Wolf Grey : A Girl Meets Were...

By shihanssi

21.2K 3.3K 652

[Completed] Β© Copyright, 2018 _________________________________________ "Because I love you, I will protect y... More

Coming Soon
1. Christmas Eve
2. Hugo Boss Bottled
3. Warm And Cozy
4. Black Suit
5. About Wolf Grey
6. Remember Me
7. Habit
8. Tell Me
10. Days With You
11. Just Friend
12. Reason Why
13. Heartbreaking
14. Hard To Me
15. The War : Part 1
16. The War : Part 2 End
17. I Miss You - End
Epilog

9. Days Without You

786 139 30
By shihanssi

Main Cast :
• Bae Jinyoung
• Kim Sohyun

Tekan ⭐ sebelum membaca.

.
.
.

Disinilah mereka, Bae Jinyoung, Kim Sohyun dan Kang Daniel. Dimeja makan yang penuh dengan masakan ala Daniel. 

Awalnya Sohyun tidak percaya dengan hidangan di atas meja adalah masakan Daniel. Bahkan ia menuduh pria berbahu lebar itu memesan makanan dari luar. Namun semua ditampik oleh Jinyoung, pria bersurai madu itu mengatakan jika sebenarnya Daniel pandai dalam memasak.

Dan inilah yang terjadi, saat mereka sedang menyantap makan malam. Sohyun tidak bisa diam membuka mulutnya untuk mengagumi setiap masakan Daniel yang masuk kedalam mulutnya.

Pria itu hanya terkekeh melihat tingkah imut wanita dihadapannya. Netranya menangkap Sohyun yang sedang beraegyo saat memuji masakannya dan beraegyo kepada kekasihnya di sampingnya.

"Wahhh... Jnjjang. Kau benar-benar hebat Daniel."

"Hunggg~ wah Daebak."

"Young-a bisakah Daniel bekerja dirumahku saja? Ya ya ya" ucap Sohyun sembari menggelayutkan tangannya di lengan Jinyoung. Tentu saja sikap manja itu tidak mampu membuat Jinyoung melempar sekretarisnya untuk menjadi koki kekasihnya.

"Tidak So-ya. Makanlah makananmu itu."

"Uhh dasar." Sohyun mempoutkan bibirnya gemas. Ia dengan sengaja menggeser kursinya sedikit menjauh dari kursi Jinyoung.

Pria bersurai madu itu terkekeh ketika ekor matanya melihat Sohyun yang sedang merengek seperti anak kecil minta dibelikan ice cream.

"Kapan pembacaan naskah dimulai?" tanya Jinyoung. Manik hitamnya masih fokus mengaduk Dak Gomtang miliknya.

"Besok."

"Lalu kau akan pergi bersama siapa?"

"Sendiri. Saerom ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan, kau tahu dia asisten penulis." Jinyoung melirik Sohyun yang terlihat sangat santai. Bahkan ia terlihat telah melupakan kekesalannya.

"Kalau begitu biarkan Daniel menemanimu selama pembacaan naskah."

Uhuk

Sohyun menoleh menatap kekasihnya itu dengan tajam. Sementara Daniel mencoba meneguk air putih yang tersediakan di samping piringnya itu.

Pernyataan Jinyoung terlalu mendadak. Daniel tidak pernah menduga jika pria itu akan selancar itu memberikan saran.

"Tapi direktur-"

"Kenapa harus Daniel?" tanya Sohyun masih menatap Jinyoung dan memutuskan perkataan Daniel.

Pria berbahu lebar itu membungkam bibirnya rapat-rapat. Netra hazelnya bergerak mengamati raut wajah kesal Sohyun, dan entah mengapa ia merasa tidak suka jika Sohyun menolak dirinya.

Sendok itu mengatung di udara. Kepala kecil itu bergerak menengok Sohyun dengan pandangan tajam. Suara dentingan sendok itu terdengar sangat keras meski sebenarnya Jinyoung meletakkannya pelan dan lembut.

"Besok aku akan China melakukan kerja sama dengan Xingsia Entertainment."

