habis berseteru atau apa yang dikatakan Daehwi tadi kepadanya.

Bukannya Sohyun tidak mempercayai perkataan Daehwi, tapi untuk saat ini sangat sulit untuk mempercayainya.

Mereka -- Somi dan Jongin -- terlihat baik-baik saja melakoni perannya sebagai Hyunji dan Dongwoo.

"Oke cut!" Teriak Sutradara Do. Ia berdiri dari duduknya, melepas earphone yang terpasang dikedua telinganya.

Beberapa orang berlarian mendekati artis hallayu itu, bisa disebut mereka asisten pribadi. Memberikan handuk kecil atau memberikan minuman kepada artis tersebut.

Sepasanga netra hazel itu menatap Sohyun dengan tatapan datar. Membuat yang ditatapnya mengalihkan pandangannya menatap Daehwi yang masih setia berdiri di sampingnya.

Pria imut itu menolehkan pandangannya, menatap Sohyun dengan pandangan bingung.

Pikirannya sama dengan Daehwi. Mereka berdua merasa jika pandangan Jeon Somi mengarah antara mereka.

Tidak tahu siapa yang sebenarnya ditatap oleh Somi.

Sohyun atau Daehwi.

"Kita istirahat 30 menit. Hafalkan dialog scent selanjutnya. Aku tidak mau hal tadi terjadi lagi, kita sudah membuang banyak waktu." Jelas sutradara Do.

Sutradara Do membalikkan badannya, ia menghentikan pergerakannya saat netra hitamnya menatap presensi wanita berdiri tidak jauh darinya bersama Lee Daehwi.

"Kim Jakkanim, anda datang." Sutradara Do mendekat, ia tersenyum lebar, membuat matanya menyipit secara perlahan.

"Sudah lama?" tanyanya lagi saat ia berdiri tepat dihadapan Sohyun.

"Baru saja. Apa sudah selesai?" tanya Sohyun memeperhatikan sekitarnya sekali lagi. Saat netranya mencari sosok Somi disana, ia malah tidak menemukannya, bahkan Kim Jongin sudah tidak berada disana.

"Kami hanya istirahat sebentar, ahya anda mau minum coffe-"

"Aku ada urusan dengannya." Somi mengintrupsi dengan cepat. Menatap datar kerah Sutradara Do dan Sohyun secara bergantian.

Mereka, -- Sohyun, Sutradara Do dan Lee Daehwi -- menoleh secara bersama. Mengamati Somi yang tiba-tiba berdiri didekatnya.

"Ada yang ingin berbicara bedua denganmu Kim jakkanim." suara Somi, tatapannya menajam kearah Sohyun. Meminta dengan cara pandang seperti itu.

Sohyun ingin menolak permintaan Somi, namun pikirannya bekerja dua kali. Mungkin ada sesuatu serius ingin dibicarakan oleh Somi.

"Baiklah, Sutradara Do maafkan aku tapi aku haru-"

"Tidak apa-apa, kita bisa minum lain kali. Ayo Lee Daehwi." ucap Sutradara Do cepat, menatap Somi dan Sohyun secara bergantian sebelum akhirnya ia meninggalkan kedua wanita cantik itu. Memberikan mereka waktu untuk berbicara.

.
.

Suara hembusan angin dan gesekan ranting terdengar begitu jelas ditelinga Sohyun dan Somi.

Mereka berada ditengah hutan, yang tempatnya sedikit jauh dari lokasi syuting.

Somi sengaja membawa Sohyun ketengah hutan untuk berbicara berdua. Hanya berdua.

Wanita cantik itu melipat tangannya di atas perut, matanya yang indah mengamati dengan detail penampilan Sohyun.

Tubuhnya yang mungil, kulitnya putih bersih, wajahnya perpaduan cantik dan imut dengan pipi yang gembil, jangan lupa matanya yang bulat berbinar namun menyipit secara perlahan ketika tersenyum atau tertawa. Dan bibirnya yang mungil dan berwarna peach alami.

Siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta padanya. Tak terkecualikan Bae Jinyoung, cintanya. Sebelum kehadiran Sohyun merebut cintanya. Menggeser posisi Somi dihati Jinyoung.

Somi ingat betul bagaimana saat ia melihat cintanya jatuh cinta pada gadis kecil yang menolongnya untuk pertama kali dari kejaran pemburu hewan.

Bagaimana saat pertama kali ia melihat senyum Jinyoung yang tidak lagi ditujukan kepadanya.

