Emerald Eyes 1&2

By amateurflies

1.1M 74.7K 5.3K

Aku sempat merasakan semuanya. Desir perih mencintai seseorang hanya dalam satu waktu. Waktu saat kita dipert... More

Teaser
Trailer 257's
New Trailer
Prolog
1. Perkara nama
2. Terciduk
3. Lawden Hall
4. Gadis tak dikenal
5. Aranasya Lawden
Meet The Characters!
6. Pisau Berdarah
7. Her Emerald Eyes
8. Bangkai Tikus
9. Pengecut!
11. Sepotong kalimat yang membahagiakan
12. Aksi Adnan
13. Pertemuan tak disengaja
14. Kecurigaan Madam Loly
15. Tuduhan
16. Perkara penting
Eyes Updates
17. Sadar diri
18. Sebagian yang sempat hilang
19. Tatapanmu
20. Cemas
21. Life saver
22. Pilihan
23. Teori Cinta Yudan
24. Ancaman
25. Reject
26. Sebuah Misi
27. Kalimat yang Tak Terucap
28. Mengungkapkannya
29. Petunjuk Pertama
30. Cowok Tengil
31. Agresif(?)
Survei
32. Penyusup!
33. Salah Sangka
34. Praktikum
35. Kecewa
36. Berhenti Egois!
Series Terbaru (SOON)
Pengumuman
ESTIMASI TERBIT DAN INFO

10. Tidak baik-baik saja

18.5K 2.1K 138
By amateurflies

"Lo gak akan terlihat lemah cuma karena menangis. Tapi justru lo akan menjadi lebih kuat setelah menangis."

• • •

"Sejak kapan itu anak gila?" tanya Adnan.

"Dia mah emang gak pernah waras, kan." Ethan menyahut cuek. Kedua tangannya terus bekerja membabat rumput-rumput panjang menggunakan gunting yang berukuran cukup besar dengan berbahan dasar besi itu.

Plak

Dengan enteng, Adnan menoyor kepala Lukas karena saking emosinya ia pada Lukas. "Eh, Kulkas! Lo gila? Seneng banget dapet hukuman."

"Ck, nama gue Lukas, woi! Bukan kulkas!" Spontan Lukas mengusap kepala belakangnya yang baru saja ditoyor Adnan.

"Suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue, terserah gue mau manggil lo apa aja."

Adnan memang kebiasaan, suka mengganti-ganti nama orang sesuka hatinya. Tanpa peduli reaksi si pemilik nama. Bahkan beberapa teman di sekolah lamanya pun begitu, termasuk Asabel yang ia ganti menjadi Anabel. Mungkin sekarang di asrama ini baru Lukas. Tapi lihat saja nanti, dia pasti memiliki nama panggilan yang pas untuk tiga teman sekamarnya yang lain.

"Lagian lo aneh, Kas, orang yang lain pada kesel kena hukum. Lo malah semangat bener ngeguntinginnya!" imbuh Yudan.

"Haduh, dasar manusia bisanya cuma ngeluh." Lukas menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan pola pikir ketiga temannya. "Eh, harusnya kalian bersyukur, kita cuma dihukum potongin rumput. Daripada suruh bersihin toilet, right?" Seketika celetukan Lukas membuat semua pasang mata melotot padanya, tidak habis pikir dengan jalan pikiran si bodoh itu. Karena sebijak-bijaknya Ethan, dia pun sama sekali tidak mensyukuri hal ini. "Kenapa kalian pada ngeliatin gue kayak begitu?" tanya Lukas bingung.

"Pala lo bersyukur! Dihukum malah bersyukur!" Daniel yang berada di samping Lukas, rasanya ingin sekali merobek mulut teman bodohnya yang satu itu.

"Kas, kalau lo terus-terusan begini, ntar yang ada bukan cuma Daniel yang mau patahin leher lo. Gue juga kemungkinan besar bakal patahin semua tulang lo!" Adnan yang juga mulai tidak tahan, sesaat mendengus seraya menatap Lukas.