Sohyun menjatuhkan rahangnya tidak percaya. Tolong bangunkan Sohyun saat ini. Wanita itu hanya ingin apa yang didengarnya malam ini adalah sebuah mimpi.

Seminggu? Di China?

Tidak, Sohyun tidak sanggup kekasihnya itu terlalu jauh darinya. Sejak mereka memulai berkencan, Jinyoung tidak pernah jauh dari Sohyun lebih dari sehari, pria itu selalu ada di dekatnya. Selalu memperlihatkan wajah kecilnya dihadapan Sohyun.

Mendengar jika kekasihnya akan pergi selama seminggu. Rasanya dunia Sohyun perlahan hancur. Hari-hari tanpa Jinyoung? Akan aneh.

"Aku akan selalu menghubungi mu. Lagi pula aku kesana hanya untuk urusan bisnis."

"Itu lama dan kenapa kau baru memberitahu ku sekarang Bae Jinyoung." Jinyoung mengusap punggung tangan Sohyun dengan lembut. Mencoba menenangkan kekasihnya itu yang sudah diatas puncak kemarahan.

"Beberapa hari yang lalu aku ingin memberitahu mu tapi kau terlalu sibuk."

"Tapi bukankah kita biasa bertemu. Kau bisa memberitahu ku saat kita bertemu."

"Hanya 10 menit, apa aku bisa menjelaskannya ketika rasa rinduku jauh lebih besar?"

Oke tolong Daniel sekarang yang harus melihat perdebatan kedua sepasang kekasih dihadapannya itu. Yang berakhir dengan gombalan menjijikkan ditelinga Daniel.

Sohyun menghela nafas panjang ketika ekor matanya mendapati ekspresi datar dari Daniel. Entah mengapa ekspresi itu kembali diperlihatkan setelah beberapa jam yang lalu Sohyun melihat berbagai macam ekspresi di wajah pria berbahu lebar tersebut.

"Oke, lalu jam berapa kau akan berangkat ke China?"

"Jam 7 pagi."

• • •

Sohyun membuang nafas beratnya untuk kesekian kalinya. Jari-jari mungil nya menggerakkan puplen yang sedari tadi digenggamnya.

Hari ini ia benar-benar tidak bersemangat. Pagi itu ketika ia membuka matanya, ia sudah tidak mendapati Jinyoung yang berbaring disampingnya. Pria berwajah kecil itu sudah lebih dulu bangun dan meninggalkan Sohyun untuk berangkat ke China.

Pria itu sama sekali tidak mengucapkan salam perpisahan.

Dan yang membuat Sohyun semakin kesal adalah, hari ini adalah awal dimana ia harus terbiasa tanpa keberadaan Jinyoung.

Sohyun membuang nafasnya untuk kesekian kalinya. Beberapa orang yang berada diruangan tersebut langsung menatapnya dengan pandangan bingung. Bahkan beberapa orang yang sedang membaca naskah harus menghentikan dialognya ketika mendengar suara helaan nafas berat itu.

Merasa diamati, Sohyun mengangkat wajahnya. Menatap satu-persatu wajah dihadapannya. Ia tidak tahu jika mereka menatapnya seperti itu karna dirinya sendiri.

"Anda kenapa Kim jakkanim?" Sohyun memutar bola matanya menatap sosok pria berkepala plontos yang sedang duduk dihadapannya.

"Tidak apa-apa."

"Anda terlihat lelah. Sajangnim bisa kita istirahat sebentar saja?" Kata sang pemilik suara berat itu. Pria berkepala plontos itu melirik pria brsurai blonde di samping Sohyun. Senyumnya yang lebar terus terpatri di bibirnya kecilnya.

Kemudian matanya kembali melirik Sohyun yang masih terlihat terkejut mendengar suara berat itu menolongnya.

"Baiklah, kita istirahat 30 menit."

Pria itu bangun dari duduknya kemudian disusul dengan beberapa orang di sekitarnya. Ruangan itu semakin sunyi, menyisahkan empat mahluk hidup didalamnya.

Daniel

Sohyun

Felix

Dan satu lagi pria bersurai hitam legam yang duduk disudut meja dengan pandangan tajam yang ditujukan pada Sohyun.