Semua perhatian yang dulu Jinyoung berikan kepadanya dirampas dengan paksa oleh gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Bocah kecil yang tidak mengerti arti dari sebuah cinta.

Dan kini, dihadapannya bukan lagi gadis kecil yang tidak mengerti apa itu cinta dan gadis kecil yang mengerti apa-apa.

Gadis kecil itu tumbuh dengan cepat, cantik dan semakin cantik. Membuat Jinyoungnya semakin mencintainya.

Somi cemburu, semakin cemburu hingga rasanya ingin membunuh Sohyun saat ini.

Mencabik-cabik tubuhnya dengan gigi taringnya, memisahkan anggota tubuhnya mulai dari kepala hingga kaki. Mengeluarkan organ tubuhnya dan membuangnya di sembarang tempat.

Tidak peduli jika ia akan dibunuh dengan Jinyoung karna membunuh Sohyun, setidaknya jika ia tidak bisa memiliki Jinyoung, maka Sohyun pun harus sama.

Sohyun menghela nafas panjang. Ini sudah dua puluh menit mereka habisnya untuk berdiam diri, mendengarkan suara angin diantara pepohonan yang tinggi.

Waniat itu - Somi - belum mengeluarkan sepatah katapun untuk memulai pembicaraan. Dia hanya diam, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Apa yang ada didalam pikirannya sehingga membutuhkan waktu dua puluh menit hanya untuk memandanginya.

"Ekhm! waktumu tinggal 10 menit lagi Jeon Somi-ssi, apa kau akan tetap memandangku dengan seperti itu."

Suara Sohyun, menghancurkan ketenangan yang ada. Jujur saja, Sohyun tidak suka dengan suasana seperti itu, membiarkan seorang wanita menatapnya selama 20 menit.

"Ahh maafkan aku Kim jakkanim." Somi tersenyum kecil.

Sohyun memutar matanya jengah. Bukan permintaan maaf yang ingin didengarnya saat ini. Tapi, maksud wanita itu membawanya ketempat ini.

Jauh dari pengawasan mata orang-orang.

Mereka hanya berdua disana, ditengah hutam lebat.

Bukankah tempat ini terlihat menyeramkan, dan tempat yang lebih tepat untuk membunuh seseorang.

Tiba-tiba Sohyun merasa ketakutan. Memikirkan yang tidak-tidak membuat bulu kudunya berdiri.

Benarkah dugaannya jika Somi membawanya kemari untuk membunuhnya?

Tapi karna apa?

"Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku tidak akan membunuhmu kecuali kau menginginkannya."

"Apa maksudmu Somi-ssi?"

Somi menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa, ahya kau sungguh melupakanku?"

Mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak mengerti kalimat terakhir Somi.

Melupakannya?

Mereka baru dipertemukan saat bekerja sama dalam wolf gray.

Memangnya mereka pernah bertemu disuatu tempat?

Somi terkekeh, melepaskan tangannya diperutnya.

"Rumah terbakar, ayah dan nenekmu. Kau sungguh melupakan kejadian itu? Dimana kau harus melihatnya meninggal."

Sohyun terdiam. Memaksa otaknya bekerja memutar kenangan itu. Kenangan yang tidak akan pernah dilupakan Sohyun.

"Aku ada disana juga Kim Sohyun, melihatmu menangis kemudian pingsan. Kau tahu untuk pertama kalinya aku menyesal dalam hidupku ketika aku memutuskan untuk menemuimu saat itu."

"Wae?"

Somi tertawa meledek. "Kau benar-benar Kim -hahahahah... ahya aku lupa jika kau pingsan selama tiga hari."

Sohyun memilih diam, tidak menanggapi ocehan wanita yang mulai tidak jelas dihadapannya. Ia tidak mengerti apa yang keluar dari mulut wanita itu, memangnya apa dia salah? Dia hanya pingsan, sudah jelas tidak tahu apa yang terjadi selama ia pingsan.

"Jinyoung menyelamatkanmu, merawatmu selama tiga hari dirumah sakit. Dia menjadikanmu sebagai proritas, keselamatanmu adalah yang utama."

"Lalu apa yang membuatmu semarah ini Jeon Somi? Aku pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi. Jika hanya ingin memberitahuku hal ini lebih baik jangan membawaku ketempat yang menyeramkan seperti ini, seolah kau akan membunuhku."

