My Idol is My Boyfriend

By jullyaws

238K 10.3K 833

Sebuah kisah cinta yang klise dan terkesan biasa, seorang fans yang di pertemukan dengan idolanya. Berteman d... More

TAXI
Feelings
Date?
Fallin Love?
Misunderstanding
Best Day Ever
Just Friend
Hmm
Accident
Something Odd
Hurt
Uncovered
You
Move
Holiday
Bungalow
She's back
Troublemaker
Insane
Packing
Long Distance Relationship
WTF
Surprise
Sorry
London
Tour
First Anniversary
Yes, London
PARIS
PARIS (2)
PARIS (3)
Will You Marry Me?
Wedding Dress
Aw
With You
Ending
After Story
BONUS

See You

3.3K 205 26
By jullyaws

Ayesa

"Niall..." gumamku ketika aku melihat seseorang sedang berlari ke arahku.

Tanpa bicara apa pun Niall langsung memelukku erat di hadapan semua orang. Dan aku tidak peduli orang-orang menatapku dengan tatapan aneh. Aku memeluk Niall dengan erat dan menangis di pelukannya.

Niall melepaskan pelukanya, dan aku melirik pada jam tangan di tanganku 9.40 masih ada waktu 20 menit lagi. Aku melihat anggota One Direction mengobrol dengan keluargaku juga dengan teman-temanku sedangkan aku hanya berdua memisahkan diri dengan Niall.

"Aku bakalan kangen banget sama kamu." Ucap Niall pelan sambil menghapus air mataku.

"Aku juga bakalan kangen banget sama kamu Niall." Jawabku pelan.

"Kalau ada waktu liburan lama sering-sering main ke sini." Pinta Niall padaku.

"Kamu juga kalau ada waktu liburan main ke Indonesia."

"Pasti kalau sempet aku bakalan kesana."

"Mata kamu kenapa? Kok sayu banget? Terus itu kantung mata gede banget, terus wajah kamu kok lelah banget?" tanyaku panjang lebar pada Niall.

"Nanya-nya satu-satu sayang." Ujar Niall sambil mencubit pipiku.

"Maaf maaf, itu kenapa?"

"Tadi pagi aku baru tidur jam 8 pagi, semaleman aku nggak tidur."

"Kamu belum sarapan?"

"Belum."

"Pantesan, kamu kenapa nggak tidur? Kamu bisa sakit babe."

"Nggak tau, nggak bisa tidur."

"Aku nggak mau kamu sakit."

"Janji deh, nanti kamu take off aku bakalan makan."

"Udah makan tidur ya, kamu lemes banget soalnya." ucapku khawatir dengan keadaan Niall.

"Janji." Ucap Niall sambil tersenyum tipis lalu mengecup keningku.

Aku dan Niall mengobrol sebentar lalu anggota One Direction juga sahabat-sahabatku memeberikanku banyak hadiah, entah itu apa isinya aku tak sempat melihat karena mereka menyruhku membukanya nanti setelah aku sampai di Indonesia. Aku meminta pada Mama dan Papa untuk memasukannya ke bagasi pesawat. Yang bisa aku lihat sangat jelas itu hadiah dari Perrie, dia memberikanku sebuah boneka doraemon yang sangat besar dan aku sangat menyukainya.

Ketika Niall memberikan sesuatu padaku aku tersenyum dan langsung memasukanya kedalam tas gendongku.

"Sayang ayo." ajak Mama padaku.

Papa dan Mama berjalan duluan setelah mereka berpamitan, aku berpamitan pada semuanya aku memeluk mereka satu persatu pertama aku berpamitan pada Tanteku tercinta, kemudian Carisa, setelah itu ke tiga sahabat gilaku; Cara, Maria, juga Fiona.

Lalu aku berpamitan pada Liam, Harry, Louis, Zayn, Perrie, Dani, juga El. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus terusan berjatuhan di pipiku. Dan yang terakhir aku berpamitan pama Niall. Dan ini yang paling berat aku tinggalkan.