Sohyun mencoba untuk mengabaikan pandangan mematikan itu. Namun, pria itu terlalu menganggunya.

"Ada apa Jong In-ssi." ucap Sohyun sambil menengok. Membalas tatapan pria itu dengan pandangan yang jauh lebih tajam.

Jong in terkekeh dan menggelengkana kepala pelan. Jemarinya perlahan menutup skenarsio tersebut, "Ceritanya bagus." Jong In mengangkat ujung bibirnya.

"Terimakasih." Mendengar perkataan artis papan atas itu, Sohyun mencoba melembutkan pandangannya. Ia mencoba sekuat mungkin untuk menetralkan moodnya yang sedang kacau. Tidak seharusnya ia mengikut sertakan urusan pribadinya dengan urusan kerjanya.

"Aku tidak menyangka jika anda akan senekad ini membuat Hyunji meninggal."

"Itu masih bisa berubah Kim Jongin-ssi. Kita masih dalam tahap diskusi untuk ending Wolf Grey."

Jongin mengangguk pelan. Netra hazelnya bergerak mengamati judul skenario tersebut.

"Kenapa anda lebih memilih Wolf Grey daripada Wolf Brown?" Tanya Jongin melempar pandangan tanya pada Sohyun. Wanita itu mengangkat sebelah alisnya, masih belum mengerti maksud dari perkataan pria berkulit eksotis itu.

"Dari sekian banyak jenis werewolf, kenapa harus Wolf Grey yang menjadi tittle dalam naskahmu."

Sohyun terdiam, tampak berpikir. Netra hitamnya bergerak mengamati lamat-lamat wajah tersenyum Jongin. Pria itu jelas tersenyum kepadanya, tapi senyumnya sangat berbeda. Seolah ada makna tersendiri dari senyuman itu.

"Jongin Sunbae. Kupikir anda berbicara terlalu jauh." suara berat itu menghentikan Sohyun mengamati Jongin. Wanita itu menengok kesampingnya. Pria berwajah imut dengan suara dalam, dengan berani berkata seperti itu kepada seniornya.

"Anda pasti sangat mengerti tentang skenario. Terkadang tulisan diatas kertas itu murni dari imajinasi oleh penulis. Dan-" Felix mengalihkan pandangannya, netra hazelnya menangkap sosok wanita bersurai coklat emas menatapnya dengan bola mata hitamnya yang sudah membulat lebar. Sangat menggemaskan dimata pemuda berumur 20 tahun itu.

"...tidak ada werewolf didunia ini. Aku percaya Kim Jakkanim memiliki imajinasi yang luar biasa saat membuat Wolf Grey."

Jongin tertawa keras. Bahkan suara tawanya mendominasi ruangan itu. Sohyun, Felix dan Daniel hanya menatap Joing heran.

Entah apa yang lucu sehingga membuat pria itu tertawa dengan lebarnya.

Jongin bangun dari duduknya. Jari telunjuknya bergerak menghapus air matanya yang keluar tanpa sengaja diekor matanya.

"Baiklah. Dan kupikir kau benar, jika werewolf tidak ada didunia ini." ucapnya penuh penekanan di kalimat terakhir. Jongin melangkah keluar dari ruang membaca itu, menyisahkan Felix, Sohyun dan Daniel.

Daniel yang duduk dibelakang Sohyun hanya bisa melihat punggung wanita itu sedikit menenggang ketika Jong In mulai membuka mulutnya untuk berucap.

"Kim Jakkanim." panggil Felix. Sohyun menengok.

"Mau makan siang bersamaku?"

.
.

Daniel menghela nafas pelan ketika netranya melirik arloji hitamnya. Ia melangkah semakin dekat saat netra lelaki itu menangkap presensi seorang gadis berdiri didekat pembatas besi.

Suara langkah kakinya terdengar sangat jelas digendang telinga gadis itu, meski suara angin dan suara mesin kendaraan dibawah sana sangat ribut.

"Kupikir musim dingin akan segera berakhir."

Daniel menghentikan langkahnya ketika ia tepat berdiri dibelakang gadis itu.

Gadis itu membalikkan tubuhnya. Menghadap sepenuhnya pada sosok pria berbahu lebar tersebut.