"...carilah tempat yang lebih tepat untuk pembicaraan ini. Permisi Jeon Somi-ssi, tiga puluh menitmu hampir habis. Kau harus mempersiapkan dirimu untuk bekerja lagi." sebelum ia meninggalkan Somi, Sohyun menundukkan kepalanya, memutar badannya meninggalkan Somi.

Baru tiga langkah Sohyun menjauh, suara Somi berhasil menghentikan langkahnya. Sohyun membalikkan badannya menatap tajam wanita cantik itu.

"Jika kau mencintai Jinyoung, tidak seharusnya malam itu kau berciuman dengan Daniel. Kau melukai pria yang kucintai, dan itu membuatku ingin membunuhmu disini."

Sohyun terdiam, matanya melebar dengan sempurna.

Darimana Somi tahu malam itu dia dan Daniel berciuman. Oh tidak, apakah Jinyoung melihatnya. Tapi.

Wrauuuu

Bersamaan dengan erangannya, Somi mengubah dirinya menjadi serigala, meraung dengan keras, sampai raungannya terdengar ditelinga para kru wolf gray.

Sohyun melangkah mundur. Kakinya bergetar dan melemas secara bersamaan. Sohyun terjatuh diatas tanah.

Somi semakin mendekat. Dan Sohyun berusaha mudur, menjauh dari Somi.

Erangan itu terdengar semakin menakutkan, mulut itu terbuka, memperlihatkan gigi taringnya yang tajam, sangat tajam dan mungkin akan menembus tubuh Sohyun hingga kebelakang jika Somi menggigitnya.

Kaki depan Somi terangkat. Mendorong tubuh Sohyun hingga berbaring diatas tanah. Menekannya sangat kuat, dan kuku-kuku tajam menembus masuk ke kulit pundak Sohyun.

Sohyun menjerit kesakitan saat kuku tajam milik Somi menancap di kulitnya. Tidak hanya membiarkan kaki depannya berada di atas pundak Sohyun, serigala itu menggerakkannya kebawah, merobek kulit Sohyun dengan cakarnya.

Mengigit bibir bawahnya hingga berdarah menahan rasa sakit yang teramat sakit saat kakinya diinjak dengan keras dengan kaki belakang Somi.

Kreeekk

"Akhhh. Eomma~"

Rasa nyeri di pergelangan kakinya sangat menyiksa. Cairan hangat itu keluar dari dua matanya, mengalir membasahi pipinya.

Tubuhnya terasa sangat sakit, mulai dari pundaknya hingga kakinya yang mungkin saja sudah patah. Tenaganya mulai terkuras habis, bersama dengan darah yang terus mengalir dari pundaknya.

Sohyun tidak bisa melakukan apa-apa lagi kecuali, menyerah.

Aaaauuuuuuuuuu

Somi mengangkat kepalanya, saat mendengar raungan serigala lainnya.

Bruk

Mendorong tubuh Somi dengan kepalanya, kemudian mengigit, mencabiknya tanpa ampun. Tidak ada lagi kesempatan Somi membalas cabikan lawannya.

Serigala itu benar-benar membuat Somi kewelahan, bahkan beberapa robekan pada kulitnya yang terlihat berwarna merah mulai bermunculan itu tubuh Somi.

Sementara tubuh Sohyun melemah karna kehilangan banyak darah. Robekan pada pundaknya yang lebar, membuat darah itu tidak berhenti mengalir dan mengeluarkan bau yang anyir.

Memejamkan matanya tiga detik, dan kembali menatap dengan lemas dua serigala yang masih bertarung. Ia melihat dengan sayup serigala dengan bulu kecoklatan itu mulai melemas, membiarkan tubuhnya dicabik-cabik oleh

Wolf Grey

Kelopak matanya menutup secara perlahan, kesadarannya mulai menghilang.

Meninggalkan dua serigala itu bertarung.

🍁🍁🍁

To be continue

jangan lupa Voment.
Jangan pelit-pelit napa (╥_╥)
Makin kesini makin kurang voment 😭
Apa ceritanya kurang menarik?

Continue Reading

You'll Also Like

326K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
612K 64.3K 34
[M] Petaka itu dimulai kala Hermione bertemu Draco Malfoy di Hogwarts express untuk memulai tahun keenamnya. Dia menyadari ada yang aneh dengan lela...
68K 11K 22
[ 𝐒𝐚𝐬𝐮𝐡𝐢𝐧𝐚 ] Ayahnya datang, membawa seorang anak laki-laki bersurai gelap dan mengatakan bahwa sekarang dia adalah saudara angkat Hinata. S...
150K 11.5K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...