Ethan menarik napasnya yang terasa sedikit berat. Mengatur emosinya sebelum menanggapi Lukas. "Kas, gue tau lo bego. Tapi ya gak gini-gini juga, lah! Atau jangan-jangan otak lo udah gak berfungsi lagi?"

"What you said? Kalau otak gue udah gak berfungsi lo-lo pada gak akan nyontek tugas Bahasa Inggris lagi sama gue!"

"Gue gak pernah nyontek sama lo, ye!" bantah Ethan.

"Iya, lo mah ketahuan otak canggih. Tuh, dua kunyuk yang otaknya cuma 2MB nyontek mulu!" Ujung bibir Lukas menunjuk Daniel dan Yudan. "Awas ae nyontek, gue sedot ubun-ubunnya!"

Di saat teman-temannya masih memperdebatkan Lukas, perhatian Adnan tiba-tiba saja teralihkan ketika ia melihat sebuah mobil hitam mengilat yang baru saja memasuki area Lawden Hall. Tak lama Nasya keluar dari dalamnya, berlari dengan derai air mata yang cukup jelas terlihat oleh Adnan meski dari jarak yang cukup jauh. Entah ada dorongan apa, kaki Adnan bergerak dengan sendirinya, berlari mengejar gadis cantik itu. Mengabaikan teman-temannya yang terheran-heran melihatnya yang ternyata lebih aneh dari Lukas tadi.

"Eh, mau ke mana lo?" tanya Yudan ketika tiba-tiba saja Adnan membuang gunting rumputnya begitu saja.

"Woi, Nan! Are you crazy, man?" teriak Lukas, tidak habis pikir.

Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya. "Wah, cari mati, tuh, anak!"

"Biarin aja, mungkin dia ada urusan yang lebih penting." Cuma Ethan satu-satunya orang yang sepertinya tidak merasa heran dengan apa yang Adnan lakukan.

🍐

Dengan perasaan khawatir bercampur gelisah, sebisa mungkin Adnan mempercepat langkahnya, menyusul langkah demi langkah gadis itu. Pandangan matanya hanya berfokus pada satu objek yang berlari semakin jauh darinya, yaitu Nasya. Namun rasa sesal seketika menghujam dirinya, saat ia kehilangan sosok Nasya di balik pintu lift yang tertutup. Adnan kesal, kenapa lift asramanya itu seolah tidak pernah bersahabat dengan dirinya.

Sekarang Adnan jadi tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak akan mungkin tahu ke mana Nasya berlari. Sementara rasa cemasnya kian menyiksa dirinya sendiri. Dengan perkiraan yang entah benar atau salah, Adnan memutuskan untuk ke rooftop lebih dulu dengan menggunakan tangga darurat. Karena, kalaupun gadis itu tidak ada di rooftop, setidaknya ia tidak sedang mencoba untuk bunuh diri lagi.

Menaiki ratusan anak tangga dari lantai satu sampai lantai dua belas ternyata bukan cuma membuat keringatnya bercucur deras, namun juga nyaris saja membuat napasnya berhenti mendadak. Melelahkan. Akan tetapi dirinya tetap merasa lebih baik, ketika dia tidak mendapati siapa pun di atas rooftop. Ini gila, memang. Merasa secemas ini pada seseorang yang baru dikenalnya sunggu membuat dirinya benar-benar gila!

Dengan napas yang memburu hebat, Adnan kembali turun dari atas rooftop menuju lantai dua belas.

PRANG!

Langkah Adnan terhenti saat tiba-tiba saja dia mendengar suara bantingan-bantingan benda beling dari dalam sebuah ruangan yang tidak tidak begitu jauh dari posisi berdirinya sekarang. Sejenak ia memerhatikan pintu ruangan tersebut dari kejauhan. Pintu itu nampak berbeda dari kamar-kamar siswa asrama. Bukan cuma ukurannya yang lebih besar, tapi juga Adnan tidak melihat ada mesin akses apapun yang biasa Adnan lihat menempel di dinding ada sisi pintu.

"Aaaa!!!"

Mendengar jeritan tersebut, entah kenapa kecemasan Adnan kian berkecamuk. Kedua kakinya dengan otomatis berlari menghampiri sumber suara. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghantamkan tubuhnya sendiri pada kayu jati tersebut. Sayangnya pintu itu tidak terbuka juga.