"Lama tidak bertemu Kang Daniel-ssi."

"Ya."

"Aku tidak melihat Jinyoung hari ini, dimana dia?"

"Untuk apa kau mencarinya? Apa kau memanggilku kemari hanya untuk mendengar perkataanmu itu?"

Somi terkekeh pelan. Ia tahu pria dihadapannya itu sangat membencinya. Dan ia tahu apa alasan Daniel membencinya.

"Well, apa dia gadis kecil itu?"

Daniel mengangkat sebelah alisnya.

Somi sedang membahas Sohyun. Dan pria itu tahu, namun ada sesuatu yang membuatnya bingung.

Kenapa Somi baru tahu jika Sohyun adalah gadis kecil itu?

"Kenapa?" tanya Daniel. Ia ingin sesuatu lebih jelas, sesuatu yang dapat menjawab semua pertanyaan didalam kepalanya.

Somi terkekeh pelan. Ia menyingkirkan anak rambutnya kebelakang telinganya. Membuat wajah cantiknya terlihat jelas dimata Daniel.

"Dia tumbuh semakin cantik, tidak heran jika Jinyoung menunggunya selama ini."

"Setelah kau tahu siapa dia, apa kau ingin kembali menyakitinya?"

Somi menganggukkan kepalanya pelan dengan kedua tangan dilipat diatas perutnya. "Mungkin, tapi aku tidak akan sampai membunuhnya. Kau tahu namaku sudah menjadi daftar hitam."

.

"Apa Kim Jakkanim tidak suka?" tanya Felix mengamati Sohyun yang menyingkirkan wortel di piringnya. Sohyun mengangkat wajahnya, ia tersenyum kecil sembari menganggukkan kepalanya.

"Ya, aku tidak suka."

Felix menggelengkan kepalanya. Ia tidak setuju jika gadis itu menyingkirkan sayuran berwarna orange dari piringnya. Felix mengangkat tangannya, menyapu beberapa wortel yang berada dipinggiran piring ketengah-tengah makanan Sohyun menggunakan sendoknya.

"Anda harus memakan wortel. Jakkanim harus menjaga kesehatan mata dengan memakan wortel ini."

Sohyun terdiam. Netra hitamnya menatap lekat pemuda dihadapannya. Ini baru pertama kalinya ia bertemu dengan Felix, namun pria itu begitu perhatian kepadanya.

"Rasanya mungkin sedikit aneh. Tapi itu akan membuat mata berbinar anda tetap sehat." Felix mengangkat wajahnya, mata hazelnya langsung menangkap raut wajah datar Sohyun.

"Ada apa Jakkanim?" tanya Felix, sementara yang ditanya masih bertahan menatap pemuda itu tanpa ekspresi apapun.

"Jakkanim."

"...Kim jakkanim"

"...Kim Sohyun jakkanim."

Sohyun terserentak. Ia berkedip cepat ketika pandangannya bertemu dengan sorot mata Felix yang diselimuti kebingungan.

Sohyun mengerjap-ngerjapkan matanya dengan gemas. Bola mata hitam itu terlihat menggemaskan seperti kucing yang sedang meminta makan pada tuannya.

"Apa?"

Felix terkekeh pelan. Ia meletakkan sendoknya dengan pelan kemudian melirik arlojinya.

"Masih ada 10 menit lagi sebelum pembacaan naskah dilanjutkan. Anda harus menghabiskan makan siang Kim jakkanim."

Sohyun tersenyum canggung. Apakah dia sekarang terlihat bodoh dihadapan pemuda 20 tahun itu. Ia terlihat terang-terangan memandangi lamat-lamat wajah imut itu, seolah ia sedang mengscent setiap sudut dari wajah yang sangat imut itu.

• • •

Daniel mematikan mesin mobilnya ketika mereka sudah sampai di parkiran bawah tanah. Pria berbahu lebar itu menghela nafas pelan saat netranya mendapati Sohyun yang kini tertidur.

Wanita itu tertidur dengan lelapnya. Padahal setelah pembacaan naskah berakhir dua jam yang lalu, wanita itu masih memiliki tenaga untuk melepaskan kekecewaannya pada aktornya. Sohyun tidak berhenti mengomel didalam mobil, dan itu didengar oleh Daniel.