Saat aku berdiri di hadapan Niall, dia langsung memelukku kembali dan itu sangat erat. Aku menangis kembali di pelukanya, dan aku menengok melihat sekeliling mereka semua menangis bersedih melihat aku dan Niall akan terpisah untuk waktu yang cukup lama. Niall melepaskan pelukanya lalu mencium keningku setelah itu pipiku lalu hidungku.

"Aku tahu ini bukanlah pertemuan kita yang terakhir, tapi aku rasa ini sangat menyakitkan karena aku akan jauh dari kamu untuk waktu yang lumayan lama." Ucap Niall pelan.

"Aku emang bakalan pergi jauh, tapi aku selalu ada disini, di hati kamu." ucapku sambil menunjuk dada Niall.

"Aku akan menunggumu kembali." ucap Niall lagi.

"Aku janji aku akan kembali, karena aku tidak bisa lama terpisah jauh denganmu." balasku.

"Know you spend time with you and be a part of your life is the most beautiful thing in my life, I will never forget." bisik Niall sambil tersenyum.

"Meet you and be a part of you is something beautiful in my life." balasku tersenyum terharu.

"You are my future, so I'll be waiting for you. I love you Ayesa, more than anything." ucap Niall yang langsung memajukan wajahnya hingga sangat dekat denganku dan memiringkan wajahnya lalu mengecup bibirku. Berapa menit Niall belum juga melepaskanya dan menurutku ini ciuman terlama yang pernah Niall berikan padaku.

Akhirnya Niall melepaskan ciumanya dan kembali mengusap air mataku. "Jangan nangis lagi, jelek kalau nangis." Niall mencoba menghiburku.

"Thank you for everything, I love you Niall Horan." Maju selangkah lalu mengecup pipinya.

"Love you too my princess." Balasnya seraya melepaskan pelukanya.

"Bye, see you." Ucapku melambaikan tangan pada Niall.

"Bye." Balas Niall lesu.

Aku berjalan perlahan ke arah pintu keberangkatan dan say goodbye, mereka masih menangis dan Niall yang aku lihat dia hanya diam tanpa suara. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihan ini, aku sangat sangat sangat sedih berpisah dengan orang yang aku sayang.

Sebelum aku mengilang di balik tembok, Niall masih melambaikan tangannya padaku dan bibirnya bergerak mengatakan 'I love you' dan aku membalasnya seperti itu juga.

Di tangga pesawat mataku tak henti-hentinya mengeluarkan air mata sampai pramugari-pramugari disitu terheran heran melihatku dengan mata sembab dan masih mengeluarkan air mata.

"Udah dong jangan nangis terus, nanti juga kan bisa ketemu lagi." Mama mencoba menenangkanku yang masih menangis saat kita sudah duduk manis di kursi penumpang.

"Iya nanti kalau liburan juga bisa ke sini kan." sambung Papa.

Aku duduk di paling pinggir dekat kaca, disebelahku Mama dan di sebrang Mama ada Papa. Tepat pukul 10:00 pesawat lepas landas aku melihat keluar dan aku membatin. Kalau Niall cinta sejatiku mau di pisahkan sejauh apapun tidak akan ada yang bisa menggantikannya di hatiku, dan aku percaya Niall akan setia menungguku kembali.

Aku mengeluarkan iPod lalu memasang headset lalu aku klik play pada lagu One Direction tapi versi acoustic dan hanya Niall yang menyanyikannya. Dulu aku yang minta pada Niall untuk merekam 2 album lagu One Direction tapi hanya Niall yang menyanyi dan itu hanya untukku.


Niall

"Mau balik?" tanya Zayn.

"Niall helo lo masih di sini kan?" Harry melambai-lambaikan tanganya di hadapanku tapi aku hiraukan.

"Niall." panggil Dani.

"Horannn!" panggil Perrie.

"NIALL!" teriak Ele.