Adnan berjalan mundur beberapa langkah. Matanya menatap tegas pintu besar di hadapannya. Sesaat kemudian, setelah yakin kalau dobrakan kali ini akan berhasil membuat pintu itu terbuka, Adnan berlari lalu menghantamkan tubuhnya lagi pada pintu yang dihiasi oleh ukiran itu. Ah, tapi bukan pintu terbuka yang ia dapat. Melainkan kenyerian pada bagian lengannya yang dia gunakan untuk mendobrak pintu itu. Ternyata kuncinya jauh lebih kuat dari yang Adnan bayangkan.

Karena masih penasaran dengan apa yang ada di dalamnya, Adnan pun tidak menyerah. Anak tengil itu masih yakin kalau dia pasti bisa mendobrak pintu berbahan dasar kayu jati tersebut. Dia pun kembali mengambil langkah ke belakang lebih jauh dari sebelumnya. Napasnya sudah naik turun karena reaksi dari efek lelah yang otomatis dikeluarkan tubuhnya. Adnan yakin seribu persen, kali ini pasti dia akan berhasil mendobrak sekaligus menjebol kunci pada pintu itu.

Setelah mengumpulkan seluruh tenaganya, melupakan sejenak rasa nyeri yang menimpa tubuhnya, cowok itu berlari didampingi oleh kekuatan dari emosi yang keluar dari dalam dirinya sendiri. Menghantam sekeras-kerasnya pintu itu untuk yang ketiga kalinya sampai akhirnya benar-benar terbuka lebar. Mata Adnan membulat sempurna ketika di dalamnya dia mendapati Nasya sedang membuang-buangi semua figura-figura yang berisi foto papanya sambil menjerit sekencang-kencangnya. Nasya terkesan seperti hilang akal. Air matanya terus mengalir tiada henti.

Adnan melangkah masuk, dengan cepat ia mencekal tangan Nasya sampai gadis itu berdiri menghadap dirinya. "Lo kenapa? Ada apa?" Ada kekhawatiran yang mendalam tersirat pada nada bicara Adnan juga sorot matanya.

Gadis itu menunduk, tangisannya semakin menjadi dengan isakan yang terdengar jelas di telinga Adnan. Adnan menarik tangan Nasya, kemudian mendekap tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Dengan harapan, hal ini bisa membuat Nasya tenang. Sebenarnya Adnan sangat ingin tahu apa yang membuat gadis itu seperti ini, tapi dia tidak bisa memaksa gadis itu untuk memberitahunya.

Nasya memang tidak pernah bisa menceritakan tentang hidupnya pada siapa pun. Termasuk pada Adnan. Karena Nasya sudah terbiasa dengan hidup tertutup sejak kecil. Dan kali ini, untuk pertama kalinya, Nasya tidak memberontak ketika ada seseorang memeluknya. Nasya sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi cara mengungkapkan segala tekanan di dadanya, selain menangis menangis dalam pelukan Adnan, hingga air matanya membasahi baju bagian dada Adnan.

"Nangis aja. Lo gak akan terlihat lemah cuma karena menangis. Tapi justru lo akan menjadi lebih kuat setelah menangis." Tangan Adnan terus mengusap lembut kepala Nasya yang tepat di hadapan dadanya.

Adnan memang tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Nasya. Apa yang Nasya rasakan. Apa yang membuatnya seperti ini. Yang jelas, Adnan tahu, pasti gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Adnan juga tahu dengan memeluknya tidak akan menyelesaikan masalah gadis itu. Tapi Adnan percaya, sebuah pelukan setidaknya mampu meminimalisir 'rasa sakit' seseorang. Karena itu yang selalu dilakukan bundanya dulu pada dirinya juga abangnya.

===

To be continue...

A/n: daripada komen lanjut up dll. mending jawab ini. terlepas dari visualnya, siapa tokoh fav kamu di antara mereka berlima? boleh lebih dari satu. kasih tau juga alasannya wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 113K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

482K 23K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.4M 132K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
2.1M 104K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...