Saat itu Daniel hanya mengangguk dan terkekeh sebagai tanda ia mendengar setiap ocehan wanita itu. Jelas ia mengerti bagaimana perasaan Sohyun saat itu. Kim Jongin saat melakukan reading selalu membuat kesalahan, dan mengeluh pada beberapa dialog. Ia minta beberapa dialog diubah atau dihapus. Dan Sohyun harus menuruti permintaan Kim Jong In.

Gila bukan.

Jinyoung saja yang menginginkan happy ending tidak dituruti permintaannya oleh Sohyun. Namun, Jongin meminta sedikit perubahan pada dialog, Sohyun terpaksa mengiyakannya. Karna jika tidak pria berkepala plontos itu akan menatapnya seolah dia adalah rusa yang siap diterkam oleh singa.

Daniel tersenyum kecil ketika mengingat kembali saat itu. Pria tampan itu keluar dari dalam mobil, memutari mobilnya, membuka pintu Sohyun. Tubuh kekarnya menunduk, tangannya ia selipkan balik telengkuk dan bawah lutut wanita mungil itu.

Wajahnya sangat dekat dengan Sohyun. Daniel bisa merasakan hembusan nafas hangat wanita itu. Ia memandangi wajah cantik itu lekat, bahkan ia tidak berkedip.

Wajah itu terlalu indah untuk diabaikan oleh pandangannya. Ia terlalu sibuk mengagumi ciptaan Tuhan dihadapannya.

Sohyun bergerak tidak nyaman. Tangannya melingkar pada pinggang Daniel, menyembunyikan wajahnya di dada bidang. Wanita itu kembali terdiam saat dirasa ia telah mendapatkan posisi yang sangat nyaman dan hangat.

Lengkungan bibir Daniel terangkat naik, membentuk sebuah senyum yang sangat manis.

Daniel mengangkat tubuh Sohyun. Membawa wanita itu keluar dari mobilnya. Ia berjalan menuju lift bawah tanah sambil digendong Sohyun, tidak ada raut kesulitan di wajah Daniel saat ia membawa Sohyun dalam gendongannya, seolah Sohyun memiliki bobot seringan kapas.

.

Tidak butuh waktu yang lama bagi Daniel membawa Sohyun masuk kekamar. Daniel membungkukkan badannya sembari membaringkan Sohyun di king size putih itu.

Tangannya kemudian bergerak melepas sepatu yang masih terpasang di kaki mungil itu, setelah itu ia menarik selimut tebal itu menutupi tubuh Sohyun dan menyisahkan kepala wanita itu yang terlihat.

Masih dalam keadaan membungkuk. Untuk kedua kalinya Daniel memandangi wajah cantik itu dengan tabjuk. Wanita itu memiliki pipi yang gembil, hidung yang mancung dan bibir yang mungil serta tipis. Tuhan menciptakan Sohyun dengan sangat sempurna.

Daniel mendekatkan wajahnya. Apa lagi jika bukan untuk mencium bibir mungil yang menggemaskan itu.

Jarak mereka sudah 2 cm. Sedikit lagi Daniel mendaratkan bibirnya membelah bibir mungil itu. Tapi ...























































































































"Jinyoungie." guman Sohyun dalam tidurnya. Membuat Daniel mau tidak mau harus menghentikan kepalanya untuk mendekat pada bibir mungil itu.

🍁🍁🍁

Tbc



Astaga nemu beginian aja aku udah ambyar 😍😍😍

Mana photonya saling berhadapan lagi. Aduhhh mana kuat akunya 😭😭😭

Kapan mereka ada moment berdua sih, pengen liat mereka satu frame 😄😄

Yaudah ahh,
See you next chapter 😘😘😘, paiii paiii

Continue Reading

You'll Also Like

788K 58.1K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...
1.4M 109K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
325K 35.3K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
58.6K 7.2K 9
[M] Mikasa mendapati dirinya terikat di atas kursi kayu dengan sebuah kain yang menutup matanya. Tak ada satu pun di antara tangan dan kakinya yang b...