"NIALLERRRRRR!" Louis berteriak tepat di telingaku, dan itu sempat membuat telingaku nging—

"Apa-apaan sih lo?!" ujarku marah sambil mengusap-ngusap telingaku.

"Abisnya lo ngelamun mulu, ayo balik." ajak Louis.

Aku tak berkata lagi, memutar tubuh lalu mengikuti mereka berjalan menuju parkiran.

"Wajar aja kali Lou dia gitu." Gumam Liam.

"Yel mau makan dulu nggak?" tanya Zayn padaku.

"Nggak." jawabku singkat.

"Kata Ayesa kan tadi lo harus makan, udah gitu tidur, liat bawah mata lo item gitu. Gue juga khawatir lo sakit." Ucap Zayn lagi.

Aku hanya diam, aku mengingat tadi janjiku pada Ayesa. Aku harus makan lalu tidur untuk memulihkan lagi staminaku. "Ya udah ke Nando's sekarang." Kataku malas dan langsung masuk ke dalam mobil.


* * *


"Lo pesen apa?" tanya Zayn padaku ketika kita sudah sampai di Nando's.

"Biasa." jawabku singkat.

"Yel jangan galak-galak kenapa." protes Zayn.

"Iya-iya! Gue masih stres nih mana gue ngantuk, gue sedih tau." ocehku.

"Ah elah lo kayak orang gila tau." cibir Harry.

"Iya gue stress." kataku lagi.

"Jangan stres gitu dong, dia pasti balik kok. Tenang aja, kalau dia cinta sejati lo dia pasti balik lagi buat lo, dan gue yakin dia bakalan kembali." ucap Zayn sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Amin. Gue lagi berusaha biar gue nggak stress." jawabku datar.

"Lo itu lagi galau galau nya tapi masih sempet aja bikin gue ketawa." ujar Louis yang langsung menjitak kepalaku.

"Efek gue galau." Jawabku lagi.

Gimana nggak stres coba? Coba kalian bayangkan, di saat kalian sedang cinta-cintanya pada pasangan kalian eh malah ditinggal pergi, jauh pula. Sakitnya tuh disini. Oke Niall alay, maafkan.

Zayn memesan makanan, tak berapa lama akhirnya makanan datang dan aku langsung melahapnya setengah nafsu dan setengah tidak. Setelah makanan habis dan aku sudah mulai bisa sedikit lebih tenang. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang, dan ketika aku membalikan badan aku kaget.

WTF?! NENEK LAMPIR?!

"Sumpah ya nggak dimana mana lo nyamperin gue terus, gue bosen liat muka lo!" ujarku sarkastik. Aku tau dia cewek dan kata-kataku sangatlah tidak sopan, tapi cewek seperti dia pantas dikatai begitu.

"Cewek itu mana?" tanya Lisa dengan nada sinis.

"Lo udah kayak jelangkung aja deh, ada dimana mana." cibir Harry.

"Bener banget kayak jelangkung, datang nggak di undang, pulang nggak di antar." sambung Louis.

"Terserah gue! Suka-suka gue! Hidup-hidup gue! Ngapain lo sibuk ngantur hidup gue?" bentak Lisa.

"Lo cewek tapi nggak ada anggun-anggunnya sama sekali." kata Liam sambil geleng geleng kepala.

"Yang ada juga cewek itu tuh, liat dia tuh sok anggun." ujar Lisa kesal sambil menunjuk ke arah El.

"Jaga mulut lo !" yang di tunjuk langsung tersulut.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Lisa menjengkelkan.

Eleanor langsung berjalan mendekati Lisa dan langsung menjambak rambut Lisa keras, sampai Lisa meringis kesakitan.

"Gue marah bukanya gara-gara lo ngatain gue tapi ini balesan buat lo yang udah nyelakain temen gue! Oh ya satu hal lagi gue punya temen psikiater nggak jauh dari rumah gue, gue saranin lo pergi kesana sebelum mental lo bener-bener rusak!" ucap Ele kasar sambil melepaskan jambakanya pada rambut Lisa.

