My Idol is My Boyfriend

By jullyaws

238K 10.3K 833

Sebuah kisah cinta yang klise dan terkesan biasa, seorang fans yang di pertemukan dengan idolanya. Berteman d... More

TAXI
Feelings
Date?
Fallin Love?
Misunderstanding
Best Day Ever
Just Friend
Hmm
Accident
Something Odd
Hurt
Uncovered
You
Move
Holiday
She's back
Troublemaker
Insane
Packing
See You
Long Distance Relationship
WTF
Surprise
Sorry
London
Tour
First Anniversary
Yes, London
PARIS
PARIS (2)
PARIS (3)
Will You Marry Me?
Wedding Dress
Aw
With You
Ending
After Story
BONUS

Bungalow

4.7K 231 10
By jullyaws

"BANGUN!" teriak seseorang sambil melompat jingkrak-jingkrak di hadapanku.

"WOY BANGUN BANGUN ADA GEMPA!" teriaknya lagi membuatku mau tidak mau harus membuka kedua mataku.

Aku mengucek-ngucek mata dengan sedikit menguap, mengumpulkan nyawa sambil menatap Harry yang berdiri di hadapanku dengan senyum lebar dan bodohnya itu. "Apaan sih?" tanyaku yang masih mengantuk.

"Haha unyu banget sih kalian berdua tidurnya, peluk-pelukan gitu kayak koala sama emaknya haha sumpah lucu banget liat." ucap Harry yang langsung memperlihatkan ponselnya pada kita berdua.

Haha aku juga pengen ketawa, aku meluk Niall dari pinggir dan tangan Niall berada di belakangku so sweet.

"Babe bangun," panggilku seraya menepuk-nepuk pipi Niall pelan.

"Hmmm" jawab Niall berdehem.

"NIALL KEBO BANGUN!" teriak Harry lagi.

"Babe bangun" kataku menepuk-nepuk lagi pipi Niall pelan.

"Ya aku bangun." ucap Niall yang berusaha membuka matanya.

"Untung cewek lo masih normal di teriakin langsung bangun, coba kalau dua-duanya kayak kebo kan bahaya." ucap Harry sambil geleng-geleng kepala.

"Morning babe." Sapa Niall ketika matanya sudah terbuka lalu tersenyum padaku dan mencium pipiku.

"Morning dear." jawabku seraya membalas senyuman Niall.

"Enak banget sih bangun tidur ada yang nyapa." Dengus Harry sebal yang langsung duduk di sofa sebelahku dan menyalakan televisi.

"Tadi malem pulang jam berapa?" tanya Niall.

"Jam 1 malam, lo pintu nggak di kunci lagi." jawab Harry sambil menekan-nekan remot di tangannya.

"Oh lo tidur dimana tadi malem?" tanya Niall lagi.

"Disini lah, kamar penuh. Mana tuh si Lou sama El parah tidur di depan pintu kamar." jawab Harry.

"Lah? Terus Zayn Perrie Dani Liam?" tanyaku heran pada Harry.

"Perrie sama Dani di kamar, Zayn sama Liam di kamar sebelahnya. Eh si El sama Lou tadi malem hangover makanya mereka malah ketiduran depan kamar. Ya udah kita kasih selimut aja dan sampai sekarang mereka belum bangun." jawab Harry panjang lebar.

"Aku ke kamar mandi dulu." pamitku lalu meninggalkan Niall dan Harry di sofa nya masing-masing.

Ketika melewati dapur aku melihat Dani dan Perrie sedang membuat sesuatu.

"Morning sweety." sapa Dani.

"Morning hun." sapa Perrie.

"Morning darl." jawabku terkekeh pelan.

"Tadi malem nyenyak banget tidurnya." ucap Dani sambil menyenggol lenganku.

"Hehe kemarin tuh aku sempet kehujanan sama Niall dan aku sempet pingsan terus badanya panas gitu makanya mungkin tidurnya nyenyak." jawabku tersenyum.

"Oh ya? Pantesan kasur basah, terus di kamar mandi baju kamu sama Niall basah, tapi kamu nggak apa apa kan?" tanya Dani lagi.

"Nggak kok sekarang udah baikan" jawabku.

"Masa Harry bilang kamu sama Niall habis gituan coba." seru Perrie.

"Parah banget." jawabku sambil geleng-geleng kepala.

"Harry emang nggak pernah waras otaknya." jawab Danielle.

"Kelamaan jomblo ya gitu tuh." Balas Perrie.

"Haha bener banget, aku mandi dulu ya" kataku sambil berlalu ke kamar mandi.


* * *


Sekitar jam 09:30 kami selesai sarapan pagi. Aku, Dani dan Perrie sedang membereskan bekas sarapan barusan. Tapi tidak semua ikut sarapan pagi, hanya aku, Dani, Perrie dan Liam.

"Si Lou sama El belum bangun?" tanya Dani mengangkat beberapa piring yang di tumpuk dan di bantu olehku juga Perrie.