"Kurang ajar banget sih lo!" ucap Lisa sambil mengusap-ngusap rambutnya.

Eleanor hanya tersenyum memandang Lisa lalu ia mengambil tasnya di kursi lalu mengajak Danielle juga Perrie untuk pulang.

"Balik duluan ya." pamit El pada kami.

Kita semua memandang heran pada mereka dan akhirnya kita mengerti.

"Yo hati-hati." kata Harry.

"Gue anter mereka." ucap Louis.

"Gue juga." sambung Liam ikut berdiri.

"Gue juga, bye." kata Zayn ikut-ikutan.

"Bye." Danielle dan Perrie melambaikan tangan.

"Makanya janga macem-macem sama cewek gue." ucap Louis sambil tertawa melewati Lisa yang masih cemberut menahan kesal.

Jadi disini hanya tersisa aku Harry juga Lisa. Lisa hanya diam sepertinya dia kesal sekali dengan perlakuan Eleanor tadi.

"Cewek lo mana?" tanya Lisa.

"Penting gue kasih tau dia dimana?" tanyaku yang langsung berdiri di hadapan Lisa.

"Sekarang gue serius! adik gue pengen ketemu sama dia!" jawab Lisa ketus.

"Emangnya ada urusan apa sih?" tanya Harry kepo.

"Adik gue mau ngomong berdua sama dia." jawabnya lagi.

"Ngomong apa?" tanyaku lagi.

"Ya mana gue tau." jawab Lisa.

"Bukannya adik lo udah nggak waras?" tanya Harry ragu.

"Iya gue tau tapi untuk kali ini gue serius, dia sendiri yang ngomong sama gue kalau dia pengen ketemu cewek itu. Ya udah gue minta alamatnya mana." pinta Lisa padaku.

"Di Depok, cari aja." Jawabku malas. Itu memang daerah rumah Ayesa di Indonesia, dia pernah bilang padaku dan menurutku Lisa nggak bakalan tahu.

"HAH? Itu dimana? Gue baru denger, kampung ya?" tanya Lisa kaget.

"Lo butuh dia kan? Lo cari aja sendiri." jawabku langsung kembali duduk di kursi.

"Biasanya kan dia sama lo, sekarang mana?" tanyanya lagi.

"Jangan kepo deh." Jawabku ketus.

"Oke gue cari sendiri, awas aja kalau udah ketemu jangan harap dia selamat." ancam Lisa padaku.

"Aww takut haha." ucap Harry sambil tertawa.

"Takut ya Haz?" timpalku lalu tertawa.

"Sialan banget sih lo,nggak takut apa sama ancaman gue?" tanya Lisa galak.

"Ngapain juga gue takut sama lo." Tantangku.

Lisa terdiam, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. "Sini ikut gue!" seru Lisa sambil menarik-narik tanganku.

"Nggak mau!" tolakku lalu menangkis tangannya.

"Gue mau ngajak lo ketemu Lucy." ucap Lisa lagi.

Aku diam dan memutar balik otak, mending aku ikut aja siapa tau bisa ngomong sama Lucy minta maaf atau sebagainya.

"Gue ikut." ujar Harry.

"Cewek lo mana?" tanya Lisa sekali lagi.

"Dia nggak ada, lagi ada urusan." jawabku singkat.

"Gue nggak mau tau!" kata Lisa lagi.

"Gue serius dia lagi ada urusan keluarga." kataku berbohong.

"Ya udah." kata Lisa akhirnya.

Sebenernya Lisa ini nyebelin banget, tapi dia juga labil banget. Kadang baik, kadang ahh aku nggak ngerti gimana jalan pikiran dia. Menurut aku sih dia juga udah rada nggak waras otaknya.

Oke aku dan Harry menurut saja ngikut sama dia dan akhirnya ternyata dia nggak bohong dia beneran bawa kita ke rumah sakit jiwa, tempat adenya di rawat. Miris juga sih kasian tapi aku juga kesel sama dia yang selalu nyakitin Ayesa.

Lisa mengajakku ke ruangan adenya, dan ketika aku masuk kesana loh kok nggak ada orang yang mirip Lucy disana, disana ada 5 orang yang mentalnya terganggu semuanya ada yang sedang bermain boneka, ada yang sedang berbicara dengan bantal, dan lain lain. Kita berada satu ruangan dengan orang-orang itu tapi di batasi oleh sebuah pagar tinggi mirip seperti penjara.

"Mana Lucy? Separah inikah dia?" tanyaku.

"Sebentar." ucap Lisa tenang sambil meninggalkan kita di tempat itu.

Beberapa menit lalu Lisa garang banget eh sekarang dia tenang banget, heran deh.

"Yel gue baru nyadar si Lisa labil banget, tadi marah-marah nggak jelas, sekarang tenang banget gue nggak ngerti." bisik Harry padaku.

"PMS kali." ucapku juga berbisik.

"Gue suka takut kalau masuk rumah sakit jiwa, gue pernah sekali sebenernya dan gue nggak mau lagi. Tapi demi lo, gue temenin lo ke sini." bisik Harry lagi.

"Kenapa emang?" tanyaku bingung.

"Gue takut ketularan gila." jawab Harry polos.

"Ya kalau lo tinggal di sini, iya lo bakalan sama kayak mereka, nah ini lo kan cuman sekali cuman mengunjungi doang." kataku lagi.

"Iya tetep aja gue takut, kalau gue nonton sinetron-sinetron gitu ya orang gila tuh bisa nyekek lho." ujar Harry dengan mimik muka yang sangat serius.

"Dasar lo, otak sinetron." Kataku seraya menepuk kepala Harry.

"Hey ayo!" ajak Lisa yang tiba-tiba muncul.

"Lucy dimana?" tanya Harry.

"Di ruanganya." jawab Lisa pendek sambil berjalan mendahului kita.

"Gue takut." bisik Harry padaku.

"Takut kenapa lagi?" tanyaku lagi.

"Gue takut pipi gue di silet kayak Ayesa sama Lucy. Bego sih dulu gue bilang gue mau sama Lucy, padahal kelakuanya kan nggak jauh beda sama Lisa. Nggak mau deh kalau sekarang, mending gue jomblo." ucap Harry berigidik.

"Lo mau gue gampar?" tanyaku kesal.

"Sorry sorry." ucap Harry pelan.

"Tempo hari sebenernya serius adik gue pengen ketemu lo sama cewek lo, tapi karena gue masih dendam dan emosi sama cewek lo jadi gue pengenya lukain dia terus." ucap Lisa enteng.

"Pengen lo apa sih? Salah dia apa sama lo?" tanyaku geram.

"Gue pengen lo jadian sama adik gue dan cewek lo itu mampus!" jawab Lisa tanpa dosa.

"Jaga mulut lo ya kalau bukan cewek udah gue abisin lo" kataku kesal.

"Gue juga sebenernya benci sama lo lo pada, tapi Lucy nggak ngebolehin gue nyakitin lo lo pada. Apa lagi lo!" tunjuk Lisa padaku.

"Sa, kayaknya lo masuk sini aja deh otak lo udah nggak waras." ujar Harry.

"Diem lo! Jangan banyak omong, gue nggak nyuruh lo ngomong." Seru Lisa ketus pada Harry.

"Ada ya cewek nyebelin banget kayak lo." komentar Harry.

"Terus apa maksud lo nyakitin terus cewek gue?" tanyaku pada Lisa.

"Biar gue puas nyakitin dia dan biar dia ngerasain apa yang adik gue rasain." jawab Lisa seraya membuka pintu sebuah ruangan.

"Kita nggak di dampingi dokter atau siapa pun nih?" tanya Harry.

"Dia takut ketemu dokter, dia suka histeris kalau dia liat dokter, dan gue udah biasa sendirian kalau mengunjungi dia." jawab Lisa.