"Masih pada ngorok, bangunin Zayn sono." jawab Liam sambil menyuruh Perrie untuk membangunkan Zayn.

"Oke siap bos." Ucap Perrie yang langsung berlalu menaiki anak tangga.

"Niall sama Harry udah bangun belum?" tanya Liam.

"Tau, tadi sih udah bangun." jawabku sambil mengangkat bahu.

"Babe hari ini kita ngapain?" tanya Dani pada Liam.

"Aha gue punya rencana." jawab Liam.

"Apa?" tanyaku dan Dani bersamaan.

"Suruh semuanya bangun terus mandi udah gitu kumpul di halaman belakang." pinta Liam padaku dan Dani.

"Oke deh gue bangunin yang di atas." ucap Dani.

"Ya udah gue bangunin yang di bawah." kataku dan langsung kita berpencar, sedangkan Liam mencari sesuatu di lemari dapur.

Ketika aku sampai di ruang tengah aku melihat Harry sudah tidak ada di sofa, sepertinya dia sedang mandi. Hanya tersisa Niall yang masih memejamkan mata di sofa.

"Babe bangun." kataku sambil mengguncang-guncangkan badan Niall.

Tak ada jawaban dari Niall dia masih pules tidur.

"Niall bangun!" teriakku sambil kembali mengguncang-guncangkan badanya.

"Iya iya aku bangun sayang. Tapi mata nggak bisa melek nih." ucap Niall yang masih merem.

"Timbang melek doang babe." kataku pada Niall.

"Cium dulu baru melek." kata Niall lagi.

"Nggak mau ihh cepet bangun!" ucapku sambil kembali mengguncang-guncangkan badan Niall.

"Ya udah nggak mau bangun." jawab Niall dengan mata masih tertutup malah mengubah posisi tidurnya jadi memunggungiku.

Ih ni anak manja banget ya, tapi nggak apa-apa deh lucu kalau manja gini kayak bocah haha.

"Iya udah deh aku ngalah." kataku menarik bahu Niall lalu mencium pipinya yang sebelah kiri.

"Satu lagi." tunjuk Niall pada pipi kananya.

Aku menurut saja langsung aku cium pipi kanannya.

"Satu lagi nih tanggung." tunjuk Niall pada bibirnya.

"Nih." kataku yang langsung mencubit perut Niall.

"Awwww sakit babe." teriak Niall keras.

"Makanya bangun."

"Iya iya, aku bangun sayang." jawab Niall yang akhirnya membuka mata dan duduk di sofa.

"Cepet mandi bau asem" perintahku pada Niall.

"Iya iya" Niall pun berdiri lalu mencium pipiku dan berlari ke arah kamar mandi.


* * *


"Oke udah kumpul semua nih." ucap Liam membuka pembicaraan.

Kita semua sedang berkumpul di halaman belakang duduk membuat sebuah lingkaran besar karena Liam yang minta. Lalu Liam pun mengeluarkan sebuah botol dan sebuah mangkuk besar yang isinya banyak kertas di gulung kecil-kecil, kayak mau arisan aja.

"Mau ngapain sih?" tanya Louis bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Truth or dare." jawab Liam.

Oh aku ngerti pantesan tadi dia ngubek di dapur ternyata cari botol. Terus itu ngapain pake kertas-kertas? Kerajinan.

"Oh." kita semua ber-oh panjang kayak ikan lohan.

"Jadi gini ya, gue puterin ini botol nanti ujung botol ini berhenti menghadap ke siapa terus dia harus siap nerima satu tantangan yang kata kuncinya ada di wadah ini, setuju?" ucap Liam sambil mengangkat wadah yang banyak isi kertas gulungnya.

"Oke setuju." ucap kita hampir bersamaan.

"Mampus." gerutu Harry.

"Haha kenapa lo Haz?" tanya Liam.

"Parno duluan gue takut kena." ucap Harry.

"Haha biasanya yang parno yang kena loh." ucap Danielle.

"Oke mulai." Liam pun mulai mulai memutar botol, dan botol pun mulai berputar-putar lalu akhirnya berhenti tepat menunjuk ke arah Harry.

"Gue bilang juga apa kan." gerutu Harry.

"Haha suruh siapa parno duluan." ucap Eleanor.

"Ya udah turth or dare ?" tanya Liam.

"Truth aja deh." jawab Harry.

"Oke ambil satu kertas dari sini." Liam menyodorkan wadah yang berisi banyak gulungan kertas.

Harry mengambil satu kertas lalu ia membaca "Mantan." ucapnya.

"Haha oke satu orang kasih pertanyaan ke Harry tentang mantannya" pinta Liam.

"Gue gue gue, siapa mantan lo yang paling seksi?" tanya Louis.

"Nggak Ada." jawab Harry.

"Jujur tarzan." paksa Louis.