Kita masuk ke dalam ruangan yang cukup gelap, lumayan besar dan hanya ada satu buah kasur disitu. Di saat masuk, kami langsung menemukan seseorang yang sedang duduk di atas kasur sambil melipat kaki dan memeluk kakinya. Aduh gara-gara aku ini cewek jadi gini, aku merasa bersalah banget.

"Lucy." panggil Lisa pelan.

Lucy berbalik dan aku kaget melihat wajahnya yang sangat kusut juga kucel, rambut berantakan dan dia melotot ke arah kami. Tanpa di sadari dia langsung bangkit dari kasurnya lalu menghampiri kita.

"Niall." panggil Lucy padaku.

"Ya?" sahutku pelan.

"Lo jahat Niall! Lo jahat sama gue! Lo nggak mikirin perasaan gue!" ucap Lucy marah sambil mencakar-cakar wajahku. Aku panik tanganku berusaha meraih tanganya tapi ia begitu kuat. Akhirnya muka dan tanganku penuh baret karena cakaran kukunya yang panjang dan tajam itu.

Harry berusaha menenangkan Lucy sedangkan Lisa hanya tersenyum melihat aku yang terluka. Harry memegang erat kedua tangan Lucy tapi Lucy masih terus meronta-ronta, ia masih bisa menggapai badanku.

"Niall lo jahat banget sama gue! Lo jadian sama cewek brengsek itu! Dan gara-gara dia, gue nggak jadi nikah sama lo! Gue benci sama lo! Gue benci sama cewek itu! Gue benci sama kalian semua!" Lucy berteriak-teriak tanpa kendali, ia hilang kontrol.

"Lo denger, lo itu cantik. Masih banyak cowok yang mau sama lo!" ucapku pada Lucy yang masih di pegangi oleh Harry.

"Lo jahat! Lo brengsek! Lo bajingan! Cewek itu sialan banget! Dia ngerebut lo dari gue dan gue nggak terima! Percuma gue berbuat baik sama lo selama ini! Gue benci lo semua!" teriaknya benar-benar hilang kendali.

Lucy masih terus berusaha melepaskan diri dari Harry, namun tiba-tiba Lucy terlepas dari Harry dan Lucy langsung menabrak badanku hingga terjatuh.

"Niall gue benci sama lo gue benci nggak bisa move on dari lo gue benci sama lo! Lo nggak pernah cinta sama gue! Gue benci itu! Padahal gue lebih cantik dari cewek sialan itu!" teriaknya sambil mencakar-cakar mukaku.

Gila ini perih banget! Aku hanya bisa meringis kesakitan sambil berusaha menghindar darinya.

"LUCY STOP!" teriak Harry pada Lucy.

Kulit mukaku sudah terasa sangat perih entah berapa cakaran yang aku terima sampai akhirnya petugas rumah sakit jiwa datang, mungkin karena mendengar keributan-keributan, mereka langsung mengisolasi Lucy.

Aku bangun di bantu oleh Harry, hanya tangan juga mukaku yang kena cakaran Lucy plus sikutku yang lecet gara-gara terjatuh tadi, dan aku lihat Lisa hanya berdiri di sebelah pintu sambil terseyum-senyum. Ini pasti rencana Lisa, kampret!

Setelah berhasil bangun, aku menarik tangan Lisa keluar dari ruangan tersebut, dari tadi dia cuman cungar cengir doang. Aku ngerasa di kerjain sama ini orang.

"Ini mau lo hah? Liat gue disiksa kayak gini, iya?" teriakku di depan muka Lisa.

"Well gue sedikit puas, sorry gue duluan. Lo berdua pulang naik taksi aja, bye." ucap Lisa yang langsung berbalik dan berjalan meninggalkan kita. Tapi dengan cepat, tangan Harry menarik tangan Lisa.

"Lo nggak bisa seenaknya gitu ya! Lo harus tanggung jawab! Bawa dia ke rumah sakit sekarang!" pinta Harry pada Lisa.

Tapi dengan cepat Lisa menangkis tangan Harry, "Gue nggak peduli!" ucapnya yang langsung berlari secepat mungkin meninggalkan kita berdua.

"Dasar wanita jalang!" umpat Harry benar-benar kesal, "Sumpah gue kesel banget sama dia!" sambungnya sambil mengepalkan tangan.

"Lo aja kesel apa lagi gue sama Ayesa. Udah abis kesabaran gue, liat muka gue tangan gue abis semua." jawabku juga kesal.

"Ya udah ayo balik gue obatin." ucap Harry yang langsung mengajakku pulang menggunakan taksi.


* * *


"Again again and again! Gue bosen dengernya. Lisa buat ulah mulu, gue pengen kasih dia pelajaran." ucap Louis kesal sambil melahap chipsnya.

"Lo pikir gue nggak bosen apa? Apa Lagi gue yang di kerjain terus dan gue juga merasa bersalah sama Ayesa, dia nggak tau apa-apa tapi dia juga kena." balasku pada Louis sambil terus mengompres luka di wajah juga di tangan.

"Yel ini udah malem kan? Ayesa udah nyampe kali telepon gih." saran Zayn.

"Arab rese, gue lagi ngomong apa lo malah ngomong apa." gerutu Louis pada Zayn sambil melemparkan remah chips padanya.

"Iya sorry, tapi kan gue cuman ngingetin doang." jawab Zayn.

"Tapi lo bener juga, sebentar gue ambil ponsel dulu." ucapku yang langsung berlalu ke kamar meninggalkan mereka yang masih asyik mengobrol.

Tututututuut....

Oke ini nggak nyambung aku lupa dia belum ganti kartu kayaknya, aku BBM aja kali ya. Udah aku BBM berapa puluh kali, udah aku PING!! Banyak kali dan belum read sama sekali, apa dia belum sampai? Tapi ini ponselnya udah nyala.

PIP

Tiba-tiba ponselku berbunyi tanda BBM masuk.


Ayesa : Babe sorry skype aja gimana? Kalau kamu telepon aku belum sempet beli kartu.

Niall Horan : Ok


Ayesa

Aku berusaha membuka mata ketika ponselku berbunyi terus berisik. TING TING TING-an mulu aku capek lelah. Aku baru sampai dirumah sekitar tiga puluh menit yang lalu. Siapa sih yang BBM subuh-subuh gini ah, aku meraih ponsel di meja sebelah kasur dan langsung aku lihat. Astaga aku lupa mengabari Niall saking lelah dan ngantuknya, dengan cepat langsung aku balas BBM-nya.


Ayesa : Babe sorry skype aja gimana? Kalau kamu telepon aku belum sempet beli kartu.

Niall Horan : Ok


Aku langsung bangun dan ngubek-ngubek koper, aku mencari laptop. Sebenarnya aku sangat mengantuk, badan lemas dan masih berasa jet lag, tapi demi Niall aku rela kok. Aku ubek-ubek koper, dan akhirnya ketemu juga. Langsung aku menyalakan laptopnya, log in Skype menggunakan wifi tetangga, dan ternyata Niall sudah on. Dia langsung menghubungiku menggunakan video call.

"Hai." sapaku sambil menguap.

"Hai ngantuk banget ya?" tanya Niall padaku.

"Lumayan." jawabku mengantuk sambil berusaha semangat.

"Kamu lagi tidur?" tanya Niall sambil memajukan wajahnya kedepan webcame.

"Iya babe." jawabku sambil kembali menguap.

"Bukanya dari London ke Indonesia 12 jam ya?" tanya Niall heran.

"Iya emang tapi tadi papa ngajak aku kerumah Oma dulu, dan aku baru sampai di rumah satu jam yang lalu." jawabku.

"Oh iya aku lupa, di sana jam berapa sekarang?" tanya Niall lagi.

"Jam 3 pagi babe." jawabku nyengir.

"Oh sorry sayang aku nggak tau, maaf aku ganggu kamu. Ya udah kamu tidur lagi aja, nanti kalau udah bangun bilang ya."