"Yang paling seksi emm ... Caroline." Jawab Harry.

Setelah mengatakan hal tersebut Niall yang duduk di sebelahku langsung tertawa terbahak-bahak tanpa ampun, dia benar-benar tertawa puas.

"Niall kumat lagi ngetawain si Caroline." ucap Zayn geleng-geleng sambil ketawa.

"Puas lo?" tanya Harry galak.

Niall tidak menjawab pertanyaan Harry tapi malah terus tertawa, astaga jika dia terus tertawa seperti itu dia akan kehabisan nafas.

"Niall shut up!" geram Harry marah.

"Iya iya udah gue capek, udah puas gue. Perut gue sakit." ucap Niall yang berhenti tertawa dan tersenyum-senyum sambil mengusap-ngusap perutnya.

"Apa dosa lo sih Caroline? Niall ketawa terus kalau gue bilang lo seksi. Lagian Caroline memang seksi kok di umurnya yang segitu." ucap Harry lebih berbicara pada dirinya sendiri.

Baru saja Niall mengatupkan mulutnya tapi tak lama kemudian dia kembali tertawa karena ucapan Harry yang melantur. Tapi kali ini bukan Niall saja yang tertawa, melainkan hampir kami semua ikut tertawa mendengar ucapan Harry yang melantur itu.

"Harry shut up! Lo nggak usah ngomong, gue pengen ngakak." ucap Zayn sambil menahan tawa tapi akhirnya tumpah juga tawanya.

"Sekarang lo yang muterin." ucap Liam menyodorkan botolnya pada Harry sambil terkekeh pelan.

"Oke." ujar Harry yang tidak memperdulikan kami semua yang sedang menertawakan kelakuan bodohnya.

Harry memutar botol tersebut lalu botol tersebut berhenti dan mengarah tepat pada Eleanor.

"Dare." ucap El.

"Belum juga di tanya." celetuk Harry.

"Biarin aja." kata El lagi.

El pun mengambil satu kertas dan ia pun membacanya. "Baju."

"Apa yang lo semua pikirin pasti sama kayak yang gue pikirin ya nggak?" tanya Harry tersenyum menyeringai sambil menaik turunkan alisnya.

"Pasti pervert." tebak El.

"Mesum." kataku pelan.

"Bahaya." sambung Perrie sambil menggelengkan kepalanya.

"Harry emang nggak pernah bersih otaknya." kata Louis ikut nyambung.

"Segitu burukkah gue di mata kalian?" tanya Harry.

"Ya udah deh apa pun gue pasrah." ucap El akhirnya.

"Ya udah gampang, buka baju lo." ucap Harry santai sambil tersenyum miring.

"Tuh kan nggak akan jauh-jauh dari kata porno dan mesum." Kata Louis.

"Haha sorry Lou, this is just a game." kata Harry yang terlihat tidak merasa berdosa sama sekali. Entah di taruh dimana otak Harry, dia memberikan tantangan pada El seenak jidat tanpa melihat kehadiran Louis di samping El.

"Ya udah nggak apa-apa udah biasa gue liatnya." kata Louis datar dan langsung di cubit oleh Eleanor.

Eleanor yang saat itu mengenakan kaos panjang pun membukanya dan taraaa Eleanor selamat karena dia masih menggunakan tanktop di dalam kaosnya itu.

"Yah masih pake tanktop nggak seru, gue kira nggak pake apa-apa lagi." Dengus Harry sebal.

"Gila lo!" kata El sambil melempar kertas gulungan tadi pada Harry.

"Haz ini cewek gue." kata Louis memperingatkan.

"Iya gue tau, cuman gue yang nggak bawa cewek. Iya gue jomblo iya." ucap Harry mengatai dirinya sendiri.

Sontak saja semuanya tertawa keras, lagi-lagi karena Harry selalu menyesali dirinya seorang jomblo ngenes alias jones. Astaga Harry kasihan sekali dirimu.

"Udah udah, El puter." perintah Niall yang bisa mengerem tawanya.

Eleanor pun memutar botol tersebut dan sekarang botol itu berhenti di hadapan Harry lagi.

"Kok gue lagi sih?" tanya Harry kesal.

"Mana gue tau." jawab El polos.

"Pasti lo sengaja dan mau balas dendam sama gue." Gerutu Harry.

"Gue bilang lo jangan parno, jadi lo terus yang kena kan?" balas El.

"Ya udah dare aja." kata Harry yang langsung mengambil gulungan kertas yang berada di wadah itu.

"Celana! Mampus! Kenapa bisa?" ucap Harry panik lalu melempar gulungan kertas tersebut.

"Hahaha ya udah buka celana lo." ucap Niall sambil tertawa.

"Untung udaranya panas, gue pake boxer nggak ya?" tanya Harry mengintip ke dalam celana jeansnya.

"Ya mana gue tau, badan badan lo." Ucap Louis.

"Untung gue pake." ucap Harry girang lalu melepaskan celananya.

"Puter Haz." pinta Liam.

"Gue harap sekarang yang kena Niall." ucap Harry lalu mencium botol tersebut dan memutarnya. Ketika laju botol tersebut melambat jantungku berdegup cepat karena aku takut aku yang kena, namun pada akhirnya ujung botol tersebut berhenti dengan posisi menghadap pada Liam.

"Oke gue pilih dare." jawab Liam yang langsung mengambil gulungan kertasnya.

"Apa bacaanya?" tanya Harry antusias.

"Kiss." ucap Liam sambil tersenyum lebar.

"Kenapa nggak gua aja sih yang dapet itu." Gerutu Harry sebal.

"Kalau iya lo yang dapet, gue mau nyuruh lo nyium pantat gue haha." ucap Louis sambil tertawa terbahak-bahak dan terlihat puas sekali.

"Gue aja yang ngasih tantanganya." kata Dani bersemangat.

"Nggak boleh pasti nanti lo nyuruh Liam nyium lo, nggak boleh ah. Curang itu namanya." ujar Harry sewot.

"Haha sewot amat sih Haz." Kataku sambil tertawa.

"Ya udah lo aja Sa." kata Zayn memberi saran.

"Boleh tuh emm apa ya." ucapku bingung akan memberikan Liam tantangan seperti apa.

Niall pun membisikan sesuatu di telingaku dan itu sebuah ide yang konyol tapi bagus.

"Oke cium siku kamu sendiri." ucapku lalu tersenyum lebar.

Sontak saja semua anak bengong lalu tertawa keras.

"Lo nggak waras Sa! Cium siku? Mana bisa?" seru Liam sambil mencoba mencium siku tangannya sendiri.

"Hahaha gila lo." ucap Harry tertawa puas.

"Sini deh gue bantu ya babe." ucap Danielle seraya mencium sikut Liam dan setelah itu Dani mencium bibir Liam dan mereka berciuman lumayan lama.

"Thank you darl" ucap Liam.

"CURANG!" teriak Harry histeris.

Aku dan yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah laku Harry yang sangat frustasi karena dia satu-satunya yang tidak memiliki pasangan di sini, dasar jones. Hampir dua jam kita bermain truth or dare sampai hal yang paling konyol, paling aneh pun udah di lakuin, kita bersenang senang hari ini, menghabiskan waktu di bungalow ini seharian.


* * *


"Mau makan apa babe?" tanyaku pada Niall yang sedang duduk di sofa dan sedang menonton televisi. Hari ini adalah hari kedua kami di sini, dan siang ini keadaan rumah sangatlah sepi.

"Aku nggak mau makan." jawab Niall.

"Wow it's so amazing, why honey?" tanyaku lagi sambil berjalan lalu duduk di sebelah Niall.

"Aku maunya kamu." jawab Niall lagi lalu tersenyum lebar.

"Makan aku gitu?" tanyaku pada Niall.

"Babe kamu itu cantik, pacar artis terkenal, tapi kenapa masih oon aja sih." jawab Niall puas mengataiku sambil mencubiti pipiku.

"Ih jahat amat pacar sendiri di katain oon." kataku cemberut.

"Hehe bercanda kali ah." Balas Niall sambil mengacak-ngacak rambutku lalu menciumnya.

"Terus maksudnya apa?" tanyaku tidak mengerti.

"Aku nggak mau jadi pacar kamu, aku pengennya jadi suami kamu." jawab Niall serius menatapku.

Aku menyerngitkan dahiku semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini, "Kenapa?" tanyaku.

"Karena aku ingin selalu menjagamu dari orang-orang yang ingin menyakitimu." jawab Niall lagi.

"Kamu tahu? Kamu itu lebih dari sekedar pacar, tapi kamu udah menjadi bagian dari hidup aku dan aku tidak ingin kehilangan kamu Niall." kataku lagi.

"Aku bakalan nunggu kamu disini sampai kamu kembali." kata Niall sambil mengelap air mataku yang tiba-tiba jatuh ke pipi, setelah itu Niall mencium keningku lembut.

"Jangan nangis lagi nanti cantiknya ilang loh." Niall berusaha menghiburku.

"Aku nggak cantik." ucapku pelan.

"Tapi kamu indah." sambung Niall.

"Thank you ya, kamu udah buat aku bangga kalau aku punya kamu." kataku pelan bersamaan dengan mengalirnya air yang keluar dari mata.

Niall tersenyum, "Aku juga berterima kasih sama kamu yang udah jadi bagian dari aku dan udah mengisi hari-hariku." Balas Niall.

"Niall kamu bikin aku nangis lagi nih." rengekku.

"Udah jangan nangis lagi."

"Iya iya nggak akan."

"Yang lain mana?" tanya Niall padaku.

"Nggak tau, dirumah cuman ada aku sama kamu." jawabku pelan, karena aku baru sadar mereka semua pergi entah kemana.

"Bagus deh kesempatan." Kata Niall sambil tersenyum lebar.

"Kesempatan apa? Mesum nih."

"Haha kamu mesum mulu, nggak akan lah babe aku nggak mesum kayak Harry."

"Aku mau sms mereka, dan nanya mereka ada dimana." kataku seraya mengambil ponselku dari saku celanaku.

Tapi Niall langsung mengambilnya dan menyimpanya di meja sebelah sofa.

"Kok di ambil sih?" tanyaku heran.

"I want to spend my time only with you babe, just you and me, nobody else." ucap Niall yang langsung mencolek hidungku.

"Whatever you want captain." jawabku tak lupa membalas senyuman Niall.

"Babe lapar." keluh Niall.

"Tadi di tawarin makan nggak mau, ya udah mau makan apa?" tanyaku lagi.

"Hmm malam gini enaknya makan apa ya? Bingung." jawab Niall yang menampakkan ekspresi seperti orang yang sedang berpikir.

Aku mengedarkan pandanganku karena bosan menunggu jawaban Niall yang begitu lama, lalu pandanganku berhenti pada sebuah tumpukan sampah di bawah kursi. "Ini apaan?" tanyaku.

"Hehe sampah makanan." jawab Niall sambil nyengir lebar kayak kuda.

"Ya ampun, buang kenapa sih babe? Jorok banget, mana banyak banget lagi nih makananya. Nggak kenyang apa?" omelku.

Niall malah tersenyum lebar. "Babe kamu udah pantes jadi calon istri aku, sumpah deh." kata Niall sambil tertawa.

Aku hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum lalu pergi ke dapur. Masak apa ya? Emm nasi goreng kali ya. Aku masakin aja deh, aku ambil bumbu-bumbu segala siap goreng. Namun di saat aku mau nyemplungin telor, Niall masuk ke dapur lalu memelukku dari belakang dengan melingkarkan tangannya di sekitar perutku lalu menaruh dagunya di bahuku. Kebiasaan dia nih tapi aku suka banget romantic gimana gitu. Hehe.

"Masak apa babe?" tanya Niall tepat di telingaku.

"Nasi goreng." jawabku.

"Wangi banget, masakan apaan sih?"

"Masakan Indonesia babe, pasti enak deh dijamin."

"Tuh kan aku bilang juga apa, kamu udah pantes jadi istri aku babe."

"Babe." Panggilku pelan.

"Yes hun?" jawab Niall.

"Aku sesek nafas jangan kenceng-kenceng meluknya." kataku ketika merasakan pelukan yang Niall berikan semakin erat.

"Oh haha sorry sorry aku nggak tau sayang." jawab Niall yang langsung melepaskan pelukanya dan mencium pipiku lalu duduk di meja makan menunggu makanan siap.

Nasi goreng pun jadi dan siap dihidangkan, ala chef Ayesa (?) "Nih." kataku sambil menaruh piring berisi nasi goreng itu di meja.

"Kok cuman satu sih?" tanya Niall heran.

"Kan kamu doang yang laper, aku nggak." jawabku santai lalu menghampiri Niall dan mendaratkan bokongku pada kursi kosong di sampingnya.

"Ya udah, aku suapin kamu ya."

"Nggak ah aku nggak laper."

"Kalau kamu nggak mau aku tinggalin keluar nih." Ucap Niall mengancamku.

"Nggak lucu nih ah ancemanya, ya udah iya aku makan." Kataku mengalah.

Aku berdiri hendak mengambil sendok, namun dengan cepat Niall menahan tanganku.

"Mau kemana?"

"Ngambil sendok."

"Satu untuk berdua, okay?"

"Okay."

"Kan biar so sweet gitu babe, romantic gitu." ujar Niall sambil tertawa.

Yap Niall makan nasi gorengnya lahap banget nggak lupa dia juga menyuapi aku dan gantian aku juga nyuapi dia, kita bercanda-bercanda sampai nasi gorengnya habis. Ya Tuhan betapa beruntungnya punya pacar seperti Niall, I love you Ni.


* * *


"Babe jaket aku mana?" teriak Niall dari kamar.

"Jaket yang mana?" tanyaku balik seraya mulai melangkahkan kakiku menaiki anak tangga.

"Yang kita beli samaan itu, bukanya udah kering ya?" tanya Niall lagi.

Aku tidak menjawabnya sampai aku tiba di atas dan berdiri di ambang pintu memperhatikan Niall mengacak-ngacak isi kasur. "Tadi perasaan di kasur deh." kataku mengingat-ngingat dimana jaket itu berada.

"Kalau ada di kasur ngapain juga aku nanya kamu."

Suara berisik dari arah tangga membuatku menoleh ke arah sana. Dan ternyata suara berisik itu di timbulkan oleh Louis dan Eleanor. "Hey! Liat gue sama pacar gue, lucu kan jaket couple nya? Cocok kan? Oh my God so sweet banget astaga. Gimana menurut lo?" tanya Louis dengan ekspresi sumringah senang sambil menggandeng tangan Eleanor erat sekali.

"LOU!" teriakku dan Niall bersamaan.

"Hey gue nggak di panggil juga?" tanya El bodoh.

"EL!" aku dan Niall teriak bersamaan kembali seperti orang bodoh.

"Apa sih? Jawab dulu, ini bagus kan?" tanya Louis dengan wajah tanpa dosa.

"Itu jaket gue sama Ayesa." jawab Niall geram seraya jalan menghampiri lalu berdiri tepat di sebelahku.

"Ah tapi lebih cocok di pake sama gue sama El iya nggak babe?" tanya Louis menoleh pada Eleanor lalu memutar-mutar tubuhnya memamerkan jaket yang sedang di pakainya.

"Iya bagus ini jaketnya, simple tapi keren." Kata Eleanor.

"Balikin Lou!" pinta Niall sambil menarik jaketnya itu.

"Sa buat gue ya? Keren loh ini jaketnya, lo beli lagi aja ya please." pinta El sambil kedip-kedip.

Aku tersenyum lalu mendengus pasrah. "Ya udah iya deh, ambil aja."

"Tuh Niall liat! Cewek lo aja baik banget, udah kasih gue aja ya biar couple sama El kan keren." kata Louis masih memaksa Niall agar mau memberikan jaket itu untuknya.

"Lo itu artis, duit lo banyak. Tapi lo masih aja minta jaket punya gue."

"Artis juga manusia kali, liat barang bagus apalagi gratisan pasti mau lah. Siapa yang nggak mau coba?" ucap Louis membuatku tertawa pelan.

"Astaga ya udah terserah lo. Ambil aja sono." ucap Niall pasrah.

"Nah gitu, jadi kan tambah ganteng." jawab Louis terkekeh dan Niall hanya membalasnya dengan tersenyum masam.

"Bukan lo yang ganteng, tapi gue. Liat ganteng kan gue?" seru Louis lalu tertawa keras.

"Sialan lo!" semprot Niall kesal.

"Berantem mulu, yuk masukin barang ke mobil." ajak Eleanor yang langsung menarik tangan Louis dan turun kebawah.

"Nanti aku beliin lagi deh yang samaan." ucap Niall sambil meraih tanganku.

"Aku nggak butuh barang-barang dari kamu, karena yang aku butuhkan cuman kamu." Jawabku lalu tersenyum.

"And you were all that I want." balas Niall seraya mencium keningku.

"Thank you babe." jawabku pelan.

"Yuk pulang." ajak Niall lalu menarik tanganku dan membawakan barang-barangku ke bawah.


* * *


Tiga hari telah kami lewati penuh canda tawa, dan itu berarti empat hari lagi aku pergi meninggalkan mereka untuk waktu yang cukup lama huh sedih memang, apa lagi akan jauh dari Niall. Kurang lebih empat tahun aku akan berada di Indonesia. Pasti aku akan rindu sekali bermain-main bersama mereka. Pasti aku akan sangat rindu dengan ocehan-ocehan Harry celotehan Louis, kepedulian Zayn dan nasehat dari Liam. Yang pasti aku bakalan kangen banget sama Niall, seseorang yang selalu ngisi-ngisi hari-hariku. Oke ini bukan end of the world aku tahu, ya aku bisa aja dapetin temen di universitas nanti tapi aku yakin nggak bakalan ada yang bisa sehebat mereka.

Aku sedang di perjalanan menuju rumah setelah tiga hari berlibur di bungalow papa tirinya Harry. Sepanjang perjalanan Niall kerjanya makan terus dan aku lebih sering melamun. Akhirnya Harry sang supir menepikan mobilnya di depan rumahku.

"Sa udah sampai." ujar Harry.

"Aku nggak mau pulang." gumamku pelan.

"Loh kenapa?" tanya Niall seraya menoleh padaku.

"Nggak mau nggak mau, Haz jalan aja terserah sesuka kamu." kataku lagi.

"Kenapa sih babe?" tanya Niall yang tidak mengerti akan tingkahku.

"Nggak mau!" jawabku.

"Ini udah depan rumah kamu, memangnya kenapa sih?" tanya Niall masih belum mengerti.

"I want to spend my time with you." Ucapku.

"Tapi nanti Mama kamu nyariin gimana?" tanya Niall lagi.

"Aku nggak peduli." kataku yang mulai kesal.

"Tapi nanti Mama kamu khawatir." ujar Niall.

"Biarin. Aku nggak mau pulang!" kataku tetap pada pendirianku.

"Nanti Mama kamu khawatir, udah sekarang kamu turun terus masuk ke dalam aku temenin bilang sama Mama kamu kalau kamu mau pergi lagi." usul Niall.

"Niall aku nggak mau." kataku kesal.

"Nanti Mama kamu khawatir sayang. ucap Niall lembut, tak sedikitpun nada kesal terdengar dari mulut Niall dia malah sabar mengahadapiku, sangat sabar.

"Kalau kamu nggak mau ya udah aku mau pergi sendiri aja." ucapku yang langsung membuka pintu mobil lalu turun dan berlari keluar.

"Ayesa." teriak Niall.

Aku tidak menghiraukan Niall, aku malah berlari. Aku merasa aku sedang depresi dan stres, pikiranku sedang sangat kacau. Aku merasa Niall mengejarku dan akhirnya Niall menarik tanganku lalu membalikan badanku dan memelukku. Aku hanya diam dan lama kelamaan aku menangis. Niall mengusap-ngusap lembut rambutku, punggungku dan Niall pun akhirnya mencium keningku.

"Oke aku turutin kemauan kamu." Kata Niall.

"Kenapa kamu nggak pernah marah sama aku? Kenapa kamu selalu sabar ngadepin aku? Kenapa kamu selalu memperlakukan aku seperti anak kecil?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca.

"Because I love you." jawab Niall dengan sebuah senyum tulus menghiasi wajahnya.

Stuck udah aku nggak bisa bilang apa-apa lagi, Niall menggandeng tanganku dan kembali lagi masuk ke mobil tanpa berbicara lagi.

"Haz ke basecamp sekarang." pinta Niall saat sudah duduk manis di jok tengah denganku.

"Kenapa lo Sa?" tanya Zayn.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Niall pun langsung meraih kepalaku lalu di taruhnya di pundaknya, aku hanya diam dan menurut.

"Jalan nih?" tanya Harry.

"Ya injek gas nya lah masa jalan lo pikir mobil jaman primitive apa?" cibir Zayn yang di sambut gelak tawa oleh kita semua.

"Malik maksud gue itu—"

"Iya iya udah jalan." potong Zayn.

"Perasaan tiap gue ngomong salah mulu." Gerutu Harry dengan memajukan bibirnya.

"Takdir lo yang lagi sial kali, ke rumah Perrie dulu anterin dia kasian capek." pinta Zayn.

Aku menengok kebelakang bener aja Perrie sedang tidur bersandar di bahunya Zayn, sweet amat sih. Kalau boleh jujur sih badanku juga udah remuk nih capek banget, tapi aku nggak mau nyia-nyiain waktu kosong ini, mumpung Papa lagi nggak ada aku mau abisin waktu liburan aku disini sama Niall. Aku masih bersandar di pundaknya Niall, dia menyelipkan tanganya kebelakang tubuhku dan meraih pinggangku, aku pun melakukan hal yang sama kayak apa yang Niall lakuin tapi tanganku yang satunya aku lingkarkan di perut Niall, jadi kayak meluk dari samping gitu. Kepikiran nggak? Kebayang nggak? Bayangin sendiri aja, sweet banget pokoknya.

Badanku lelah dan aku capek akhirnya aku tertidur dalam keadaan seperti ini, dengan menyembunyikan wajahku di leher Niall. Lagian tadi malem hari terakhir kita semua tidur jam tiga dini hari, parahnya aku dan Niall nggak bisa tidur, akhirnya aku dan Niall baru tidur jam lima pagi dan kebangun jam tujuh pagi tadi, gila men dua jam aku tidur. Dan sekarang aku sudah tidak kuat untuk membuka mataku, karena aku sangat mengantuk.


Niall

Tidur lagi nih anak, kecapekan kali ya makanya tadi marah-marah nggak jelas. Aku suka banget liat dia marah kayak anak kecil— bocah lucu abis. Tadinya aku pengen ketawa ngakak liat dia marah tapi masa aja dia lagi marah aku ketawaain.

Nih anak keras kepala banget sih, tapi bener juga aku seneng banget bisa ngabisin waktu sama dia disini. Empat hari bukan waktu yang lama, aku harus bikin hari-hari dia disini nyaman, senang, dan bahagia, karena aku pasti bakalan kangen banget sama dia.

Ayesa cewek lucu, imut, manis, cantik, pinter, jago makan, jago masak, dan yang paling pasti jago bikin aku ketawa. Ya Tuhan aku bersyukur sekali Engkau menciptakan Ayesa untukku dan aku untuk Ayesa. Ya Tuhan aku senang sekali bisa bertemu orang seperti dia yang mampu membuatku tersenyum hanya dengan memikirkannya.

"Yel lo kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Harry yang melihatku dari cermin depan.

"Ngepoin gue mulu lo." jawabku sambil tertawa.

"Ayesa lucu banget ya kalau lagi tidur, kayak gue." ucap Zayn yang duduk di sebelah Harry sambil menengok kebelakang.

"Lucuan mana sama Perrie?" tanya Harry pada Zayn.

"Perrie itu nggak lucu tapi cantik istimewa, indah, amazing. Wow!" ucap Zayn panjang lebar.

"Lebay lo ah, liat Ayesa manis tau lucu." ucap Harry sambil senyum-senyum.

"Haz punya gue, jangan lo embat." Kataku.

"Iya nggak akan gue embat, udah enam bulan iya gue tau, mau di tinggal ke Indonesia iya gue tau." ledek Harry yang membuatku ingin menjambak rambut keritingnya itu.

"Haz cari cewek sono, gue kasian sama lo yang liatin kita pacaran mulu." seru Zayn.

"Cariin kenapa? Gue sama Taylor nggak cocok terus gue sama siapa? Masa iya sama Paul. Josh aja udah tunangan sama ceweknya masa gue kalah." ucap Harry yang masih fokus menyetir.

"Lo sama gue aja mau?" tanya Zayn.

"Kalau gue cewek, gue nggak akan nolak sumpah nggak akan! Langsung gue ajak kawin, asli lo itu ganteng banget Zayn, tapi sayangnya masih gantengan gue." jawab Harry di sambung dengan kekehan pelan darinya.

"Tapi kalau lo jadi cewek, gue nggak mau sama lo." kata Zayn lagi.

"Hah? Kenapa?" tanya Harry.

"Lo pasti mesum parah, otak lo kan ngeres banget. Gue nggak mau punya cewek agresif." jawab Zayn santai.

"Ya Tuhan." Dengus Harry sebal sambil terus menyetir.

"Perrie tadi lo gendong ke kasur?" tanyaku pada Zayn.

Soalnya tadi aku juga ketiduran tau-tau Perrie udah ilang dan Zayn pindah ke jok depan.

"Iya dia nggak bangun-bangun jadi gue gendong aja deh." jawab Zayn.

"Oh." jawabku singkat.

Aku melirik ke arah Ayesa dia masih tidur pules, cantik banget dia kalau lagi tidur imut banget. Gimana ya kalau dia udah pergi ke Indonesia? Hari-hariku kayaknya bakalan sepi kayak sebelum ketemu dia. Aku nggak mau tapi gimana lagi. Aku elus-elus pipinya yang lembut, aku cium wangi rambutnya, wanginya khas Ayesa banget, aku perhatiin wajahnya imut banget sumpah. Aku tersenyum.

"Yel kenapa lo?" tanya Zayn bingung.

"Gue bakalan kangen sama bocah ini." jawabku.

"She's not go to war."

"Iya gue tau, tapi ini susah banget."

"Lo bisa dia juga pasti bisa."

"Semoga."

Akhirnya sampai juga di rumah, mobil Louis udah ada berarti dia udah sampai duluan. Zayn dan Harry pun masuk ke dalam tapi tidak denganku, karena aku mau nunggu Ayesa sampai bangun. Masalahnya aku nggak bisa bergerak dengan posisi dia yang seperti ini, ya sudah lebih baik aku ikut tidur juga.

* * *

"Yel yel sstttt bangun." Seseorang berbisik di telingaku.

Aku membuka mata dan liat ke sebelah, ternyata Liam. Aku melirik ke arah Ayesa dan ternyata dia belum bangun.

"Apa?" tanyaku lalu menguap.

"Interview di BBC 1." ucap Liam pelan.

"Jam berapa?" tanyaku.

"Jam 4." jawab Liam.

"Jam 4?" tanyaku mengulangi, aku melihat jam tanganku, sekarang jam 3 masih ada waktu satu jam.

"Ya masih ada waktu satu jam, kita berangkat 3:30 lo siap-siap dulu gih gue mau ganti baju dulu." kata Liam yang langsung masuk ke dalam rumah.

Aku melirik ke arah Ayesa dia bergerak lalu membuka matanya.

"Afternoon babe." sapaku pada Ayesa lalu mencium keningnya.

Ayesa hanya tersenyum lalu membalasnya dengan mencium pipiku lembut.

"Masuk yuk aku ada interview jam 4." ucapku padanya.

Ayesa hanya mengangguk pelan, lalu aku tuntun dia masuk ke dalam rumah. Aku menyuruh dia untuk melanjutkan tidurnya di kasur kamarku tapi dia nggak mau, dia malah duduk di sofa ruang tengah dan mengobrol dengan Harry yang sudah siap rapi.

"Aku mandi dulu ya babe." ucapku pelan lalu meninggalkan dia di ruang tengah bersama Harry.

* * *

Continue Reading

You'll Also Like

Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

98.2K 10.2K 31
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
197K 6.9K 28
Menikah muda, Mungkin sebagian orang pasti sangat menyenangkan. Terlebih lagi jika sudah dengan persiapan yang matang. Tapi.. Apa jadinya saat kamu d...
117K 6.6K 37
Reova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang ju...
80.3K 4K 43
Cast: kim myungsoo, jung soojung ... Cerita akan direvisi Hanya sekedar imajinasi author. Published - 11 Oktober 2016 End - 12 Agustus 2019