"Eh tunggu-tunggu dulu, nanti kalau aku bangun kamunya yang tidur."

"Ya nggak apa-apa, itu abisnya liat badan kamu lemes banget keliatanya mana mata ngantuk banget, udah tidur aja sana nanti kamu sakit sayang."

Niall memindahkan laptopnya ke tempat yang lebih terang, aku mengucek-ngucek mataku sambil memperhatikan wajah Niall dengan serius, kok baret-baret merah?

"Babe muka kamu kenapa?" tanyaku khawatir.

"Hah? Nggak kenapa-kenapa kok babe."

"Bohong! Liat itu merah-merah kayak bekas kecakar gitu."

"Nggak kok. Kamu ngantuk? Tidur aja lagi sono, nanti kalau udah bangun hubungin aku lagi deh ya."

"Aku nggak mau, aku kangen sama kamu."

"HALO AYESA!" teriak Harry yang langsung duduk di samping Niall.

"HAI!" teriakku histeris saat melihat Harry.

"Lo tau nggak? Liat, Niall mukanya di cakar cakar sama Lucy coba." ucap Harry sambil menunjuk-nunjuk wajah Niall yang sekarang sangat terlihat jelas di mataku bahwa muka Niall baret-baret merah bekas cakaran.

"Tuh kan kamu bohong sama aku."

"Sorry aku nggak mau kamu khawatir."

"Kok bisa di cakar Lucy?"

"Biasa, Lisa ngerjain aku tadi dia nyuruh aku ketemu Lucy, eh pas udah aku samperin Lucy malah nyakar-nyakar aku gini." Jawab Niall sambil memegangi lukanya.

Aduh asli bikin hati nyess pengen banget aku obatin lukanya Niall itu, tapi mau gimana lagi coba? Sedih asli. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipiku, aku mengelapnya lalu kembali memandang Niall juga Harry yang masih memandangku bingung.

"Yah kok malah nangis?" tanya Harry.

"Nggak kok." jawabku sambil terseyum.

"Bohong!" seru Niall tidak percaya.

"Aku nggak apa-apa, cuman sedih aja nggak bisa obatin luka kamu secara langsung."

"Aku tau."

Aku hanya tersenyum mendengar Niall, tapi aku juga ingin tertawa melihat Harry yang terus terus melintir-melintir rambutnya, cukup lucu juga sih sehingga membuatku tertawa kecil. "Liat kamu senyum bikin aku jadi senyum juga."

"Lo ketawa? Haha gue hebat ya?" ucap Harry sambil mengangkat kedua alisnya.

"Terimakasih Harry." kataku sambil tersenyum.

"Tidur gih kamu masih capek butuh banyak istirahat." ucap Niall.

"Oke deh, karena kamu yang minta aku istirahat ya." Kataku.

"Selamat tidur, love you sweety." kata Niall sambil mencium kamera webcamenya.

"Love you too chubby, miss you. Bye, night." kataku melakukan cium jauh dan langsung sign out. Aku menutup laptop lalu berbaring di kasur. Namun tiba-tiba ponselku berbunyi, aku meraihnya dan menemukan BBM dari Niall.


Niall Horan : Selamat tidur princess, temuin aku di dalam mimpi kamu ya. I love you.

Ayesa : Selamat bertemu di dalam mimpi, I miss you and I love you Niall.


* * *

Continue Reading

You'll Also Like

13.7K 911 46
[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Kare...
31.9K 1.8K 45
Han Gyowoo gadis SMA 17 tahun yang di jodohkan dengan pria yang berumur 10 tahun lebih tua darinya namun cukup perhatian dan sabar dengan sikap Gyowo...
1.7K 246 71
Hidup dengan bergelimang harta tak selamanya membuat seseorang bahagia. Itulah yang dirasakan oleh Andra Bharata. Terlahir dari keluarga kaya tak lan...
168K 12.4K 43
PEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) 𝐂𝐇𝐄𝐂𝐊 𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎...